Merasa tertinggal?
Ataukah ini hanya perasaan saja?
Saat usia, pencapaian orang lain, menjadi tolak ukur terhadap diri sendiri
Pertanyaan ini terkadang terlempar kepada hati dan pikiran. Memang pada umumnya usia menjadi tolak ukur untuk melihat pencapaian. Baik itu dunia kerja, dunia pernikahan, bahkan rumah tangga. Seperti apa yang orang lain capai, itu menjadi standar yang harus dicapai juga. Padahal, semua orang memiliki waktu dan masanya masing masing, bertemu dengan segala pencapaiannya. Begitu bukan?
Ada yang usia tiga puluh baru menemukan jodohnya, ada yang usia dua puluh lima sudah mampu membuka lapangan pekerjaan. Bahkan ada yang usia empat puluh tahun baru dikaruniai keturunan. Nyatanya, memang Allah ingin menguji soal waktu, soal sabar, dan keyakinan akan keimanannya. Terkadang untuk mengerti dan mengambil hikmah Allah itu hanya perlu menjalani dengan yakin. Karena hanya Allah yang tahu waktu yang tepat untuk memberikan pencapaian yang baik.
Jika terus terpaku pada perbandingan nikmat dan hitungan manusia, maka rasa tertinggal itu akan terus ada.
Mengapa sangat merisaukan sesuatu yang belum menjadi takdir pasti untuk dijalani?
Bukankah seharusnya merisaukan setiap hari hari yang telah dan sedang dilalui?
Akankah itu menjadi catatan amal kebaikan, pencapaian yang terbaik menurut diri dan menurut Allah?
Justru yang sulit bukan menjaga harapan dan mewujudkan espektasi manusia, namun hal yang lebih sulit adalah menjaga harapan dan doa utuh yang telah terpanjatkan kepada Pencipta. Disana banyak ruang penerimaan, ridho, tawakal atas ketetapan yang tengah dijalani. Akan terasa sulit jika keyakinan atas doa doa telah memudar, sehingga muncul rasa keraguan.
Mulai hari ini, berusahalah untuk belajar dan berproses mengacuhkan rasa tertinggal. Semua akan bermuara pada pencapaian masing masing jika sang Pencipta sudah berkehendak pada masa yang tepat.
Pada usaha yang telah berdarah darah, pada pikiran yang telah lelah, dan pada doa yang tidak pernah bosan terpanjatkan. Allah tidak pernah menempatkan manusia manusia pada takdir kesia siaan. Allah Maha Baik, sangat baik. Telah mengatur hidup sedemikian rupa. Ia tidak pernah sekalipun zalim kepada hamba-Nya.
Kreator : Diyah Laili
Comment Closed: Merasa Tertinggal
Sorry, comment are closed for this post.