KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Merawat pohon kehidupan

    Merawat pohon kehidupan

    BY 29 Jun 2025 Dilihat: 3 kali
    Merawat pohon kehidupan_alineaku

    Awan menggantung di atas langit pematang sawah. Tampak mulai gelap, menutupi sinar sang mentari. Memaksa para pekerja bergerak cepat, memindahkan gabah padi hasil panen ke atas truk pengangkut. Rona kegembiraan  tampak jelas di wajah mereka. Sesekali mereka tertawa dan saling bercanda. Bahagia tanpa rekayasa. Walaupun tak bisa dipungkiri, tubuh mereka terlihat letih dan lelah.  Aku melewati mereka sambil melempar senyum tipis. Sedikit membungkuk memberi tanda hormat.    

     

    Panorama panen raya harapan semua petani. Merasakan nikmat setelah berjibaku melawan terik panas matahari. Apapun hasilnya, yang pasti harus disyukuri. 

     

    Aku teringat kisah 2 orang sahabat dalam surah Al-Kahfi, keduanya petani namun kondisinya berbeda. 

    Orang pertama, memiliki 2 kebun buah anggur, dikelilingi pohon kurma yang rindang dan berbuah lebat, ditambah ladang di antara pepohonan kurma, plus irigasi  air tidak pernah kering. Kata anak muda sekarang, tajir melintir

    Sedangkan orang kedua, hanya memiliki satu kebun, yang hasilnya pas-pasan. Memang berbuah namun tidak selebat kebun orang pertama. Orang pertama kaya, tapi sombong dan kikir. Orang kedua, beriman dan rendah hati.

    Melihat kondisi yang timpang, si kaya mulai bersikap angkuh. Tak segan ia berucap, aku lebih banyak harta dan pengikut (pekerja) dari pada yang kamu miliki.

    Sebagai seorang sobat, ia tidak ingin temannya tenggelam dalam kesombongan. Berbagai cara digunakan, sekadar ingin menyadarkannya. Ia menasehati awal penciptaannya, betapa Allah Swt. telah menjadikan bentuk tubuhnya sempurna, diciptaan dari tanah dan air mani yang hina. Mengingatkannya akan bahaya bersikap kufur atas nikmat Allah. Betapa lemahnya manusia, dan betapa butuhnya terhadap kuasa dan kekuatan Allah Swt 

    Namun, asa menyadarkan sobatnya tertolak. Akibat sekat dan penghalang dalam hatinya. Semakin menjadi-jadi takaburnya. Hingga suatu malam, Allah Swt. turunkan petir membawa hawa panas. Menyambar seluruh pohon hingga membakarnya. Hangus dan musnah tak tersisa. Esok  harinya, betapa terkejutnya si kaya, saat ia ingin memanen hasil kebun yang melimpah. Kondisi kebun telah rusak, tersabit-sabit, tidak satupun pohon tersisa. Ia pun tertunduk lesu, sambil membolak-balikkan tangannya tanda menyesal. Ia pun bertaubat atas sikap sombongnya. 

     

    Setiap dari kita mempunyai pohon kehidupan. Yang dijadikan Allah sebagai sumber rezeki dalam hidup, apapun bentuknya. Setiap insan hendaknya menyadari, bahwa berbagai profesi hidup ia jalani, hanya sekedar satu batu loncatan dan media untuk ingat kuasa Allah atas dirinya. 

    Petani menabur biji, Allah yang menumbuhkan hingga menghasilkan buah. Ibarat seorang yang makan, ia hanya memastikan makanan yang masuk halal dan thayib, sesuai aturan Islam. Selebihnya, proses makanan dicerna dan diolah oleh tubuh hingga menjadi energi, semuanya Allah yang mengaturnya. 

    Ibarat seorang yang berolahraga. Berjalan, berlari, berenang dan lain-lain.  Adapun lancarnya aliran darah, terjaganya imun dalam sistem metabolisme tubuh yang stabil, adalah wilayah kuasa Allah. Artinya, Allah yang menentukan kondisi seseorang itu sehat atau sakit. Filsafat Arab tampaknya perlu ditanamkan dalam diri kita. Bahwa sesungguhnya kita tidak lebih hanya berikhtiar dengan wad’u habbah (menaruh biji). 

    Maka, jaga dan rawatlah pohon kehidupan sesuai dengan aturan Allah. Mindset dan pola pikir harus dibangun atas kesadaran penuh, diatas pondasi kehambaan bukan keakuan.

     

     

    Kreator : Arief Budiono

    Bagikan ke

    Comment Closed: Merawat pohon kehidupan

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021