Pukul 11.00 siang aku mendapat telepon dari Tante bahwa suamimu jatuh sakit. Saat kuhubungi dan menanyakan apa sakitnya, jawaban yang terjawab belum tahu. Beberapa bulan terakhir terkabar bahwa kalian sekeluarga baik-baik saja.
Usai pelajaran terakhir, aku menelepon suamiku untuk menyampaikan bahwa sebentar sore kita menjenguk suami Dana di rumah sakit Hermina dan kabarnya sudah beberapa hari dirawat di rumah sakit ini bahkan sudah pernah dibawa ke RSCM di Jakarta.
Sore hari kami langsung ke resepsionis rumah sakit mencari informasi kamar tempat suami Dana di rawat. Setelah mendapat informasi kami langsung ke sana.
“Mas Daffa, semoga cepat sembuh,” sapaku ketika bersalaman.
“Terima kasih, ibunya Yuda.”
Dana mempersilahkan kami duduk dan bercerita bahwa suaminya mengalami penyakit autoimun. Aku yang memang awam dengan penyakit ini mulai bertanya beberapa hal.
“Gejala awalnya seperti apa?”
“Sering merasa lemas, otot pegal atau nyeri sendi, demam yang hilang timbul, kesemutan di tangan atau kaki.”
“Terakhir bertemu mas Daffa badannya berisi.”
“Iya, sekitar 11 kilogram turun drastis.” jawab Dana sambil mengambil tissue untuk diberikan ke Mas Daffa yang berusaha duduk ketika menyambut kedatangan kami.
Di sela-sela obrolan, ku sempatkan searching terkait penyakit yang diderita Mas Daffa, jujur aku tak banyak memahami penyakit ini.
“Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri. Beberapa penyakit diantaranya memiliki gejala serupa, seperti lelah, nyeri otot, dan demam. Meski menimbulkan beberapa gejala awal yang sama, masing-masing penyakit autoimun tetap memiliki gejala spesifik, seperti diabetes tipe 1 yang gejalanya berupa sering haus, lemas, dan berat badan menurun drastis,”
Dalam hati aku membaca dengan seksama.
Lanjut kubaca lagi, “Sedangkan sistem kekebalan tubuh, seharusnya berfungsi melindungi tubuh untuk melawan penyakit dan sel jahat, seperti bakteri maupun virus. Banyak dampak yang akan timbul jika tubuh terserang autoimun.”
Sambil sesekali nimbrung dengan obrolan suamiku dan Mas Daffa terkait penyakit yang dialami.
Tak terasa jarum jam menunjukkan pukul lima sore kami berpamitan.
“Sungguh aku masih belum yakin dengan keadaan Mas Daffa. Allahumma rabban nasi, adzhibil ba’sa isyfi antas syafi la syafiya illa anta syifa’an la yughadiru saqaman. Artinya: Tuhanku, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit. Berikan kesembuhan karena Engkau adalah penyembuh.” doaku untuk suami Dana, sahabatku.
****
Di langit biru, Sang Raja Siang berdiri memancarkan panasnya. Ku buka WhatsApp Messenger. Tertulis berita tentang suami sahabatku Dana.
“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun,” ucapku.
Mas Daffa telah tiada. Autoimun merupakan penyakit yang belum ditemukan penyembuhnya yang dibawa oleh Mas Daffa sampai akhir hayatnya. Mas Daffa, kami mengenalnya sebagai pribadi yang santun dan tenang dalam pembawaannya, kan menjadi kenangan saat-saat kami berkunjung ke rumah almarhum. Yah…dalam hidup yang kita jalani ini tak selamanya sesuai dengan keinginan atau bahkan harus menghadirkan rasa sakit yang sulit untuk dihilangkan.
Pilu tangisan dari sahabatku, Dana, kekasih berpulang untuk selamanya. Jiwa dan raga hancur merasa sakit dan sangat terpukul ketika ditinggal pergi. Aku menangis merasakan kesedihan yang mendalam.
Kuterima pesan setelah dua bulan kepergian suamimu. Belum mampu untuk menghilangkan kenangan-kenangan, kamu merindu, sangat merindu. Almarhum Mas Daffa pasti tahu engkau selalu merindukannya. Cinta kalian tetap abadi. Doaku semoga engkau selalu dalam ketabahan, Dana.
****
“Orang yang kita cintai tidak pernah benar-benar meninggalkan kita. Ada hal-hal yang tidak bisa disentuh oleh kematian.” – Jack Thorne
Kreator : Indarwati Suhariati Ningsi
Comment Closed: Merindu Tanpa Batas Waktu
Sorry, comment are closed for this post.