KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Menjunjung Tinggi Nilai Kejujuran demi Menjaga Keberkahan Hidup

    Menjunjung Tinggi Nilai Kejujuran demi Menjaga Keberkahan Hidup

    BY 24 Nov 2024 Dilihat: 161 kali
    Menjunjung Tinggi Nilai Kejujuran demi Menjaga Keberkahan Hidup_alineaku

    Kompak menjunjung tinggi nilai kejujuran dalam keluarga. Anak-anak sudah dibiasakan untuk berani menyampaikan jika punya keinginan, baik yang terkait dengan hal uang maupun yang lainnya. Dilarang mengambil jalan pintas atau mengambil yang bukan haknya atau miliknya. Dilarang berbohong karena cepat atau lambat pasti akan ketahuan. Kami pun memberi teladan, menghargai uang siapapun. Jika, kami menemukan uang yang bukan milik kami maka akan diletakkan di depan TV dan pemilik uang diperkenankan mengambilnya. Yang tidak memiliki, dilarang mengaku-ngaku karena pasti akan kami usut sampai tuntas hal uang tersebut. Kami juga tidak berbohong kecuali yang dibolehkan agama.

    Beberapa puluh tahun lalu, saat Abang Fauz dan Mbak Faza masih kecil-kecil, pernah ada pengalaman bermakna. Siang itu, Abang bermain ke rumah temannya, di sekitar belakang rumah. Tiba waktu pulang, kulihat ia berjalan dari arah belakang rumah kami. Yang menarik perhatianku adalah ada sesuatu yang ia bawa di tangan kanannya. Sekelebatan, aku yakin itu sebuah mainan dan yang jelas bukan milik Abang. Begitu ia berdiri di depanku, ia tunjukkan mainan itu. Lalu dengan polosnya, Abang berkata.

    “Ini Abang pinjam, Umi.”

    “Ohhh, pinjam, ya?” kataku.

    “Abang sudah minta izin kalau mau pinjam?” tanyaku lebih lanjut.

    “Belum, Umi,” jawab Abang dengan polosnya.

    “Oke. Sekarang, Abang balik lagi ya. Bilang kalau abang mau pinjam. Kalau dikasih izin, baru Abang boleh bawa pulang mainannya. Kalau nggak dikasih izin, ya udah abang ndang (segera) pulang, ya,” jelasku panjang lebar.

    Setelah itu, Abang segera balik badan berjalan menuju rumah temannya lagi. Aku ikuti dari belakang dengan perlahan. Kudengar ia meminta izin pada temannya ingin pinjam mainan mobil-mobilannya. Kudengar suara temannya memberi izin. Aku segera berlari kecil kembali ke pintu belakang rumah kami berdiri menunggu kedatangannya. Tak lama, kulihat ia sudah berjalan lagi menuju ke arahku dengan tersenyum riang sambil mengangkat tinggi-tinggi mainan mobil-mobilan itu.

    “Umiiik, Abang sudah dibolehin pinjam mainannya,” kata Abang setengah berteriak.

    Alhamdulillah. Anak soleh, anak hebatnya Umi dan Abi. Dijaga baik-baik ya mainannya. Nanti kalau sudah puas mainnya, jangan lupa dikembalikan. Pas ngembaliinnya juga harus bilang lho, ya,” jelasku sambil mengingatkan Abang dengan kewajiban mengembalikan barang yang dipinjamnya.

    “Oke, Umi,” jawabnya cepat dan tetap dengan ekspresi riang gembira.

    Itu sepenggal cerita pengalaman pertama Abang Fauz pinjam mainan tapi belum minta izin pada si empunya mainan, langsung main bawa pulang aja. Hal ini sepertinya sepele, hal biasa, hal kecil. Namun, bagi kami ini hal besar yang harus dibiasakan sejak dini agar hingga dewasa nanti bisa menghargai hak milik orang lain. Tidak sampai jadi orang yang berpikiran bahwa kalau ini milikku ya berarti milikku dan kalau itu milik orang lain berarti juga milikku. Bahasa Jawanya, wekku yo wekku lek wekmu yo wekku seperti yang masih sering terjadi di kalangan masyarakat di sekitar kita atau di kalangan teman-teman kita.

    Dari pengalaman ini, terasa betapa sebuah keluarga itu harus punya visi dan misi akan menjadikan keluarganya seperti apa? Bervisi akhirat atau dunia. Yang jelas, pasti butuh niat yang benar, ilmu, komitmen, dan kesungguhan. Tidak instan, tiba-tiba bisa jadi taat, bisa jadi baik, bisa jadi jujur, dan bisa jadi yang lainnya.

    Belum lagi, kita hidup bersama dalam sebuah masyarakat yang visi misi hidup berkeluarganya sangat penuh ragam dan mungkin berbeda dengan kita. Kadang, anak-anak menjadikan perbedaan itu sebagai alasan pembenaran akan sikap mereka. Temanku lho nggak Papa Mik meski pinjam mainannya nggak izin sama yang punya. Nah, kira-kira sikap apa yang akan kita ambil jika sampai anak kita mengemukakan argumen yang seperti ini ketika kita mengingatkan pada mereka untuk tetap menjunjung tinggi nilai kejujuran? Kalau kami, tetap memberi pengertian dan tetap keukeuh dengan prinsip kami.

    Alhamdulillah, Allah tunjukkan kebenaran itu. Sejak itu, anak-anak makin yakin bahwa menjunjung tinggi kejujuran itu nilai hidup yang mengundang berkah dan pertolongan Allah. Suatu hari, abang pulang dari bermain ke rumah teman di belakang rumah. Ini kali, ia pun membawa sesuatu di tangan kanannya. Sebuah mainan berbentuk binatang gajah berwarna coklat dengan belalai yang terjulur ke depan yang aku kenali sebagai mainan milik abang. Sekelebat langsung muncul pertanyaan dalam benakku. “Kok mainan abang bisa ada di rumah teman abang ya? Tak berlama-lama, semua menjadi jelas saat abang berkata dengan polosnya. “Umi, ini mainan gajahnya abang lho ada di kerdus mainan temannya abang. Mainan abang yang mobil-mobilan warna biru juga ada di kerdus mi,” kata abang dengan polosnya.

    “Ups!’

     

     

    Kreator : Maryam Damayanti Payapo

    Bagikan ke

    Comment Closed: Menjunjung Tinggi Nilai Kejujuran demi Menjaga Keberkahan Hidup

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021