G. FASE KEMATIAN: PERJALANAN AGUNG MENUJU PERJUMPAAN
Di penghujung metamorfosis kehidupan, Allah SWT telah menetapkan satu fase yang pasti dialami setiap jiwa, yakni kematian. Sebagaimana firman-Nya yang menggetarkan kalbu dalam QS. Ali Imran ayat 185: “Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasan untukmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.”
Dr. Peter Fenwick, neuropsikiatri dari King’s College London yang telah meneliti ribuan kasus pengalaman menjelang kematian (Near Death Experience/NDE), mengungkapkan temuan yang menakjubkan: “Saat seseorang mendekati kematian, aktivitas otak menunjukkan pola yang luar biasa – gelombang gamma yang meningkat drastis, menandakan kesadaran yang justru semakin tajam. Seakan-akan jiwa sedang mempersiapkan diri untuk sebuah perjalanan agung.” Temuan ini selaras dengan firman Allah dalam QS. Qaf ayat 19: “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.”
Prof. Dr. Raymond Moody, penulis Life After Life, setelah meneliti lebih dari 3000 kasus NDE, berbagi pengamatan yang menggetarkan: “Banyak pasien melaporkan pengalaman spiritual yang mendalam – merasakan cinta yang tak terbatas, melihat cahaya yang memukau, dan mengalami peninjauan kehidupan yang sangat detail. Yang mengejutkan, pengalaman ini sering mengubah total cara mereka memandang kehidupan dan kematian.” Rasulullah SAW telah mengisyaratkan hal ini dalam sabdanya: “Orang-orang itu tidur, dan ketika mereka mati, mereka terjaga.” (HR. Ali)
Dr. Eben Alexander, ahli bedah saraf dari Harvard yang mengalami NDE, menuturkan dengan bergetar: “Saya dulu adalah seorang skeptis, sampai saya mengalaminya sendiri. Kematian bukanlah akhir kesadaran, ia adalah transisi menuju dimensi kesadaran yang jauh lebih tinggi. Setiap sel dalam tubuh kita seakan telah diprogram untuk mengenali momen sakral ini.” Ini meresonansikan firman Allah dalam QS. Al-Waqi’ah ayat 83-85: “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat.”
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, dalam kitabnya Sirr Al-Asrar, mengungkap rahasia mendalam: “Kematian bagi orang beriman adalah seperti pintu yang terbuka menuju taman-taman surga. Setiap tarikan nafas terakhir adalah hembusan yang membawa jiwa kembali ke haribaan-Nya. Bagi mereka yang telah mengenal-Nya, kematian adalah momen yang dirindukan – pertemuan sang pecinta dengan Yang Dicinta.”
Prof. Dr. Bruce Greyson, psikiater yang telah meneliti fenomena kematian selama 45 tahun, mengungkapkan temuan yang mencerahkan: “Orang-orang yang pernah mengalami NDE melaporkan hilangnya rasa takut akan kematian. Mereka memahami bahwa kematian fisik hanyalah fase transisi, seperti kupu-kupu yang meninggalkan kepompongnya. Yang lebih menakjubkan, mereka kembali dengan tingkat spiritualitas dan empati yang jauh lebih tinggi.”
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Mulk ayat 2: “Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” Dr. Rachel Harris, dalam penelitiannya tentang psikologi transpersonal, menyimpulkan: “Kesadaran akan kematian, alih-alih membuat hidup menjadi muram, justru membuat setiap momen hidup menjadi lebih bermakna. Ia adalah cermin yang memantulkan apa yang benar-benar penting dalam hidup.”
Imam Al-Ghazali menulis dengan mendalam dalam Ihya Ulumuddin: “Kematian adalah jembatan yang mempertemukan sang pecinta dengan Kekasihnya. Bagi orang arif, kematian adalah pintu gerbang menuju kebahagiaan abadi. Setiap detak jantung adalah langkah menuju perjumpaan ini, setiap tarikan nafas adalah persiapan menuju momen yang dinanti.”
Dalam sebuah hadits yang menyentuh, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa cinta berjumpa dengan Allah, Allah cinta berjumpa dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dr. Kenneth Ring, pionir penelitian NDE, mengamati: “Orang-orang yang memiliki pengalaman mendekati kematian sering melaporkan merasakan cinta yang tak terlukiskan – cinta yang melampaui segala pemahaman duniawi. Ini seakan mengkonfirmasi bahwa kematian adalah gerbang menuju dimensi cinta yang lebih tinggi.”
Fase kematian mengajarkan kita bahwa kehidupan dan kematian adalah dua sisi dari koin yang sama. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ankabut ayat 57: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” Kematian bukanlah akhir, melainkan kelahiran ke dalam dimensi yang lebih tinggi. Setiap detak jantung adalah pengingat bahwa kita sedang dalam perjalanan. Setiap tarikan nafas adalah kesempatan untuk mempersiapkan bekal perjalanan agung ini.
Jalaluddin Rumi melukiskan dengan indah: “Kematian bukanlah akhir, melainkan fajar dari kehidupan yang baru. Seperti matahari yang tampak terbenam di satu horizon, namun sebenarnya sedang terbit di horizon lain.” Sungguh, dalam misteri kematian ini tersimpan tanda-tanda kekuasaan Allah bagi mereka yang merenung. Karena pada hakikatnya, kematian adalah pintu gerbang menuju kehidupan yang sebenarnya – kehidupan yang telah dijanjikan Allah bagi mereka yang kembali dengan hati yang damai. “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra’d: 28-29)
H. TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA: MERAJUT MAKNA DALAM TAPESTRY KEHIDUPAN
Dalam untaian ayat yang menggetarkan kesadaran, Allah SWT menyingkap rahasia agung penciptaan manusia dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” Ayat ini bukanlah sekadar pernyataan sederhana, melainkan manifestasi dari tujuan eksistensial yang melampaui dimensi ruang dan waktu.
Prof. Dr. Seyyed Hossein Nasr, filsuf Islam kontemporer, mengungkap makna mendalam dari ayat ini: “Ibadah dalam konteks penciptaan manusia bukanlah sekadar ritual formal. Ia adalah pengakuan total akan kehadiran Ilahi dalam setiap hembusan nafas, setiap detak jantung, setiap gerak pikiran. Ketika manusia menyadari ini, seluruh kehidupannya bertransformasi menjadi simfoni pengabdian kepada Yang Maha Kuasa.”
Allah SWT kemudian menganugerahkan manusia dengan amanah yang agung, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah ayat 30: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’ Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, ‘Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Dr. Tariq Ramadan, dalam kajiannya tentang khilafah, memaparkan: “Kedudukan sebagai khalifah adalah amanah yang mengandung paradoks indah – manusia adalah hamba sekaligus wakil Allah di bumi. Dalam ketundukannya sebagai hamba, ia menemukan kekuatan untuk menjalankan amanahnya sebagai khalifah. Dalam kelemahannya di hadapan Allah, ia menemukan kemuliaan untuk memimpin makhluk-makhluk-Nya.” Prof. Dr. Muhammad Iqbal, filsuf dan penyair Muslim, menggambarkan dengan puitis: “Manusia adalah pena di Tangan Ilahi, menulis kisah kebaikan di lembaran bumi. Setiap tetes keringat yang dicurahkan untuk memakmurkan bumi adalah tinta emas yang mengukir sejarah pengabdian kepada-Nya.”
Rasulullah SAW memperdalam pemahaman ini melalui hadits yang diriwayatkan oleh Muslim: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Dr. Abdul Karim Soroush menganalisis: “Hadits ini menegaskan bahwa pengabdian kepada Allah tidak bisa dipisahkan dari pengabdian kepada makhluk-Nya. Memakmurkan bumi berarti menciptakan ruang di mana seluruh makhluk dapat merasakan kasih sayang Allah.”
Allah SWT berfirman dalam QS. Hud ayat 61: “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya.” Dr. Amina Wadud merefleksikan: “Kata ‘pemakmur’ (ista’mara) mengandung makna aktif dan kreatif. Manusia tidak hanya diperintahkan menjaga bumi, tetapi juga mengembangkan potensinya, menciptakan peradaban yang mencerminkan keindahan nama-nama Allah.”
Imam Al-Ghazali, dalam “Kimiya-e Saadat”, mengungkap dimensi mendalam tujuan penciptaan: “Setiap manusia diciptakan dengan cetakan Ilahi (‘ala suratih). Dalam dirinya tersimpan potensi untuk memanifestasikan seluruh nama-nama Allah. Ketika ia mewujudkan potensi ini melalui ibadah dan khidmat kepada makhluk, ia menjadi cermin yang memantulkan keindahan Sang Pencipta.”
Prof. Dr. William Chittick menambahkan perspektif mendalam: “Tujuan penciptaan manusia adalah untuk mengenal Allah (ma’rifatullah). Melalui perannya sebagai khalifah, manusia tidak hanya mengenal Allah melalui kontemplasi, tetapi juga melalui aksi – mewujudkan sifat-sifat-Nya dalam kehidupan nyata.”
Dr. Sachiko Murata menggarisbawahi aspek keseimbangan: “Dalam tradisi Islam, tujuan penciptaan manusia mengandung keseimbangan sempurna antara dimensi vertikal (hubungan dengan Allah) dan horizontal (hubungan dengan makhluk). Seperti pohon yang akarnya menghujam ke bumi namun cabangnya menjulang ke langit.”
Syaikh Ibn Ata’illah As-Sakandari menulis dengan mendalam: “Allah menciptakan kamu karena Dia menginginkan diri-Nya dikenal melaluimu, keindahan-Nya terpancar darimu, dan rahmat-Nya mengalir melaluimu. Engkau adalah titik temu antara bumi dan langit, antara yang terbatas dan yang tak terbatas.”
Tujuan penciptaan manusia adalah sintesis agung antara pengabdian total kepada Allah dan pelayanan kepada makhluk-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-An’am ayat 162: “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” Setiap nafas yang kita hirup adalah kesempatan untuk mewujudkan tujuan ini, setiap langkah adalah jalan menuju perwujudan visi Ilahi di bumi.
Jalaluddin Rumi melukiskan dengan indah: “Kita adalah seruling bambu, dan musik yang mengalir melalui kita adalah nafas Allah. Setiap perbuatan baik yang kita lakukan adalah nada dalam simfoni penciptaan.” Sungguh, dalam pemahaman akan tujuan penciptaan ini tersimpan kunci kebahagiaan sejati – ketika kita menyelaraskan seluruh eksistensi kita dengan kehendak Yang Maha Menciptakan.
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasas: 77)
Metamorfosis manusia adalah kisah perjalanan yang luar biasa dari ketiadaan menuju kesempurnaan bentuk. Setiap detak jantung pertama, setiap tarikan nafas awal, dan setiap pancaran kehidupan yang terpancar dari mata bayi yang baru lahir adalah testimoni akan keagungan Allah SWT. Perjalanan ini mengajarkan kita bahwa setiap jiwa yang lahir ke dunia membawa potensi tak terbatas dan amanah suci sebagai khalifah di bumi.
Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. At-Tin ayat 4, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Ayat ini menjadi pengingat bahwa setiap dari kita adalah mahakarya-Nya, diciptakan dengan tujuan mulia dan dibekali dengan kemampuan untuk mencapai ketinggian spiritual dan intelektual yang tak terbatas. Metamorfosis ini bukan sekadar proses biologis, tetapi merupakan perjalanan spiritual yang mengajarkan kita tentang kerendahan hati, rasa syukur, dan tanggung jawab untuk memaksimalkan potensi yang telah Allah anugerahkan.
Semoga perenungan tentang proses penciptaan ini dapat membuat kita semakin bersyukur dan menyadari betapa berharganya kehidupan yang telah Allah berikan, serta memotivasi kita untuk menjadi manusia yang lebih baik dalam mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi.
Kreator : Baijuri Haromaini
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: METAMORFOSIS MANUSIA: PERJALANAN KEHIDUPAN SANG PEMENANG (Part VII)
Sorry, comment are closed for this post.