Dilahirkan menjadi seorang Wanita adalah sebuah takdir yang tidak bisa diubah. Menjadi Wanita itu bukan musibah melainkan sebuah berkah. Bukan ingin menjadi pesaing bagi kaum Adam. Namun, menjadi penyeimbang bagi kehidupan.
Banyak hal yang bisa dilakukan oleh pria, juga bisa dilakukan oleh wanita. Wanita menjadi pemimpin, ada. Wanita menjadi pengusaha, ada. Wanita menjadi penceramah, ada. wanita menjadi atlet, juga ada. Namun, ada hal yang bisa dilakukan oleh wanita, tapi tidak bisa dilakukan oleh pria, yaitu mengandung, melahirkan dan menyusui. Tiga hal ini hanya bisa dilakukan oleh wanita. Titik.
Sebagian besar wanita memiliki peran ganda. Menjadi ibu rumah tangga plus menjadi wanita pekerja. Peran ganda itu terpaksa harus dilakukan karena beberapa sebab. Alasan yang sering terjadi adalah karena perceraian. Banyak kasus perceraian yang dampaknya merugikan bagi kaum wanita. Para suami yang seharusnya masih memiliki tanggung jawab menafkahi anak setelah bercerai, seringkali melupakan tanggung jawabnya.
Naasnya lagi ketika waktu menjalani rumah tangga, wanita tersebut hanya mengandalkan gaji suami alias full mom. Pada akhirnya setelah bercerai, dia menjadi gagap karena sudah lama tidak bekerja. Wanita tersebut kebingungan harus memulai dari mana untuk memulai karier kembali. Padahal di satu sisi usia sudah makin menua. Dunia kerja sudah dibanjiri dengan orang – orang yang usianya jauh lebih muda darinya.
Masyarakat kita selalu memandang wanita dari sisi negatif. Seolah-olah wanita itu pusatnya kejelekan. Jika wanita melakukan kesalahan setitik saja, akan selalu diungkit-ungkit dan digunjingkan. Namun, jika kesalahan serupa dilakukan oleh laki-laki, masyarakat akan memakluminya.
Menjadi wanita dituntut untuk selalu perfect dalam segala hal. Baik dalam sikap, tingkah laku, karakter bahkan penampilan juga harus sempurna. Warna jilbab tidak match dengan baju saja, akan menjadi bahan gunjingan teman sekantor atau teman arisan. Padahal cuma masalah pakaian. Belum lagi masalah anak. Jika anak bandel yang disalahkan ibunya.
“Anaknya siapa sih nakal banget, Oh anaknya Bu Rere…”
“Idiiiihhh…gimana sih Ibunya, gak becus banget didik anak!”
Tapi jika anak pintar, yang dielu-elukan, ayahnya.
“anaknya siapa sih, pinter banget, berprestasi lagi.” “Oh…pantesan pinter, anaknya Pak Rizky…”
Stigma negatif inilah yang selalu ada di Masyarakat kita, mereka lupa bahwa wanita adalah seorang dewi penyelamat bagi umat. Wanita shalihah bahkan dicatatkan dalam hadis nabi lebih mulia daripada bidadari surga. Secara lengkap sabda Rasulullah adalah sebagai berikut,’Perempuan berjenis manusia asal dunia lebih utama daripada para bidadari surga 70.000 kali lipat.” Perbandingannya 1:70.000, bukan 1:1 tapi perbandingannya dengan puluhan ribu bidadari. Bisa dibayangkan betapa mulianya sosok wanita dunia yang shalihah.
Untuk menjadi wanita bergelar shalihah memang tidak mudah. Banyak ujian dan cobaan yang harus dilalui ketika ingin mendapatkan gelar ini. Oleh karenanya, menjadi wanita itu haruslah kuat. Wanita adalah pusat dan sumber peradaban. Wanita yang kuat dan shalihah akan melahirkan peradaban yang gemilang. Wanita yang lemah dan mudah putus asa akan melahirkan peradaban yang bobrok.
Menjadi wanita adalah karunia bukan musibah. Bekali diri kita sebagai wanita dengan ilmu dan iman. Dengan ilmu, seorang wanita akan memiliki derajat yang tinggi, menjadi pendidik yang baik bagi anak-anaknya, mendapat semua kemudahan dan kebaikan, bisa mandiri berdiri di atas kaki sendiri dan yang paling utama menjauhkan diri dari dosa dan maksiat.
Iman adalah kepercayaan (yang berkenaan dengan agama) keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab dan sebagainya. Iman menuntun kita pada kebaikan. Makin baik kualitas imannya, maka makin baik pula perilaku dan akhlaknya dalam kehidupan. Seorang wanita yang memiliki iman yang kuat terhadap pencipta-Nya akan memiliki jiwa yang tenang dan sabar. Tidak ada seorang pun yang akan luput dari ujian dan musibah dalam kehidupan. Dalam hal ini akan nampak sekali perbedaan menghadapi musibah dan ujian bagi wanita yang beriman dan wanita yang tidak beriman.
Wanita yang beriman akan cenderung bersikap tenang (sakinah) dan tenteram (muthmainah) dalam menghadapi masalah. Kedekatan dan tawakalnya kepada Allah Swt. akan menumbuhkan sikap penyerahan diri kepada Allah Swt. dan senantiasa sabar dalam kondisi seberat apa pun.
Wahai wanita tidak perlu bersedih hati. Sebaliknya, kita harus bahagia dan bangga menjadi seorang wanita. Tunjukkan kepada dunia bahwa kita mampu menjalani kehidupan. Dari rahimmu akan lahir generasi-generasi peradaban yang hebat. Jadilah wanita yang kuat ilmu dan iman sebagai bekal nanti menjadi seorang ibu. Karena secara kodrat, setiap wanita suatu hari nanti akan menjadi seorang ibu dan memiliki anak. Dari asuhan seorang ibulah, masa depan anak itu ditentukan. Hal ini dikarenakan seorang ibulah yang paling banyak berinteraskis dengan buah hatinya mulai dari melahirkan, menyusui, mendidik, dan mengarahkan anak dalam meraih masa depan mereka.
Kreator : Roro Nawang Wulan
Comment Closed: Menjadi Wanita Harus Kuat
Sorry, comment are closed for this post.