Durian dari Nias, khususnya dari wilayah Nias Barat, memiliki suatu keistimewaan tersendiri, yaitu keunggulan rasa manisnya begitu kuat serta legit meski ukuran buahnya relatif kecil dibandingkan durian dari daerah lain. Durian yang ada di Nias Barat tidak hanya tumbuh secara liar, tetapi juga dibudidayakan oleh masyarakat pada banyak kebun mereka. Durian disana tumbuh dengan baik karena kondisi tanah di Nias Barat yang subur serta iklim yang mendukung. Pohon-pohon durian yang ada di daerah ini bahkan juga dapat berbuah dua kali dalam setahun apabila musim serta cuaca bersahabat. Kebanyakan durian hasil panen dikonsumsi untuk kebutuhan pribadi sendiri, meskipun banyak juga durian yang turut dijual ke pasar lokal sehingga menjadi sebuah sumber pendapatan tambahan bagi banyak keluarga yang memiliki kebun durian di Nias Barat.
Ketika musim durian tiba di Nias Barat, suasana desa berubah menjadi surga bagi para pecinta buah berduri ini. Melimpahnya hasil panen membuat harga durian menjadi sangat terjangkau. Karena pasokan durian yang melimpah dan jumlah penduduk di Nias Barat yang tidak terlalu padat, harga durian jauh lebih murah dibandingkan di daerah perkotaan. Durian berukuran kecil biasanya dijual dengan harga sekitar 10 ribu rupiah per buah, sementara durian yang lebih besar dihargai antara Rp20.000,- hingga Rp25.000,-. Biasanya para pedagang durian membawa dan menggelar duriannya di beberapa pusat keramaian kabupaten Nias Barat, seperti di lapangan Sirombu. Ada juga beberapa pedagang durian yang menitipkan duriannya di warung makan, seperti ke WM Stabat yang berada di dekat kantor pemerintahan Kabupaten.
Ada satu cerita lucu yang terkenang setiap kali aku mengingat musim durian di Nias Barat. Suatu pagi di musim durian ketika aku mengecek kondisi kelas satu per satu, ada beberapa siswa laki-laki di kelas 5 dan 6 yang tidak berada di kelas. Aku bertanya kepada teman-teman di kelas mereka.
“E nogu, kemana teman-teman kalian?”
“Mereka cari durian, Ibu!”
Ketika mendengar jawaban anak-anak yang mengadukan perbuatan teman mereka, aku pun meminta beberapa anak yang ada di sekolah untuk menyusul anak-anak yang pergi ke kebun durian dan meminta mereka kembali ke sekolah.
Kepala sekolah SD tempatku bertugas sebenarnya sudah berulang kali mengingatkan bahwa siswa tidak diperbolehkan pergi mencari durian pada jam sekolah. Namun, karena pada hari itu beberapa guru datang terlambat, kesempatan itu dimanfaatkan oleh sekelompok anak laki-laki dari kelas besar untuk diam-diam pergi ke kebun durian terdekat. Godaan buah durian yang sedang musim rupanya terlalu kuat untuk mereka abaikan.
Tidak lama setelah itu, salah satu guru akhirnya tiba di sekolah dan langsung mengetahui aksi para siswa tersebut. Sesampainya anak-anak itu kembali ke sekolah dengan membawa beberapa durian, mereka langsung ditegur dan dimarahi dengan tegas. Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, bahwa pentingnya kehadiran guru tepat waktu bukan hanya soal ketertiban, tetapi juga untuk menjaga keselamatan dan kedisiplinan siswa. Di sisi lain, kejadian ini juga memperlihatkan betapa alam dan hasil bumi begitu melekat dalam kehidupan sehari-hari anak-anak di daerah tersebut, sampai-sampai menjadi bagian dari petualangan mereka yang tak mudah mereka tolak.
Bagi masyarakat Nias Barat, musim durian tidak hanya menjadi momen ekonomi yang rutin setiap tahunnya, tetapi juga ajang mempererat hubungan sosial, di mana keluarga dan tetangga, mulai dari yang muda sampai yang tua, saling berbagi dan menikmati hasil bumi yang melimpah ini bersama-sama.
Kreator : Fadiya Dina H
Comment Closed: Musim Durian
Sorry, comment are closed for this post.