Mobil Hilang, Tabungan Haji malah dibelikan mobil, kisah seorang karyawan perusahan minyak
Suatu ketika hiduplah pasutri dan 4 orang anak mereka dalam kehidupan yang berkecukupan. Pasangan ini (Yudi dan Astuti) sudah niat jika ada rezeki mereka akan pergi haji. Mereka bekerja sangat keras, suami adalah karyawan Perusahaan minyak, istri mulai wiraswasta membuka rumah makan kecil-kecilan. Sedikit demi sedikit mereka mengumpulkan uang. Dan akhirnya terkumpullah uang untuk mendaftar haji. Namun di saat yang bersamaan, mobil mereka rusak, anak-anak juga semakin besar dan membutuhkan mobil yang ukurannya lebih besar.
Akhirnya mereka memutuskan untuk memakai uang Tabungan haji dan membeli mobil, pertimbangannya, mobil lebih diperlukan untuk mendukung pekerjaan mereka daripada langsung mendaftar haji, walau sang istri awalnya tidak setuju. “Tapi Pap, baiknya gak usah beli mobil dulu deh, mobil lama masih bisa dipakai kok. Anak-anak juga bisa pakai jemputan sekolah,” ujar sang istri. “Iya benar ma, tapi mobil kita sudah gak enak. Mesinnya sudah kasar suaranya. Daripada masuk bengkel terus, mendingan beli baru. Lagian, bentar lagi papa juga dapat bonus. Kalo dapat bonus, langsung kita daftar haji deh,” kata suaminya.
Sang istri tidak bisa berdebat lagi, sebagai suami yang rajin bekerja, istri sangat percaya pada suaminya. Selama 15 tahun pernikahan, suaminya amat soleh dan tidak pernah mengecewakannya. Akhirnya suami istri itu pergi ke showroom mobil untuk membeli mobil baru. Tidak berapa lama, mobil baru datang ke rumah, anak-anak langsung menyambutnya dengan gembira. “Waah, mobilnya bagus, udah gak pangku-pangkuan lagi kita. Hehehe,” ucap seorang anak mereka.
Kehadiran mobil baru begitu membuat keluarga ini semakin semarak. Mereka jadi sering bepergian bersama ke luar kota. Pendapatan mereka akhirnya teralihkan pada kegiatan liburan dan jalan-jalan keluarga. Hingga pada suatu ketika, mobil di parkir di dekat rumah makan yang dikelola oleh Astuti. Biasanya pulang kerja, Yudhi, mampir ke rumah makan untuk menjemput istri atau sekedar mengawasi keadaan di sana. Saat Yudi dan Astuti hendak pulang, mereka terkejut, mobil minibus warna hitam yang tadinya terparkir sudah tidak ada. Yudi mencoba tidak panik dan menghubungi Pihak berwajib. Namun, setelah beberapa lama akhirnya baru ada kabar, mobil mereka sudah ada di luar pulau. Rasanya penyesalan yang dalam menghantui Yudi dan Astuti. Ia sadar sepenuhnya kesalahan yang dibuat. Bahwa sikap tidak konsisten terhadap janji mereka pada Allah, membawa kehancuran pada keluarga mereka.
“Pah, kita sholat taubat yuk. Kita salah. Uang untuk haji jangan dipakai buat yang lain-lain,” kata Astuti dengan suara lembut. “Iya ma, papa terlalu sombong,” sahut Yudi. Pasutri ini bertaubat dan ingin memperbaiki kesalahan mereka. Mereka mulai dengan hidup sederhana dan prihatin. Alhamdulillah, anak-anak juga memahami keadaan ini dan sangat mendukung orangtuanya agak mulai menabung lagi dari awal. Beberapa bulan kemudian, bonus tahunan Yudi keluar, dan tanpa pikir panjang langsung digunakan untuk daftar haji. Uniknya, setelah mendaftar haji, rejeki mereka malah mengalir deras. Warung makan makin laris manis, anak-anak makin berprestasi, Yudi mendapatkan promosi jabatan. Kurang dari setahun, mereka sudah bisa beli mobil baru secara tunai. Persiapan haji dan segala keperluan juga sudah dicicil, hingga mereka bisa berangkat haji 3 tahun setalah mendaftar. Selama di Mekah, doa serta permintaan maaf tidak henti-hentinya dipanjatkan Yudi dan Astuti. Cerita ini juga ia kerap bagikan ke keluarga dan rekan kerja, sebagai pengingat agar tidak main-main dengan janji. “Ibadah haji bukan hanya buat manusia, bukan hanya yang mampu secara finansial. Tetapi juga yang mau, mau berusaha. Jika sudah berusaha insyaAllah akan dimampukan oleh Allah,” ujar Yudi.
Kreator : Nurhablisyah
Comment Closed: mobil hilang, tabungan haji malah dibelikan mobil
Sorry, comment are closed for this post.