KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Aksi » Menyelesaikan Masa Lalu

    Menyelesaikan Masa Lalu

    BY 29 Jun 2024 Dilihat: 154 kali
    Menyelesaikan Masa Lalu_alineaku

     

    Setelah membersihkan Kediaman Jedlicka, Ilta dan Svetlana berkumpul di ruang keluarga dekat perapian. Nyala api yang hangat dan berderak-derak mengingatkan Ilta pada kedua orang tuanya. Ia duduk di kursi tua favorit ibunya, sementara Svetlana, dalam wujud manusia dengan sayap putih keemasan yang menyembul dari punggungnya, duduk di sampingnya.

     

    Ilta menatap nyala api, tenggelam dalam kenangan. “Ayah selalu duduk di sini,” katanya lirih, suaranya penuh kerinduan. “Beliau bercerita tentang para pendahulu kerajaan Zima dan petualangan mereka.”

     

    Svetlana tersenyum lembut, “Kau akan membuat mereka bangga, Ilta. Kita akan memastikan bahwa Koschei dan lara Deniluc tidak akan pernah menyentuh kerajaan Zima lagi.”

     

    Mereka kemudian mulai membicarakan cara mengalahkan Deniluc serta Koschei melalui informasi yang dimiliki oleh Svetlana. “Koschei memiliki kemampuan untuk mengendalikan energi kegelapan dan mempengaruhi orang-orang disekitarnya,” jelas Svetlana. “Namun, ada satu kelemahan yang bisa kita manfaatkan. Koschei tidak dapat mengeluarkan kekuatan aslinya, karena mewujudkan rantai sayapnya miliknya saat ini tidak memungkinkan. Jiwanya tersegel di sebuah reruntuhan kuno di sekitar kerajaan.”

     

    Ilta mengangguk, matanya bersinar dengan tekad. “Kita harus menemukan tempat di mana jiwa Koschei sebenarnya disimpan. Menurut reruntuhan yang pernah aku jelajahi, itu ada di dalam sebuah jarum yang disimpan di tempat misterius.”

     

    Svetlana mengangguk setuju, “Ya, tempat itu hampir menyamai mitologi tentang Koschei the Deathless dalam cerita rakyat. Jika kita bisa menghancurkan jarum itu, Koschei akan hancur selamanya.”

     

    Mereka berdiskusi cukup lama, menyusun rencana yang matang. Ilta mengobservasi setiap informasi yang diberikan Svetlana, menyusunnya dalam pikirannya menjadi strategi yang solid. “Kita harus memberitahu Keluarga Videnbe untuk berjaga-jaga,” kata Ilta. “Revolusi ini akan segera terjadi. Mereka harus mengumpulkan semua orang yang masih percaya pada keadilan dan kebenaran.”

     

    Malam itu, Svetlana mulai bersenandung merdu, sebuah lagu yang memberikan kedamaian pada Ilta yang teringat akan keluarganya. “Nyanyianmu begitu menenangkan, Svela,” kata Ilta, menutup matanya, membiarkan suara lembut itu membawanya ke dalam kenangan indah.

     

    Svetlana tersenyum, “Ini adalah lagu yang diajarkan oleh leluhur kita. Lagu ini mengandung kekuatan penyembuhan dan kedamaian.”

     

    Mereka tertidur di bawah cahaya rembulan yang masuk melalui jendela, memberikan kesan romantis dan indah. Ilta terlelap dengan perasaan tenang, ditemani oleh pelindung setianya.

     

    Di dalam ruang rahasia di bawah tanah, sebuah pertemuan gelap berlangsung. Para Deniluc dan perwakilan keluarga utama berkumpul dalam bayang-bayang. kegelapan menutupi wajah-wajah mereka yang penuh kebencian dan ambisi. Di tengah ruangan, Koschei, dalam wujud manusia, berdiri dengan angkuh.

     

    “Kita telah menunggu momen ini sejak lama, pemilihan Vladyka ke-12 akhirnya tiba,” suara Koschei bergema dengan kekuatan gelap. “Namun, keluarga Videnbe berencana mengungkapkan identitas kita dan menggalang dukungan untuk revolusi. Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi.”

     

    Seorang Deniluc dengan jubah hitam maju ke depan. “Bagaimana kita bisa menghalangi rencana mereka, Tuanku? Apa perintah Anda?”

     

    Koschei tersenyum licik, tatapannya beralih ke para Deniluc yang berkumpul di sekitarnya. “Pertama, kalian harus menyusup lebih dalam ke keluarga utama. Sebarkan kebohongan bahwa Keluarga Videnbe adalah pengkhianat. Pecah belah mereka, buat mereka saling curiga.”

     

    Seorang wanita Deniluc dengan mata tajam dan rambut hitam panjang, bernama Varvara, angkat bicara. “Kita bisa memanipulasi keluarga Strazi dan Hraniteli. Mereka mudah dipengaruhi jika kita menjanjikan kekuasaan dan keuntungan.”

     

    Koschei mengangguk. “Bagus, Varvara. Gunakan segala cara untuk menanamkan keraguan di hati mereka. Kita juga perlu memicu perang saudara. Jika Kerajaan Zima sibuk berperang, Keluarga Videnbe akan mudah untuk dimusnahkan.”

     

    Seorang Deniluc tua dengan jubah merah tua, bernama Goran, maju. “Bagaimana dengan para pengikut Vladyka ke-11, Alexei dan Aria? Mereka mungkin masih memiliki pendukung yang setia, seperti yang kita ketahui bahwa ada kebocoran informasi saat kehilangan mereka dahulu.”

     

    Koschei mengepalkan tinjunya. “Alexei dan Aria menghilang sebelum aku bisa membunuh mereka, tapi kita harus memastikan bahwa pengaruh mereka hilang. Hancurkan setiap sisa dukungan yang mereka miliki.”

     

    Varvara menambahkan, “Kita bisa menggunakan para penyusup di dalam keluarga Videnbe untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Setiap langkah mereka harus diawasi.”

     

    Koschei mengangguk setuju. “Tidak mungkin itu dilakukan, mereka dapat membedakan Deniluc karena ketaatan mereka dalam ajaran Sang Ilahi. Kita hanya menyebarkan propaganda melalui setiap saluran yang kita miliki. Keluarga Videnbe tidak akan memiliki ruang untuk bergerak. Kita akan menjadikan mereka sebagai musuh nomor satu kerajaan.”

     

    Di luar ruang rahasia, langit malam yang gelap menggantung di atas kerajaan Zima. Koschei, dengan wajah penuh kebencian, memandang ke arah kediaman Videnbe. “Ilta… anak itu mungkin saja selamat. Aku akan memastikan perang saudara ini menghancurkan semua harapan mereka.”

     

    Sementara itu, di kediaman Videnbe, suasana tegang namun penuh harapan. Pagi itu, sebuah surat ditemukan di meja besar ruang tamu. Surat yang ditulis oleh Ilta. Sybil, kakak angkat Ilta, membaca surat itu dengan suara gemetar.

     

    Semua orang mendengarkan dengan penuh haru. Walter mengepalkan tangannya. “Kita harus membantu Ilta. Dia tidak bisa melawan Koschei dan para Deniluc sendirian.”

     

    Radostaw, sebagai ayah angkat Ilta dan kepala keluarga Videnbe, mengangguk setuju. “Kita perlu mengumpulkan semua orang yang masih percaya bahwa Vladyka ke-11 Alexei dan Aria masih hidup. Mereka harus tahu bahwa Ilta adalah harapan terakhir kita.”

     

    Ivana melangkah maju, menambahkan. “Ilta memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa. Kita harus mendukungnya dengan segala cara.”

     

    Persiapan dilakukan dengan cepat di kediaman Videnbe. Ivana memberikan instruksi kepada para pelayan dan prajurit setia Videnbe. “Kita harus memastikan keselamatan semua orang sebelum Deniluc menyerang. Tempat perlindungan harus disiapkan, dan setiap orang harus siap menghadapi yang terburuk.”

     

    Sybil, yang selalu menjadi kakak yang protektif, memberi nasehat pada Walter. “Kita harus kuat, untuk Ilta dan untuk kerajaan ini. Kita tidak akan membiarkan pengorbanan kita sia-sia.”

     

    Walter menggaguk pada kakaknya, berkata, “Demi adik kita, demi kerajaan Zima. Kita akan terus menjalani kehidupan bersama ajaran sang Ilahi.”

     

    Sementara itu, Ilta dan Svetlana bersiap untuk bergerak. Ilta mengenakan jubah sang pemimpin Kerajaan Zima, milik ayahnya, yang berwarna putih perak dengan lambang kristal es yang bersinar di dadanya. Jubah itu pas dengan tubuh Ikta yang cukup tinggi, dia menerima simbol kekuatan dan keberanian, diwariskan dari Vladyka-vladyka sebelumnya, dan kini Ilta mengenakannya dengan penuh kebanggaan dan tekad.

     

    Svetlana, dalam wujud manusianya, berdiri di samping Ilta dengan tenang. Dia mengenakan gaun putih yang serasi dengan jubah Ilta, elegan dan anggun. Sayap putih keemasannya yang biasanya tampak mencolok kini tersembunyi dengan sempurna oleh energi cahaya yang ia gunakan.

    Menyelesaikan Masa Lalu1_alineaku

    “Apakah kau siap?” tanya Svetlana dengan lembut, matanya yang penuh kebijaksanaan menatap Ilta.

     

    Ilta mengangguk, merasakan kekuatan dan tanggung jawab besar dari jubah yang ia kenakan. “Kita harus menemukan jiwa Koschei dan menghancurkannya. Aku tidak akan membiarkan kejahatan ini berlanjut.”

     

    Dengan tekad bulat, mereka berdua melangkah keluar dari kediaman Jedlicka, siap menghadapi tantangan besar yang menanti. Langit malam di atas mereka dihiasi bintang-bintang yang bersinar terang, seakan memberikan harapan dan kekuatan bagi perjuangan mereka. Ilta dan Svetlana tahu bahwa perjalanan ini akan sulit, tetapi mereka percaya bahwa keadilan dan kebenaran akan menang pada akhirnya.

     

    Revolusi yang akan mengubah nasib Kerajaan Zima telah dimulai, dan Ilta bersama Svetlana, dengan dukungan keluarga Videnbe dan para pendukung setia, berjuang untuk masa depan yang lebih baik. Dengan setiap langkah yang mereka ambil, harapan dan keberanian menyala lebih terang, siap untuk menghadapi segala rintangan yang ada di depan mereka.

     

    Bab Pertarungan yang dinanti

    Ilta dan Svetlana melangkah dengan hati-hati melalui koridor gelap kastil tua yang tersembunyi jauh di dalam hutan. Dinding-dinding batu yang dingin dan lembab memancarkan aura misterius, seolah-olah menyimpan rahasia berabad-abad. Mereka telah menempuh perjalanan panjang dan berbahaya untuk sampai ke sini, tempat di mana rahasia terkelam Koschei disembunyikan.

     

    Dengan langkah mantap, mereka melanjutkan perjalanan mereka, mengikuti lorong-lorong berliku yang seakan tidak pernah berakhir. Di sudut-sudut tersembunyi, patung-patung gargoyle dengan mata yang tampak hidup mengawasi mereka, menambah nuansa seram. Akhirnya, mereka tiba di sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu ek yang berat, dihiasi dengan ukiran rumit dari simbol-simbol kuno.

     

    Dengan hati-hati, mereka mendorong pintu itu dan melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan ukiran-ukiran kuno di dinding. Di tengah ruangan terdapat sebuah altar dengan sebuah teka-teki aneh yang tertulis dalam bahasa kuno yang hanya dapat dibaca oleh mereka yang memiliki pengetahuan mendalam tentang periode Tbma.

     

    Ilta melangkah mendekati altar, membaca tulisan yang terukir di sana. “Di sini terletak jiwa yang terbelenggu, tersembunyi di dalam kristal es yang abadi. Untuk menemukan kunci, kau harus memahami rahasia elemen dan waktu.”

     

    Svetlana mengamati ukiran-ukiran di dinding. “Ini adalah teka-teki yang sangat rumit. Kita harus memikirkan bagaimana elemen-elemen ini berinteraksi satu sama lain dan dengan waktu.”

     

    Ilta mengangguk, mulai memutar-mutar simbol-simbol di altar dengan hati-hati, menggabungkan pengetahuannya tentang elemen untuk memecahkan teka-teki kuno tersebut. Dia memusatkan pikirannya pada konsep-konsep air yang membeku, angin yang mengendalikan waktu, dan api yang menyatu dengan semua elemen lainnya. Setelah beberapa putaran, suara gemerincing logam terdengar dari altar, dan dengan perlahan-lahan, bagian tengah altar terbuka, mengungkapkan sebuah kristal es yang bersinar dengan cahaya lembut di dalamnya.

     

    “Inilah jiwa Koschei,” bisik Ilta dengan penuh keterpukauan, meraih kristal es itu dengan hati-hati dari dalam altar. Cahaya kristal itu memantulkan warna-warni spektrum es yang menghipnotis.

     

    Sementara mereka mengamati kristal itu dengan penuh perhatian, tiba-tiba, getaran hebat mengguncang ruangan kuno itu. Suara desiran angin liar mengisi udara, dan pantulan cahaya dari kristal es berubah menjadi warna merah menyala. Jiwa Koschei, yang terperangkap selama berabad-abad, mulai mengeluarkan energi yang ganas, mencoba untuk membebaskan diri dari kendali Ilta dan Svetlana.

     

    “Aku tidak akan membiarkanmu!” seru Ilta, memusatkan kekuatan indra keenamnya untuk menahan jiwa Koschei.

     

    Kristal es mulai pecah menjadi serpihan-serpihan kecil yang menyala-nyala, menyebarkan cahaya merah yang memenuhi ruangan. Teriakan aneh dan menggema dari Koschei mengisi telinga mereka, menciptakan suasana yang mencekam di sekelilingnya.

     

    “Aku masih tidak percaya kita berhasil menghancurkan jiwa itu,” bisik Ilta dengan napas terengah-engah, saat mereka meninggalkan ruang kuno dengan penuh kehati-hatian. 

     

    Svetlana mengangguk setuju, sayapnya tetap tersembunyi, namun kehadiran energi cahayanya memberi rasa aman bagi Ilta. “Kita harus tetap waspada. Koschei tidak akan tinggal diam.”

     

    Mata mereka tetap terfokus pada kristal es yang hancur di tangan Ilta, menyadari bahwa pertempuran melawan Koschei belum berakhir sepenuhnya.

     

    Mereka melangkah menuju ruang tengah, jantung mereka berdegup kencang dengan setiap langkah. Ketika mereka hampir mencapai pintu besar ruang takhta, tiba-tiba, dari bayangan, Koschei muncul dengan senyum licik di wajahnya. “Ilta Jedlikca… Kau masih hidup? Mengapa semua keturunan Jedlicka selalu menolak kematian mereka.”

    Menyelesaikan Masa Lalu3_alineaku

    Di balik sosok Deniluc, Koschei adalah perwujudan yang membingungkan antara keanggunan dan kegelapan. Wajahnya yang penuh dengan cahaya namun juga kegelapan menunjukkan ciri-ciri malaikat yang telah jatuh, matanya memancarkan daya tarik yang misterius namun mengancam, dan senyumannya yang licik sering kali menyimpan rahasia kejahatan yang dalam. Rambut hitamnya yang liar dan kasar tampak mencerminkan kekacauan batin yang memenuhi jiwanya yang terkutuk.

     

    Di punggungnya, Koschei dulunya memiliki sayap putih dan hitam yang megah dan indah, simbol dari kebebasan dan keanggunan sejati. Namun, saat periode Tbma tiba dan jiwanya masuk ke dalam kegelapan, sayap itu telah terkoyak dan tergantikan oleh rantai-rantai, menjeratnya di dalam jurang kegelapan.

     

    Ilta memandangi Koschei dengan penuh kebencian, tapi Svetlana segera menenangkannya dengan sentuhan lembut di bahunya. “Kita perlu membunuhnya tidak peduli apapun yang terjadi,” kata Ilta, mengeluarkan cakram pelindung dari tangannya.

     

    “Aku telah mengorbankan banyak jiwa untuk mencapai keabadianku,” kata Koschei dengan suara penuh kebencian. “Termasuk jiwa Veran, anak yang dulu membuatmu terjatuh ke jurang kematian, Ilta.”

     

    Mendengar nama Veran, kemarahan Ilta semakin membara. “Kau akan membayar untuk semua yang telah kau lakukan, Koschei!” 

     

    “Kalian benar-benar berpikir bisa mengalahkanku?” Koschei berteriak, suaranya penuh dengan kekuatan yang menakutkan. “Pengikutku, Varvara, Goran, datanglah dan habisi mereka!”

     

    Dari bayangan di sudut-sudut ruangan, para Deniluc mulai bermunculan, dipimpin oleh Varvara dan Goran. Mereka mengepung Ilta dan Svetlana, mengelilingi mereka dengan senjata terhunus dan energi hitam yang berdesir di udara. Namun, sebelum mereka bisa menyerang, cahaya terang tiba-tiba mengisi ruangan. Suara dentingan lembut dan nyanyian surgawi mengiringi kedatangan para Angeluc yang dipimpin oleh Skazati.

     

    Skazati, dengan sayap cahayanya yang megah, melangkah maju memimpin pasukan Angeluc. “Kami akan memberikan hukuman sang Ilahi, Koschei!” teriaknya, suaranya bergema dengan kekuatan ilahi.

     

    Pertempuran pun dimulai. Ilta segera mengeluarkan Cakram Es, senjata yang berkilauan dengan energi beku. Dia melemparkan cakram tersebut dengan presisi, menyerang Koschei yang mencoba menghindar dengan kecepatan luar biasa. Serangan Ilta memecah lantai batu, menyelimuti area sekitar Koschei dengan es yang mengeras.

     

    Sementara itu, Svetlana memunculkan kembali sayap putih keemasannya, mengepak kuat dan meluncur ke udara. Dia menyerang dengan energi cahaya ilahi, menembakkan pancaran sinar yang memancar seperti bintang jatuh ke arah Varvara dan Goran. Dengan setiap serangan, cahaya ilahi itu membakar kegelapan, memecah pertahanan musuh dengan kekuatan yang tak terhentikan.

     

    Ilta melompat ke udara, mengayunkan cakramnya untuk menangkis serangan dari para Deniluc. Dengan gerakan yang lincah, dia berputar dan meluncur, mengarahkan serangan balik yang menghujam dengan kekuatan es. Setiap gerakan Ilta adalah paduan antara kekuatan dan keanggunan, menciptakan tarian mematikan yang membekukan segala sesuatu yang disentuhnya.

     

    Di sisi lain, Svetlana terbang mengelilingi ruangan dengan sayap cahayanya yang memancar, menembakkan sinar cahaya ilahi dari tangannya. Dia berputar di udara, menghindari serangan musuh dan menyerang balik dengan kecepatan yang luar biasa. Dengan setiap pukulan dan tendangan, Svetlana memancarkan energi yang murni dan memurnikan, menghancurkan kekuatan gelap yang mengelilingi mereka.

     

    Koschei, dengan amarah yang membara, mencoba melawan dengan kegelapannya, mengarahkan serangan balik ke arah Ilta. Namun, Ilta dengan cepat menghindar dan membalas dengan serangan es yang menghancurkan. Cakram elemen saljunya menghantam Koschei dengan keras, membekukan sebagian tubuhnya dan memperlambat gerakannya.

     

    Di tengah pertempuran, Skazati memimpin para Angeluc dengan kehebatan dan strategi yang cemerlang. Mereka melawan para pengikut Koschei dengan kekuatan dan keberanian, menciptakan lingkaran pertahanan yang tak tertembus di sekitar Ilta dan Svetlana. Dengan kehadiran mereka, harapan mulai bersinar di tengah kegelapan yang melingkupi ruangan.

     

    Pertempuran semakin sengit, dengan setiap serangan dari Ilta dan Svetlana berhasil memojokkan Koschei lebih jauh. Namun, Koschei bukanlah lawan yang mudah ditaklukkan. Dalam satu gerakan cepat, dia meluncurkan serangan energi hitam yang ganas, langsung mengarah pada Ilta.

     

    Svetlana melihat serangan itu datang, dan tanpa ragu, dia melompat di depan Ilta, melindungi pasangannya dengan tubuhnya sendiri. Energi hitam menghantam Svetlana dengan keras, membuatnya terhempas ke dinding batu dengan suara yang mengerikan. Sayap putih keemasannya terluka parah, bercahaya redup dengan energi yang tersisa. Dia terjatuh ke tanah, mencoba bangkit dengan susah payah.

     

    Ilta melihat kejatuhan Svetlana dengan mata terbelalak, amarah dan ketakutan menguasai dirinya. “Svela!” teriaknya, berlari mendekati Svetlana yang terluka.

     

    Svetlana menatap Ilta dengan mata penuh kasih sayang dan tekad. “Jangan biarkan mereka menang, Ilta. Kau harus menghentikannya,” bisiknya, suaranya lemah namun penuh dengan semangat.

     

    Koschei tertawa licik, senyuman kejam tersirat di wajahnya. “Sekarang kau hanya sendirian, Ilta,” ejeknya, mempersiapkan serangan berikutnya.

     

    Namun, di saat itu, sesuatu yang luar biasa terjadi. Di dalam hatinya, Ilta merasakan gelombang kekuatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Keberanian dan tekadnya semakin menguat, dan dengan teriakan penuh semangat, dia membangkitkan kekuatan baru dari dalam dirinya.

    Menyelesaikan Masa Lalu4_alineaku

    Tiba-tiba, dari punggung Ilta muncul dua pasang sayap. Sepasang sayap putih bersinar, sama seperti milik Svetlana, melambangkan kemurnian dan cahaya ilahi. Namun, di sampingnya, sepasang rantai berbentuk sayap hitam yang memancarkan kekuatan gelap muncul, melambangkan kekuatan dan kekerasan yang dihasilkan dari penderitaan dan keputusasaan masa lalu.

     

    Koschei tertegun melihat transformasi tersebut, rasa takut mulai menggerogoti dirinya. “Apa yang terjadi?” bisiknya, terkejut melihat kekuatan Ilta yang baru terbangkitkan.

     

    Dengan kedua pasang sayapnya, Ilta melayang di udara, memancarkan cahaya putih dan hitam yang saling bersatu. “Ini untuk Svela, dan semua yang telah kau sakiti!” teriak Ilta, matanya bersinar dengan kekuatan baru.

     

    Ilta menyerang Koschei dengan Cakram cahaya ilahi, kekuatan serangannya kini jauh lebih dahsyat. Setiap lemparan cakramnya tidak hanya memurnikan, tetapi juga menghancurkan pertahanan Koschei dengan kekuatan luar biasa. Rantai berbentuk sayap di punggungnya membantu mengunci gerakan Koschei, membuatnya tidak bisa menghindar dari serangan Ilta.

     

    Koschei mencoba melawan dengan serangan energi gelapnya, tetapi Ilta dengan cepat menghindar dan membalas dengan serangan cahaya yang menghancurkan. Cakram elemen saljunya menghantam Koschei dengan keras, menghilangkan sebagian tubuhnya dan memperlambat gerakannya.

     

    Sementara itu, Svetlana, meskipun terluka parah, memanfaatkan sisa kekuatannya untuk mendukung Ilta. Dengan cahaya yang tersisa di tangannya, dia menembakkan sinar ilahi ke arah Koschei, menyatu dengan serangan Ilta dan menciptakan kekuatan yang tak tertahankan.

     

    Cahaya putih dan hitam bergabung menjadi satu, menciptakan ledakan energi yang menghancurkan seluruh ruangan, membakar dan memudarkan jiwa Koschei sekaligus.

     

    Koschei terjatuh, tubuhnya terbakar oleh cahaya ilahi dan jiwanya perlahan menghilang oleh kegelapan. Dengan teriakan terakhir yang menggema, tubuhnya hancur menjadi abu, meninggalkan ruangan dalam keheningan yang mendalam.

     

    Ilta berdiri tegak di tengah puing-puing yang menyisakan bekas pertempuran dahsyat dengan Koschei. Tubuhnya terasa remuk oleh kelelahan dan luka-luka kecil yang tersebar di seluruh tubuhnya. Namun, tatapan matanya masih memancarkan tekad yang tak tergoyahkan. Di sekitarnya, keheningan hanya terpotong oleh gemuruh redup dari tembok yang runtuh dan sisa-sisa energi alam yang menguap perlahan.

     

    Svetlana terbaring tak jauh darinya, tubuhnya terluka parah dari serangan terakhir Koschei yang menghantamnya dengan kejam. Ilta mendekatinya dengan hati yang berat, langkah demi langkah, seperti seorang pejuang yang pulang dari medan perang. Sayap-sayapnya yang sekarang memudar, masih mengembang lemah di belakangnya.

     

    “Svela,” bisik Ilta dengan suara serak, mendekati pasangannya yang terluka. Dia meraih tangan Svela dengan lembut, mencoba memberikan kekuatan dan kehangatan meskipun hatinya dipenuhi dengan kesedihan. “Kita… berhasil mengalahkan para Deniluc.”

     

    Svetlana menatap Ilta dengan mata yang sayu namun penuh dengan kebanggaan. “Kita melakukannya bersama-sama,” jawabnya dengan suara yang hampir tak terdengar. “Kau… adalah keajaiban, Ilta.”

     

    Mendengar pujian dari Svetlana, Ilta tersenyum lemah. Namun, di balik senyuman itu, hatinya terasa berat karena melihat keadaan Svetlana yang terluka. “Kau hebat, Svel. Aku berhutang nyawa padamu dan tidak akan pernah melupakan pengorbananmu.”

     

    Tiba-tiba, langit di atas mereka memancarkan cahaya gemilang yang memenuhi ruang pertempuran yang sunyi. Para Angeluc mengelilingi mereka, membawa kedamaian dan cahaya dari Sang Ilahi. 

     

    Skazati, berdiri di depan mereka dengan anggun dan penuh kebijaksanaan. “Kalian telah menunjukkan keberanian yang luar biasa,” ucapnya dengan suara lembut yang mengalun seperti lagu. “Kemenangan ini adalah bukti bahwa cinta dan persatuan mampu mengatasi segala rintangan.”

     

    Di tengah cahaya yang memenuhi ruangan, Ilta merapalkan sebuah mantra penyembuhan. “Wahai cahaya ilahi, saya memohon kepada engkau yang maha kuasa, berikanlah kesembuhan dan pemulihan pada ia yang engkau kasihi.” Energinya mengalir melalui tangan-tangannya ke tubuh Svetlana yang lemah. Cahaya ilahi yang tersisa dalam dirinya ikut mengalir ke luka-luka Svetlana, menyembuhkan dan memulihkannya dengan lembut.

     

    Saat itu pula, di antara sorot cahaya dan keanggunan para Angeluc, energi mereka juga mengalir ke Ilta dan Svetlana. Mereka merasakan ketenangan dan kehangatan yang tak terlukiskan, seolah dibawa oleh sentuhan tangan ilahi yang lembut. Momen ini menjadi bukti akan kekuatan persatuan dan cinta yang mampu mengatasi segala rintangan, bahkan kegelapan terdalam sekalipun.

     

     

    Kreator : Ry Intco

    Bagikan ke

    Comment Closed: Menyelesaikan Masa Lalu

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021