B. FASE ‘ALAQAH: KETIKA KEHIDUPAN MULAI MEMBENTUK
Setelah fase nutfah, Allah SWT dengan kuasa-Nya mengubah setetes air mani menjadi ‘alaqah, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Mu’minun ayat 14, “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah.” Istilah ‘alaqah dalam bahasa Arab memiliki tiga makna yang mengagumkan: sesuatu yang menggantung, segumpal darah, dan bentuk seperti lintah. Prof. Dr. Keith Moore, dalam penelitiannya yang revolutionary, mengungkapkan kekagumannya pada ketepatan istilah yang digunakan Al-Qur’an ini.
Fase ‘alaqah yang berlangsung sekitar 20-25 hari ini menunjukkan keajaiban yang luar biasa. Dr. Muhammad Ali Albar, seorang pakar embriologi Muslim, menjelaskan bahwa pada fase ini embrio benar-benar terlihat seperti lintah yang menempel di dinding rahim. “Sungguh menakjubkan bagaimana Al-Qur’an menggambarkan fase ini dengan sangat akurat, padahal teknologi mikroskop belum ditemukan pada masa itu,” ungkapnya dalam bukunya Human Development as Revealed in the Holy Quran and Hadith.
QS. Al-‘Alaq ayat 1-2 yang berbunyi, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,” menjadi sangat bermakna ketika kita memahami proses ini. Prof. Dr. Joe Leigh Simpson, mantan ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi di Baylor College of Medicine, AS, menyatakan bahwa deskripsi Al-Qur’an tentang fase ‘alaqah ini sangat akurat secara ilmiah. Embrio pada tahap ini tidak hanya berbentuk seperti lintah, tetapi juga “meminum” darah dari ibu melalui plasenta yang mulai terbentuk, persis seperti cara lintah mendapatkan nutrisi.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Jika nutfah telah berusia empat puluh dua malam, Allah mengutus malaikat untuk membentuknya, menciptakan pendengaran, penglihatan, kulit, daging, dan tulangnya.” (HR. Muslim). Para ilmuwan modern mengkonfirmasi bahwa periode ini memang merupakan masa kritis pembentukan organ-organ utama (organogenesis). Dr. Gerald C. Goeringer dari Georgetown University menegaskan bahwa deskripsi dalam Al-Qur’an tentang perkembangan embrio manusia melampaui pengetahuan ilmiah pada abad ke-7 Masehi.
Yang lebih mengagumkan lagi, penelitian dengan mikroskop elektron menunjukkan bahwa pada fase ‘alaqah, sel-sel darah mulai terbentuk sebelum pembuluh darah selesai berkembang, menciptakan tampilan segumpal darah yang sangat mirip dengan deskripsi Al-Qur’an. Prof. Emeritus T.V.N. Persaud dari University of Manitoba, Kanada, menyatakan bahwa deskripsi Al-Qur’an tentang perkembangan manusia menunjukkan bahwa Muhammad SAW “pasti telah menerima informasi ini dari Sang Pencipta.”
Fase ‘alaqah menjadi bukti nyata kebesaran Allah dalam menciptakan manusia tahap demi tahap. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Nuh ayat 14, “Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.” Pemahaman tentang fase ini seharusnya membuat kita semakin takjub dan bersyukur atas kesempurnaan penciptaan kita, sekaligus menyadari bahwa tidak ada yang sia-sia dalam proses penciptaan yang Allah tetapkan. Setiap tahap memiliki hikmah dan tujuan yang mendalam, menunjukkan betapa terencana dan sempurnanya desain kehidupan yang Allah ciptakan.
C. FASE MUDGHAH: AWAL MULA PEMBENTUKAN ORGAN
Perjalanan penciptaan manusia memasuki fase yang lebih menakjubkan ketika Allah SWT mengubah ‘alaqah menjadi mudghah, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, “…lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging…” (QS. Al-Mu’minun: 14). Istilah mudghah dalam bahasa Arab memiliki arti yang sangat menarik, yaitu “sesuatu yang terlihat seperti telah dikunyah”. Para ilmuwan modern tercengang ketika melihat gambaran embrio pada fase ini di bawah mikroskop, karena benar-benar menyerupai jejak gigitan pada sepotong daging.
Prof. Dr. Keith Moore, dalam bukunya The Developing Human with Islamic Additions, menggambarkan kekagumannya saat membuat replika embrio dari tanah liat dan menggigitnya. Hasilnya sangat mirip dengan bentuk embrio pada fase mudghah yang terlihat di bawah mikroskop elektron. “Saya tidak dapat menemukan deskripsi yang lebih baik daripada kata ‘mudghah’ untuk menggambarkan penampilan embrio pada tahap ini,” ungkapnya. Penemuan ini semakin menegaskan keajaiban Al-Qur’an yang telah mendeskripsikan fase ini dengan sangat akurat 14 abad yang lalu.
Dalam QS. Al-Hajj ayat 5, Allah SWT lebih detail menjelaskan, “…dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna…” Dr. Muhammad Ali Albar menjelaskan bahwa ayat ini mengacu pada fakta ilmiah bahwa pada fase mudghah, sebagian sel berkembang menjadi organ-organ tubuh (sempurna), sementara sebagian lainnya mengalami apoptosis atau kematian sel terprogram (tidak sempurna). Rasulullah SAW memperkuat hal ini dalam sebuah hadits, “Ketika nutfah telah berusia empat puluh dua malam, Allah mengutus malaikat kepadanya lalu dibuatkan bentuknya, diciptakan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang-tulangnya.” (HR. Muslim)
Prof. Dr. Zaghloul El-Naggar menambahkan bahwa fase mudghah, yang berlangsung sekitar minggu keempat hingga keenam kehamilan, merupakan periode kritis pembentukan organ-organ utama (organogenesis). Pada fase ini, terbentuk tiga lapisan germinal: ektoderm, mesoderm, dan endoderm, yang akan berkembang menjadi berbagai organ dan jaringan tubuh. “Proses ini begitu kompleks dan terkoordinasi dengan sempurna, menunjukkan kebesaran Allah dalam mendesain kehidupan,” jelasnya dalam seminar “Scientific Miracles in the Quran”.
Dr. Gerald C. Goeringer dari Georgetown University memberikan perspektif menarik tentang fase ini. Ia menyatakan bahwa penampakan seperti “bekas gigitan” pada embrio mudghah sebenarnya mencerminkan pola somit (segmen-segmen tubuh primitif) yang akan berkembang menjadi struktur tulang belakang. “Deskripsi Al-Qur’an tentang fase ini sangat akurat secara morfologis, bahkan melampaui pengetahuan embriologi pada masa itu,” ujarnya dalam sebuah konferensi ilmiah di Kairo.
Sebagai tanda kebesaran Allah, fase mudghah juga menandai dimulainya pembentukan karakteristik individu manusia. Dalam sebuah hadits qudsi diriwayatkan bahwa pada fase ini, Allah mengutus malaikat untuk mencatat rezeki, ajal, amal, dan kebahagiaan atau kesengsaraan janin tersebut (HR. Bukhari). Prof. Dr. Maurice Bucaille menyatakan bahwa keakuratan deskripsi Al-Qur’an tentang fase-fase perkembangan embrio, termasuk fase mudghah, adalah “tanda yang jelas bahwa Al-Qur’an tidak mungkin karangan manusia.”
Fase mudghah menjadi bukti nyata bagaimana Allah SWT menciptakan manusia dengan proses yang sangat terencana dan sempurna. Sebagaimana firman-Nya, “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan.” (QS. At-Tariq: 5). Pemahaman tentang fase ini seharusnya membuat kita semakin takjub dan bersyukur atas kesempurnaan penciptaan kita, sekaligus menyadari bahwa setiap tahap dalam kehidupan kita telah diatur dengan sangat cermat oleh Allah SWT.
Kreator : Baijuri Haromaini
Comment Closed: METAMORFOSIS MANUSIA: PERJALANAN KEHIDUPAN SANG PEMENANG (Part II)
Sorry, comment are closed for this post.