Aksi Polisionil atau Clash ke-2 apapun namanya itu adalah Agresi Belanda ke wilayah kekuasaan Republik. Upaya untuk menghambat laju tentara Belanda (saat itu umumnya menyebut tentara Belanda dengan sebutan NICA), ke arah timur (Yogyakarta) dilakukan oleh penduduk setempat dengan menebang pohon asem.dan kenari serta pepohonan yang ada di pinggir jalan.Rupanya usaha ini.tidak berhasil.karena keburu Belanda datang..yang terlihat pohon-pohon.berlubang bekas kena.kampak. Tiap jembatan di.bom tapi inipun masih kurang berhasil.karena masih bisa dilewati mobil2.Belanda. Antara sadar dan terjaga terasa ayah mengusap-usap.mukaku.maksudnya agar aku cepat bangun,di rumah kedengaran ribut-ribut nenek kakek ayah emak dan saudaraku dan seisi rumah membenahi pakaian serta barang barang yang sedapat.mungkin bisa dibawa, semuanya telah terbangun kakaku.yang laki laki tidak terlihat di antara kami, belakangan baru tahu kalau kakak segera pergi bergabung dalam.kesatuan tentara pelajar..Kesibukan Juga terjadi di rumah tetangga. Ayah berbisik : Bangunlah nak kita akan pergi jauh entah kemana daerah kita tidak aman kita akan mengungsi , Belanda akan menuju ke Timur ke Jogja sekarang sudah sampai Ijo kita harus segera pergi. Akupun dengan tertatih tatih memaksa diriku bangun, Seingatku umurku waktu itu 7th.Akhirnya aku pun tahu bahwa akan terjadi geger. Malam telah mendekati subuh bulan dan bintang kemintang di langit sungguh indah dilihat cuaca teramat bersih, tapi semua itu tidak terasa.indah.karena semua sedang gelisah dan galau. Kami berbondong bondong berjalan ke arah selatan menjauhi rumah tempat tinggal yang dekat dengan jalan raya. Tidak ada yang berbicara satu sama lain, anak anak pun sepertinya tahu orang orang tua mereka sedang prihatin, tidak ada yang menangis terus berlari lari kecil mengikuti langkah kaki orang tuanya. Jam 6 pagi kami telah sampai di desa Sawangan yang dituju ialah rumah Kepala desa lebih dari 40 keluarga bersama rombongan kami. Rasanya daerah ini cukup jauh tapi sebetulnya hanya berjarak antara 3 atau 4 km.saja dari desaku.tapi lumayan juga tidak terlalu dekat dengan rumahku yang hanya hanya berjarak 400 m.dari jalan raya. Kamipun diterima dengan ramah oleh Kepala Desa serta penduduk setempat. Kepala desa pun dengan bijak.membagi siapa menumpang kepada siapa. Adapun keluargaku dititipkan kepada Bapak Kamitua di sebelah rumah Kepala Desa. Kami Pun cukup senang karena rumah pak Kamitua cucup.besar dan kebetulan keluarga pak Kamitua cuma berempat. Sehabis Maghrib terdengar ayah minta izin emak ingin pulang ke rumah untuk mengambil kambing-kambing yang belum sempat dibawa.Emak bertanya dengan siapa mau pergi, ayah bilang mau pergi sendirian saja.Mendengar percakapan ayah dan emak akupun ingin ikut menemani ayah.Ayah marah ,tapi aku memaksa ingin ikut, ayah bilang jika kamu memaksa ikut bukanya menemani ayah tapi malah merepotkan saja, tetapi karena aku memaksa akhirnya ayah mengalah dan akupun jadi ikut pergi. Nggak tahulah memang ayah dan emak kelihatanya lebih menyayangi aku daripada saudaraku yang lain.Sepanjang bisa dipenuhi apa yang ku minta pasti bakal.dituruti asal jangan minta uang, ayah nggak.pernah punya uang begitu pula emak, karena segala sesuatu yang mengatur ekonomi termasuk yang namanya uang adalah nenek.Tak.kuingat lagi berapa kambing ayah mungkin 5 atau 6 ekor, tapi.ada.kambing yang baru seminggu melahirkan. Keadaan waktu itu sedang musim kemarau, tanah sawah terbelah-belah.pasti akan menyulitkan perjalanan kami. Oh ya.kami nggak berani.lewat jalan desa terpaksa jalan lewat pesawahan. Berulang kali ayah dan aku jatuh bangun.dan kita berjalan di kegelapan nggak berani bawa obor.takut ketahuan Belanda. Dengan ikutnya aku menemani ayah ternyata ada.faedahnya apalagi.kambing kecil..suka lari-lari terpisah dari.induknya. Dalam keadaan susah payah dan khawatir serta menahan rasa sakit bekas jatuh kami masih sempat terpingkal-pingkal karena keadaan yang remang remang hanya diterangi oleh cahaya bulan kami dan ayah merangkak di kegelapan mencari kambing jika ada kambing yang terpisah. Tentu.saja kita tidak bisa melihat dengan jelas.kalau kambing yang terpisah tidak mengembik. Jam sebelas malam.kami sampai di rumah tempat mengungsi dengan selamat.
Kreator : Sudarsono
Comment Closed: Mengungsi
Sorry, comment are closed for this post.