Mengingat masa kecil yang indah adalah pengobat rindu akan masa kanak-kanak di kala mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar (SD). Dedikasi para guru untuk murid tercermin dari bagaimana beliau para guru mendidik kami dengan sabar namun tetap tegas, ramah namun tetap disegani dan yang tidak kalah penting adalah kepedulian Bapak dan ibu guru akan segala kebutuhan murid dalam belajar sangat tercukupi, sehingga tidak heran murid di masa lalu sangat menghormati gurunya karena begitu berartinya guru di mata mereka.
Peran guru menjadi sangat urgen bagi anak didik, pun juga ini tidak terlepas dari figur guru yang sudah menjadi tauladan bagi murid dalam keseharian mereka. Guru tempo dulu sangat berwibawa di hadapan murid dan mampu memberikan kesungkanan bagi murid untuk sekedar bertegur sapa dengan beliau. Dulu ketika guru berjalan dari kejauhan, murid akan bergegas untuk masuk kelas karena takut dimarahi guru atau bahkan takut terkena sanksi. Adab murid kepada guru sangat kental sehingga etika nampak terpatri dalam sanubari murid untuk selalu mengutamakan budaya sopan santun terhadap gurunya dimanapun berada.
Seiring dengan perkembangan zaman, nyata adanya bahwa apa yang dikatakan Ki Hajar Dewantara dalam filosofinya tentang kodrat alam dan kodrat zaman memang benar. Bahkan, zaman yang terus maju di era globalisasi dan dipantik dengan datangnya pagebluk Covid-19 merubah pola pikir dan pola mengajar guru dari Konvensional menuju Technological. Metamorfosa guru yang semakin masif di era digital menyebabkan kurikulum pendidikan yang diterapkan pun semakin berkembang. Transformasi pendidikan yang digaungkan Mas Nadim Makarim sukses menyulap guru lugu menjadi guru “canggih”. Pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19 membuat guru berlomba-lomba membuat konten-konten kreatif pembelajaran yang menarik bagi murid meski tanpa bertatap muka. Tujuan mereka hanya satu agar tujuan pembelajaran tetap dapat tercapai dalam kondisi apapun.
Guru berusaha semaksimal mungkin memberikan pelayanan kepada murid agar terus dapat belajar dan mendapatkan ilmu yang mereka jalani di jenjang yang mereka hadapi meskipun terkendala pandemi sekalipun. Peningkatan literasi digital menjadi “hikmah” dibalik pembelajaran daring sebagai imbas dari pola pendidikan di masa pandemi. Fasilitas dan promosi webinar tentang pendidikan merajalela di media sosial sehingga banyak insan pendidik yang tertarik untuk meningkatkan kompetensi mereka melalui keikutsertaan mereka pada webinar-webinar yang menawarkan pembelajaran gratis dengan narasumber dan konten webinar yang berkualitas.
Banyak guru yang saat ini mulai beranggapan pentingnya beralih pandangan dari pembelajaran monoton dengan metode ceramah menuju model pembelajaran abad 21. Pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru di era generasi Z saat ini adalah pembelajaran yang berbasis teknologi. Guru mulai aktif di media sosial untuk berbagi praktik baik melalui aplikasi pembelajaran yang inovatif dengan berbagai macam pilihan aplikasi yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun.
Tergelitik dan terinspirasi dengan para pendidik yang wara-wiri di media sosial dan mendapatkan apresiasi dari Kemendikbud atas dedikasinya membagikan video praktik pembelajaran kepada masyarakat. Nama-nama viral guru inspiratif sebut saja @hendrabudy, @nandayx, @fafa_ahfar dan masih banyak lagi yang lainnya memberikan gambaran baru bagi kita bahwa kreativitas dan kompetensi guru perlu dikembangkan seiring dengan derasnya gempuran globalisasi yang merembet pada segmen pendidikan yang semakin maju saat ini.
Guru di masa depan harus menjadi garda terdepan bagi generasi muda yang menimba ilmu di semua jenjang. Guru harus memiliki banyak fungsi strategis hati mengawal anak didik menuju apa yang dicita-citakan. Fungsi-fungsi strategis yang harus diemban guru selain sebagai pengajar dan pendidik, antara lain: (1) mengubah paradigma primitif mengajar monoton menjadi berdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan murid; (2) Memotivasi peserta didik secara akademik dan psikologis dengan tetap berpegang teguh pada filosofi KHD “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani.” Maknanya sebagai guru harus dapat menjadi contoh dan selalu mendukung murid baik dalam bentuk moral maupun spiritual; (3) Menggalakkan literasi digital dalam proses pembelajaran, dan (4) Mendampingi serta mengawasi murid agar dapat memfilter informasi-dan pengetahuan baru yang mereka peroleh di media sosial.
Guru adalah penentu warna-warni cermin pendidikan di masa depan. Semua takdir akan kita lalui meskipun takdir itu harus kita jalani dengan cara yang tak mudah dan guru adalah takdir terindah yang diberikan Allah kepada kita agar kita dapat menjadi insan yang bermanfaat bagi banyak khalayak. Untuk para guru dimanapun berada, tetaplah menjadi sosok yang pantang menyerah dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa. Teruslah berkarya wahai guru sang pelopor karakter semua profesi di dunia. Berkreasi dan bergelut dengan kecanggihan teknologi menjadi tantangan bagi guru untuk terus menjadi sosok multitalenta bagi murid di masa depan. Inilah metamorfosa guru yang mengubah perspektif guru dalam banyak hal di era generasi yang semakin masif dengan kecanggihan teknologi.
Dan akhirnya, mari kita galakkan transformasi pendidikan yang beretika dan berbudaya agar kualitas pendidikan di Indonesia semakin maju dan berkembang seiring maraknya digitalisasi pendidikan saat ini. Predikat guru di masa depan bukan hanya profesi namun dedikasi yang membawa kemaslahatan dan kemanfaatan bagi seluruh rakyat Indonesia bahkan dunia. Aamiin.
Kreator : Nila Solichatun Nadhiroh
Comment Closed: METAMORFOSA GURU
Sorry, comment are closed for this post.