KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • basedonmyrealitylife
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Menjamu Tuhan Menjelang Tahun Baru

    Menjamu Tuhan Menjelang Tahun Baru

    BY 30 Des 2022 Dilihat: 184 kali

    Oleh : Herman Palemmai

    Percayakah kita bahwa memang ada waktu yang merentang lurus? Dan    karena itu sebagai manusia, kita selalu berpikir tentang suatu dimensi yang bernama detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan sekarang tahun baru. Dan kita menapak dan bernafas di rentangan waktu yang lurus (linier) itu. Maka waktu menjadi bagian dari kehidupan kita. Melalui rentetan waktu yang linier itu: detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahunkita akhirnya mengetahui bilangan umur kita di bumi fana ini. Pengetahuan tentang umur ini mendorong kita untuk selalu bertanya dan mempertanyakan diri kita. Seberapa berkualitas waktu yang telah kita tapaki merekat hidup kita? Tanya reflektif ini akan memandu kita untuk senantiasa menjalani hidup sebagai dakian kualitatif yang menuntut kita untuk hidup semakin jujur, semakin penuh cinta, semakin bermanfaat, dan semakin baik yang senafas dengan firman Ilahi alladzii khalaqal maota wal hayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amalaa… (QS Al Mulk (67):2)    

    Hidup dan mati nyatanya adalah ujian dari Pencipta bagi manusia yang telah diperlengkapi dengan software yang luar biasa dahsyat: pendengaran, penglihatan, dan daya nalar. Itulah sebabnya Tuhan sendiri menyebut manusia sebagai ciptaan paripurna. Dengan software yang super dahsyat itu, manusia diharapkan sanggup melewati segala ujian kehidupan dengan memilih jalan kebaikan/ketaatan (ahsanu ‘amalaa) sebagai orientasi hidupnya. Sebuah jalan yang sejatinya mudah dan indah, tapi kebanyakan manusia terlambat atau bahkan tidak menyadarinya. 

    Dan boleh jadi dalam bingkai QS Al Mulk: 2 itulah, Tuhan menghadirkan rentetan musibah menyambut tahun baru 2023 ini. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejak awal tahun sampai 2 November 2022 ini, sudah ada 3.052 kejadian bencana alam di seluruh Indonesia. Rentetan bencana ini memaksa 3,94 juta orang mengungsi, mewafatkan 202 orang, menghilangkan 29 orang, dan 843 orang luka-luka. Bukan hanya itu! Rentetan bencana ini juga merusak 32.918 rumah dengan kategori berat, sedang, dan ringan (databoks.katadata.co.id, 3/11/2022).

    Melalui musibah ini, Tuhan hendak menguji manusia apakah manusia akan memilih merapuh dalam keterbatasan atau justru sanggup melihat celah untuk tetap bertumbuh. Di sinilah kekuatan iman yang berbicara. baik bagi mereka yang menjadi korban dari musibah tersebut maupun kita yang bukan korban. Bagi para korban. dengan kekuatan iman yang menyala, mereka pasti memilih bersabar dan terus mendekatkan diri kepada Tuhan agar mereka tidak merapuh dan tetap bisa bertumbuh. Ista’inuu bishshobri washsholat… Sedangkan bagi kita yang tidak menjadi korban. dengan kekuatan iman pula, kita pasti memilih berderma atau berbagi sebagai bentuk ahsanu ‘amalaa dengan sendiri-sendiri atau pun dengan bergotong-royong mengirimkan bantuan makanan atau pun pakaian layak pakai bagi para korban. Jalan berderma/berbagi adalah jalan paling indah untuk tetap bertumbuh sebagai manusia dan sekaligus jalan lempang untuk tetap menjaga kemanusiaan.

    Kesediaan berbagi sejatinya adalah cara untuk merawat kewarasan sebagai manusia. Sebaliknya, keserakahan dengan merampas apa yang menjadi hak orang lain adalah justru menjadi cara paling mudah untuk memerangkap sifat kebinatangan dalam diri sebagai manusia. Senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang. Ulaika kal an’aam balhum adhal… Mereka itu layaknya hewan ternak bahkan lebih rendah, sindir Tuhan dalam kitab suci. Maka, kesediaan berbagi adalah pertanda keterbukaan hati untuk memberi ruang dan kesempatan bagi yang lain (para korban) untuk tetap bertumbuh bersama-sama di bawah terik matahari dan teduh rembulan. Bahkan kesediaan berbagi nikmat dan perih adalah jalan tol yang berujung pada cinta Ilahi. Kasihilah yang di bumi, maka yang di langit (Tuhan) akan mengasihi kamu. Demikian titah Tuhan dalam hadis qudsi.

    Kesediaan berbagi kepada para korban musibah ini mengingatkan saya pada sebuah kisah yang dinarasikan oleh M. Khidir Alwi dalam kolom “Risalah”nya (Fajar, 29/01/2021, h. 6)

     Konon, pada suatu hari Nabi Musa as didatangi beberapa orang dari Bani Israil. Mereka menyampaikan kepada Musa as bahwa mereka hendak mengundang Tuhan untuk menghadiri jamuan makan. Musa as. marah. Kita juga pasti ikut marah. Ini bid’ah dan merendahkan Tuhan! Tuhan tidak memerlukan makan dan minum seperti kalian, hardik Musa as. Ini betul-betul permintaan “tak tahu diri”. Kalau mereka mau menjamu Tuhan makan, nanti mereka juga membangunkan WC untuk berjaga-jaga jangan sampai Tuhan mau buang air setelah acara makan minum. Repot, kan? Murka pulakah Tuhan mendengar undangan nyeleneh ini? Azab sepedih apa yang Tuhan siapkan atas kelancangan orang-orang yang “tak pernah makan” sekolahan ini?

    Ajaib. Nabi Musa as justru ditegur oleh Tuhan saat Musa as datang ke Gunung Sinai. Mengapa engkau tidak menyampaikan kepada-Ku undangan makan hamba-Ku? Ditegur seperti itu, Musa as membela diri mencoba beradu argumentasi. Bukankah Engkau tidak makan? Musa as menggugat. Engkau pasti tidak akan menerima undangan bodoh seperti itu. Karena tidak selevel, Tuhan tidak mau berlama-lama melayani gugatan Musa as. Simpan pengetahuan antara kamu dan Aku. Katakan pada mereka, “Aku akan datang memenuhi undangan itu.” Tuhan telah bertitah dan Musa as harus berpasrah. 

    Sepulang dari Gunung Sinai, Musa as memberikan pengumuman bahwa Tuhan akan menghadiri perjamuan dan akan makan bersama mereka. Senang tak terperi di hati mereka. Tuhan akan makan bersama mereka. Hati mereka bersorak. Seumpama di sini, pasti bunyi letusan kembang api tak henti siang malam. Hari yang ditentukan dinanti dengan hati penuh debar. Seumpama menanti kekasih yang telah puluhan purnama dirindu di setiap fajar hingga di ujung senja. Detik ke menit berlalu dalam debar yang tak menentu. Mereka memasak hidangan terlezat dengan kandungan gizi yang tak perlu dipertanyakan. Seumpama di sini, pasti telah hadir pak desa, pak lurah, bapak bupati, bapak gubernur, bahkan mungkin presiden. Tamu istimewa itu adalah Penguasa dari segala penguasa. Mereka tentu takut tidak nampak di acara tersebut karena itu bisa menjadi alasan ditanggalkannya kekuasaan dari tangan mereka. Dan tak seorang pun dari pak-pak dan bapak-bapak itu senang kehilangan kekuasaan. Bahkan kalau bisa, mereka akan mempertahankannya dengan berbagai cara. Salah satunya setor muka di hadapan Tuhan pada acara jamuan makan ini. 

    Di saat mereka sedang menunggu sambil berbincang-bincang seputar isu-isu sosial politik budaya dan ekonomi (sospolbudek), tiba-tiba muncul seorang kakek tua miskin dalam keadaan lelah dan lapar setelah menempuh perjalanan jauh. Kakek tua itu lapar tapi tamu istimewa (Tuhan) belum datang. Maka, bersabarlah! Kami sedang menunggu Tuhan. Nanti kalau Tuhan sudah datang, kita akan makan bersama. Musa as mencoba menenangkan si kakek. Musa as bahkan meminta si kakek agar bisa berpartisipasi. Si kakek mengangkat air dari sumur membuat laparnya makin sangar. Tapi, Tuhan belum datang, maka belum ada makanan yang boleh disentuh.        

    Penantian berubah menjadi kecemasan yang menggelayuti hati. Tak ada tanda-tanda kalau Tuhan akan datang. Waktu berlalu, kekecewaan bertalu-talu. Tuhan tidak datang. Musa as tentu saja merasa malu sebab apa yang disampaikan kepada orang-orang ini tentang kesediaan Tuhan hadir ternyata hoaks. Berita bohong. Musa as seorang penyebar hoaks. Musa as tak bisa berkata apa-apa untuk meyakinkan orang-orang ini yang sekaligus juga pengikutnya. Untung, Musa as tak dikenai pasal hoaks.

    Keesokan harinya, Musa as berangkat ke Gunung Sinai untuk menemui Tuhan sekaligus klarifikasi tentang ketidakdatanganNya. Ini masalah kepercayaan orang-orang kepada Musa as sebagai seorang Nabi dan ketidakdatangan Tuhan pada acara jamuan makan mereka bisa membuat mereka kehilangan kepercayaan dan mengajukan mosi tak percaya kepada Musa. Pemimpin yang kehilangan kepercayaan dari rakyatnya adalah pemimpin yang tak layak dan seharusnya malu melaju untuk tetap merasa dirinya pemimpin. Dan ini yang ditakutkan Musa as. Maka, momen klarifikasi di Gunung Sinai ini adalah momen yang menentukan. 

    Musa, Aku sudah datang bahkan telah menemui kamu langsung, kata Tuhan. Namun, ketika Aku meminta makan kepadamu karena Aku lapar, kamu malah menyuruhku membantu mengambil air di sumur. Kamu dan umatmu tidak ada yang menyambutku dengan penghormatan. Demikian penjelasan Tuhan kepada Musa as. Ingatan Musa as langsung tertuju pada seorang kakek yang datang saat itu dalam keadaan lapar. “Tuhanku, memang pernah ada seorang kakek datang meminta makanan, namun dia hanyalah orang biasa.” jelas Musa. “Aku bersama hambaKu itu. Sekiranya kamu memuliakan dia, pada dasarnya kamu memuliakan Aku. Berkhidmat kepadanya berarti berkhidmat kepadaKu. Seluruh langit terlalu kecil untuk meliputiKu, tetapi hanya hati hambaKu yang dapat meliputiKu. Aku tidak makan dan minum, tetapi menghormati hambaKu berarti menghormatiKu. Melayani mereka berarti melayaniKu.” papar Tuhan panjang lebar. Musa as terdiam.

      Sebuah narasi yang indah tentang keterbukaan dan kerelaan hati untuk berbagi hidup dengan orang lain. Narasi tentang keberTuhanan dan keberagamaan yang Allah sendiri kembali ingin pertegas melalui rentetan musibah di awal tahun ini. Di tengah-tengah aktivitas perampasan hak-hak orang lain (khususnya rakyat) yang saat ini di sini sudah seperti berita klise. Penggarongan uang negara yang dikenal luas dengan istilah korupsi sepertinya menjadi sebuah kebanggaan dan tak heran kalau pada banyak kasus dilakukan berjamaah. Pejabat, penguasa, pengusaha, dan penegak hukum yang disebut oknum “berkolaborasi” melakukan penggarongan. Maka, Tuhan hadir melalui rentetan musibah tersebut untuk menegur kita semua agar kembali dengan terang akal budi menapak di jalan berbagi kehidupan di bawah sinar mentari dan cahaya rembulan. Inilah jalan Tuhan yang tersedia surga di ujungnya dengan kaplingnya seluas bumi dan langit. Sebuah jalan yang membuat kita semua bisa berlalu dengan bahagia sambil serempak bernyanyi dengan lagu Rayuan Pulau Kelapa:

    tanah airku Indonesia

    negeri elok amat kucinta 

      tanah tumpah darahku yang mulia

    yang kupuja sepanjang masa

    tanah airku aman dan makmur

    pulau kelapa yang amat subur

    pulau melati pujaaan

    sejak dulu kala

    … lanjutkan sendiri yaa!



    Bagikan ke

    Comment Closed: Menjamu Tuhan Menjelang Tahun Baru

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja. Di balik perumusan lima sila yang menjadi pondasi bangsa ini, ada pemikiran mendalam dari para tokoh pendiri bangsa, salah satunya adalah Soekarno. Pemikiran Soekarno dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Lalu, apa saja pemikiran Soekarno tentang dasar negara […]

      Des 02, 2024
    • Rumusan dasar negara yang dikemukakan oleh Mr. Soepomo memiliki peran sangat penting dalam pembentukan dasar negara Indonesia. Dalam sidang BPUPKI, Mr. Soepomo menjelaskan gagasan ini dengan jelas, menekankan pentingnya persatuan dan keadilan sosial. Dengan demikian, fokusnya pada teori negara integralistik membantu menyatukan pemerintah dan rakyat dalam satu kesatuan. Lebih lanjut, gagasan ini tidak hanya membentuk […]

      Okt 21, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021