Penulis : Patrisia Carolina (Member KMO Alineaku)
Setiap orang pasti mempunyai hewan atau benda kesayangan. Tak jarang seseorang akan membagi semua masalah pada benda atau hewan kesayangannya. Akan bercerita segalah sesuatu yang terjadi pada hari ini, bahkan meminta pendapat untuk suatu rencana. Walaupun objek yang diajak bicara hanya diam atau mengeluarkan suara tertentu. Sama sepertiku, mempunyai anjing peliharaan dengan bulu berwarna blonde, coklat, hitam pekat. Intu, Boy dan Dalkyum.
Aku memelihara Intu, ketika duduk di bangku kelas dua SMP. Saat itu ayahku yang seorang guru pulang dengan membawa seekor anak anjing yang sangat kecil. Saking kecilnya ayah menyimpan dalam saku jaket. Kami pikir ayah membawa roti, ternyata anak anjing yang sangat menggemaskan. Pada saat itu, sangat kurus dengan bulu berwarna blonde. Kalau berjalan akan jatuh. Mulai saat itu aku dan adikku setiap hari memberi susu formula untuknya. Intu sangat lucu, kami sering mengendong dan memandikannya. Anak-anak di kompleks juga sangat menyayangi intu. Tak jarang mereka mencium Intu. Satu bulan kami merawat Intu hingga badan Intu gemuk dan menggemaskan. Orang-orang yang bertamu akan kaget ketika kami memanggil anjing tinggi dan besar dengan sebutan Intu. Meraka akan bertanya “kenapa panggil Intu, itukan anjing besar”. Intu jika diterjemahkan berarti sangat kecil. Untuk itu mereka akan tertawa mendengar kami bercerita.
Boy. Anak dari Intu. Bulunya coklat terang. Boy anjing pertama yang sangat dekat denganku. Hampir tiap malam Boy tidur denganku. Boy akan ikut kemana saja aku pergi. Setiap pagi dia akan mengantar kami ke jalan untuk ke sekolah. Ketika siang dia akan menunggu kedatangan kami di lorong. Sama seperti induknya Boy sangat disayangi oleh semua orang. Dia hanya menggonggong ketika orang lewat di depan rumah. Jika ada orang yang bermaksud jahat Boy akan mengejar. Pada suatu hari, Boy yang tidak pernah menggigit orang tiba-tiba menyerang seorang tamu. Lukanya kecil dan kami segerah mengantar ke rumah sakit untuk mendapatkan vaksin. Karena takut menggigit orang kami ayah dan ibu memutuskan untuk membunuh Boy. Walaupun anjingku tidak terserang virus rabies. Pada saat akan di bunuh menggunakan tongkat aku tidak sanggup untuk melihatnya. Aku memutuskan untuk pergi. Mendengar suaranya membuatku sedih. Pukulan pertama mengenainya dan dia terlepas. Ketika itu Boy berlari kearahku dapat aku lihat ada air mata disana. Boy datang bersembunyi dikakiku, seolah meminta pertolongan. Boy terus tiduran dan mengelus kakiku. Namun, aku tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya Boy di bunuh dan keesokan harinya aku deman hingga tiga hari.
Dalkyum. Anjing peliharaanku dengan bulu hitam pekat. Dakyum adalah hadiah dari kerabat jauhku. Ketika itu aku semeter 6. Hadiah wisudah. Kerabatku bilang “om lebih dulu memberikan hadiah. Pelihara dan jaga yang baik”. Pada saat itu Dalkyum belum memiliki nama. Dia juga sangat liar, sehingga kami mengikatnya. Tidak seperti Intu dan Boy yang kami lepas saja. Aku sangat takut mendekatinya. Hampir seminggu, akhirnya Dalkyum menjadi jinak. Karena nama yang sangat sulit, para tetangga kesulitan memanggil namanya. Mereka bilang tidak ada nama yang lebih susa lagi. Dagu, begitulah meraka memanggil namanya. Kemana aku pergi Dalkyum selalu ikut. Satu kompleks besar tahu itu anjingku. Ketika bulan Mei dan Oktober, Dalkyum akan berlaku selayaknya tuan rumah. Pada bulan itu kami akan mengunjungi setiap rumah pada malam hari untuk berdoa. Tiap malam Dalkyum akan tidur di rumah orang yang jaraknya lumayan jauh dari rumahku. Tidak tenang menganggap setiap rumah di kompleks adalah rumahnya. Hingga kami mengikat kembali, takut ada yang mencuri.
Tanggal 2 Oktober adalah hari kematian Dalkyum, bertepatan dengan hari wisudaku. Pada saat itu kami melaksanakan wisuda secara online. Setelah proses wisudah selesai aku kebelakang untuk memberi makan Dalkyum. Namun, aku tak menemukannya. Mereka berbohong padaku, dengan mengatakan Dalkyum mereka ikat di rumah tetangga. Aku kesana dan tak menemukannya. Aku kembali sambil menangis, semua tamu yang berada disitu kasihan melihatku. Karena mereka tahu aku sangat menyayangi Dalkyum. Bibi dan sepupuku tertawa karena aku menangis. Sampai aku mengganti baju wisuda dengan baju rumah.
Bibi dan tetanggaku membujukku agar aku kembali memakai pakaian wisudah. Aku terus menangis. Mereka memelukku. Mereka mengatakan akan mengganti dengan anjing yang baru, namun hingga saat ini mereka belum mengganti kembali.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: My Pet
Sorry, comment are closed for this post.