H. FASE PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN: METAMORFOSIS MENUJU KESEMPURNAAN
Pernahkah kita merenungkan bagaimana Allah SWT merancang perjalanan pertumbuhan manusia dengan begitu indah? Dalam Al-Qur’an, Allah menggambarkan fase ini dengan firman-Nya yang menakjubkan: “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebagai seorang anak, kemudian dibiarkan kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua.” (QS. Ghafir: 67)
Kisah pertumbuhan manusia dimulai dari sosok mungil yang tak berdaya hingga mencapai puncak kematangan. Allah menegaskan dalam firman-Nya: “Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun…” (QS. Al-Ahqaf: 15). Tahapan ini menyimpan rahasia kehidupan yang luar biasa, di mana setiap fase membawa perkembangan unik dalam aspek fisik, mental, dan spiritual.
Dr. Benjamin Spock, pionir dalam studi perkembangan anak, mengungkapkan kekagumannya pada tahapan pertumbuhan manusia. “Setiap anak adalah sebuah mukjizat berjalan. Dalam dua tahun pertama, mereka belajar lebih banyak daripada periode lain dalam hidup mereka – dari tidak bisa apa-apa hingga berjalan, berbicara, dan memahami dunia di sekitar mereka,” tulisnya dalam Baby and Child Care.
Keajaiban masa kanak-kanak mendapat perhatian khusus dari Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda: “Setiap anak adalah pemimpin di masa kanak-kanaknya.” (HR. Bukhari). Prof. Dr. Howard Gardner dari Harvard University menjelaskan fenomena ini dari perspektif multiple intelligence. “Periode emas pembelajaran terjadi pada masa kanak-kanak awal. Otak anak seperti spons yang menyerap segala pengalaman dan mengubahnya menjadi koneksi neural yang akan membentuk fondasi kecerdasan mereka,” ungkapnya.
Dr. Jean Piaget, dalam teori perkembangan kognitifnya, memaparkan tahapan pertumbuhan yang selaras dengan isyarat Al-Qur’an. “Setiap anak melalui tahapan perkembangan yang telah ditentukan – dari sensorimotor hingga operasional formal. Yang mengagumkan, urutan ini universal pada semua budaya, menunjukkan adanya ‘blueprint’ ilahiah dalam penciptaan manusia,” jelasnya dalam The Psychology of Intelligence.
Imam Al-Ghazali memberikan perspektif spiritual yang mendalam tentang fase ini. Dalam Ihya Ulumuddin, beliau menulis, “Hati seorang anak bagaikan permata murni, siap menerima apa saja yang diukirkan padanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan, ia akan tumbuh dalam kebaikan.” Pandangan ini diperkuat oleh penelitian neurosains modern yang menunjukkan bagaimana pengalaman masa kecil membentuk arsitektur otak.
Prof. Dr. Bruce Perry, pakar neurobiologi anak, menambahkan dimensi ilmiah yang menarik. “Otak berkembang dalam pola hierarkis yang terorganisir, dari batang otak hingga korteks. Pengalaman awal tidak hanya membentuk arsitektur otak tetapi juga kapasitas untuk pembelajaran, regulasi emosi, dan perilaku sosial di masa depan,” jelasnya dalam The Boy Who Was Raised as a Dog.
Allah SWT menggambarkan puncak kematangan manusia dalam firman-Nya: “Kemudian, apabila dia telah sampai pada kekuatan penuhnya…” (QS. Al-Qashash: 14). Dr. Erik Erikson menguraikan delapan tahap perkembangan psikososial yang mengarah pada kematangan ini. “Setiap krisis perkembangan yang berhasil diatasi membawa kebijaksanaan unik, membentuk individu yang utuh dan matang,” tulisnya.
Prof. Dr. Mahmud Syaltut melihat fase pertumbuhan ini dari kacamata maqashid syariah. “Pertumbuhan fisik dan mental adalah amanah yang harus dijaga dan diarahkan sesuai fitrah. Ini adalah periode pembentukan karakter yang akan menentukan kualitas generasi mendatang,” ungkapnya dalam Al-Islam: Aqidah wa Syari’ah.
Dr. Daniel Siegel, psikiater anak terkemuka, menekankan pentingnya attachment dalam pertumbuhan. “Hubungan yang aman dengan pengasuh tidak hanya mempengaruhi perkembangan emosional tetapi juga membentuk struktur otak yang mendukung regulasi stress, pembelajaran, dan hubungan sosial,” jelasnya dalam The Developing Mind.
Sungguh, dalam fase pertumbuhan dan perkembangan ini tersimpan tanda-tanda kekuasaan Allah bagi mereka yang mengamati. Sebagaimana firman-Nya: “Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. Adz-Dzariyat: 20-21). Setiap tahap pertumbuhan adalah bukti nyata keagungan design Sang Pencipta, mengajak kita untuk terus belajar dan mengembangkan potensi yang telah dianugerahkan.
I. FASE DEWASA DAN KEMATANGAN: MENCAPAI PUNCAK KEHIDUPAN
Perjalanan kehidupan manusia mencapai tahap istimewa ketika memasuki usia kematangan, sebagaimana Allah SWT mengabadikannya dalam firman yang penuh makna: “Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, dia berdoa, ‘Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” (QS. Al-Ahqaf: 15)
Dr. Viktor Frankl, pendiri logoterapi, melihat fase kematangan ini sebagai momentum pencarian makna terdalam. “Pada usia 40, manusia mencapai kapasitas penuh untuk memahami makna hidupnya. Ini adalah masa ketika kebijaksanaan mulai matang dan spiritualitas mencapai kedalamannya,” ungkapnya dalam Man’s Search for Meaning. Pandangan ini sejalan dengan hadits Rasulullah SAW: “Sebaik-baik usia umatku adalah ketika mereka mencapai empat puluh tahun.” (HR. Muslim)
Prof. Dr. Abraham Maslow menambahkan dimensi psikologis yang menarik tentang fase ini. “Usia matang adalah saat manusia paling mungkin mencapai aktualisasi diri – puncak dari hierarki kebutuhan manusia. Pada fase ini, seseorang tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dasarnya tetapi juga berkontribusi maksimal untuk kemanusiaan,” jelasnya dalam penelitiannya tentang peak experiences.
Allah SWT mengingatkan tentang kesempurnaan penciptaan manusia: “Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang.” (QS. Al-Infitar: 7). Dr. Carl Jung melihat fase kematangan sebagai periode individuasi – proses menjadi diri yang utuh. “Pada paruh kedua kehidupan, manusia mencapai integrasi terdalam antara kesadaran dan ketidaksadaran, menghasilkan kebijaksanaan yang unik,” tulisnya.
Prof. Dr. Seyyed Hossein Nasr memberikan perspektif spiritual yang mendalam. “Usia 40 dalam tradisi Islam dipandang sebagai usia kenabian. Ini adalah fase ketika kematangan spiritual dan intelektual mencapai titik optimal, memungkinkan manusia mengemban tanggung jawab terbesar dalam hidupnya,” jelasnya dalam Islamic Spirituality.
Bukti ilmiah modern mengkonfirmasi keistimewaan fase ini. Dr. Gene Cohen, pakar penuaan dari George Washington University, mengungkapkan: “Otak mencapai puncak kebijaksanaan di usia matang. Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan memecahkan masalah kompleks dan mengintegrasikan pengalaman mencapai optimal di usia 40-an hingga 50-an.”
Imam Al-Ghazali menggambarkan fase ini sebagai “musim panen spiritual”. Dalam Kimiya-e Saadat, beliau menulis: “Kematangan adalah saat manusia memahami hakikat kehidupan dan tujuan penciptaannya. Ini adalah masa terbaik untuk menuai hasil dari benih-benih kebaikan yang telah ditanam sebelumnya.”
Rasulullah SAW menekankan pentingnya memanfaatkan masa kematangan ini dalam hadits: “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Hakim)
Dr. Robert Kegan dari Harvard Graduate School of Education menambahkan perspektif perkembangan kognitif. “Usia matang membawa kemampuan berpikir post-formal yang memungkinkan seseorang memahami paradoks kehidupan dan mengintegrasikan berbagai perspektif yang tampak bertentangan,” jelasnya dalam In Over Our Heads.
Prof. Dr. Martin Seligman, pionir psikologi positif, menyoroti potensi kebahagiaan di usia matang. “Penelitian menunjukkan bahwa kepuasan hidup mencapai puncaknya di usia matang, ketika seseorang telah mengembangkan kekuatan karakternya dan menemukan makna dalam memberi kepada orang lain,” ungkapnya dalam Authentic Happiness.
Allah SWT mengingatkan tentang tujuan penciptaan manusia dalam firman-Nya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56). Fase kematangan adalah momentum terbaik untuk mewujudkan tujuan mulia ini, ketika kebijaksanaan, kemampuan, dan kesadaran spiritual mencapai puncaknya.
Sungguh, dalam fase kematangan ini tersimpan rahasia kehidupan yang mendalam. Sebagaimana firman Allah: “Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?” (QS. Yasin: 68). Setiap detik di usia matang adalah kesempatan emas untuk mengukir kebaikan yang akan mengalir hingga akhir zaman.
Kreator : Baijuri Haromaini
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: METAMORFOSIS MANUSIA: PERJALANAN KEHIDUPAN SANG PEMENANG (Part V)
Sorry, comment are closed for this post.