KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • basedonmyrealitylife
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Nafas Empat Pelangi

    Nafas Empat Pelangi

    BY 14 Okt 2025 Dilihat: 8 kali
    Nafas Empat Pelangi_alineaku

    Sinopsis

    Nafas Empat Pelangi

    Bianca adalah seorang extrovert, wanita cantik yang tidak pernah merasa dirinya cantik, dalam perjalanan hidupnya dia akan menjadi seorang ibu dari empat anak yang mempunyai karakter berbeda, Bianca merupakan seorang istri dari suami yang mencintainya dengan cara yang luar biasa, terlalu menjaganya dan terlalu mengawasinya dalam setiap Langkah.

    Putra adalah seorang laki-laki yang pernah tersakiti oleh cinta pertamanya, dan seorang suami yang terlalu mencintai istri dan anak-anaknya yang ternyata cara mencintainya itu sering membuat istri dan anak-anaknya sulit melangkah dan tidak berani mengambil Keputusan, bahkan muncul rasa takut yang mengakibatkan anak-anaknya tidak ada yang dekat dengannya.

    Bagaimana mahligai rumah tangga mereka, cinta Putra yang membelenggu aktivitas dan langkah Bianca, mampukah Bianca mempertahankan cinta kasih yang sudah dibina?

    Nafas Empat Pelangi

    1. Awal Perjalanan Cinta
    2. Keputusan 
    3. Belenggu Cinta
    4. Pelangi Millennial
    5. Satu Atap 3 Ayah
    6. Sang Mantan
    7. Istana itu Kami sebut Rumah
    8. Penjara Cinta
    9. Nafas Empat Pelangi 

     

    AWAL PERJALANAN CINTA

     

    Remaja merupakan masa yang penuh suka cita tidak memikirkan hal yang berhubungan dengan bayar sekolah, walimah, jenguk-menjenguk dan apa yang akan dimakan esok hari, tapi ada sebagian remaja yang sudah harus menanggung masalah ekonomi keluarga. Bianca termasuk remaja yang beruntung bukan merupakan remaja yang harus menanggung hal tersebut, walaupun juga tidak hidup dalam gelimangan harta benda, lahir di keluarga wiraswasta yang selalu dimotivasi oleh keluarganya untuk selalu bisa beraktivitas dengan berbagai macam kegiatan yang positif. Di masa antara anak-anak dan dewasa ini Bianca banyak memiliki teman baik itu laki-laki dan perempuan, apalagi dia sekolah di sekolah favorit yang tentunya banyak teman dari berbagai daerah. Di sekolah Bianca termasuk remaja yang aktif ikut kegiatan sekolah, tidak banyak yang diikuti karena sekolah dengan rumahnya harus menggunakan transportasi yang kalo sudah sore angkot sudah tidak ada, sementara sekolahnya ada di kota, walaupun begitu Bianca tetap bisa mengikuti aktifitas sekolah. 

    Di salah satu kegiatan di desanya ada ikatan karang taruna yang dalam kegiatan tersebut memperkenalkan dia dengan Putra, remaja yang tampan berasal dari keluarga berada yang banyak digandrungi oleh remaja putri yang bahkan ada yang terus terang menyatakan cintanya kepada Putra. Berbeda dengan Bianca yang bukan termasuk anak yang caper, selalu setel cuek yang mungkin itu yang kadang banyak remaja laki-laki yang penasaran dengan Bianca, selain Bianca memang cantik walaupun terlihat angkuh. Sementara Bianca tidak pernah merasa bahwa dirinya cantik karena merasa dia ada yang lebih dari dirinya. Dibalik semua itu ternyata ada Putra yang selalu mulai mencuri perhatian Bianca, Laki-laki yang waktu itu sedang dilanda patah hati karena dikhianati oleh cinta pertamanya. Putra tidak pernah menyatakan langsung cintanya kepada Bianca, namun hanya memberikan sinyal-sinyal untuk Bianca, sementara Bianca tidak pernah menanggapi sinyal tersebut bahkan terkesan cuek terhadap Putra padahal banyak gadis yang mencari perhatian terhadap Putra akan tetapi tidak bagi Bianca. Cuek itu menjadikan tantangan bagi Putra untuk mendekati Bianca, lewat teman dekatnya Bianca, dititipkannya surat untuk Bianca, sekian hari, bahkan minggu tidak ada balasan dari Bianca.

    “Ca, gimana kok nggak dibalas surat dari Putra?” tanya Ais temen Putra.

    “Ngapain sih, males ah….” jawab Bianca.

    “Dia tuh udah nunggu-nunggu terus, gelisah dan nanyain terus tiap kali ketemu.” kata Ais.

    “Setahu aku, dia kan masih punya cewek ya. Ngapain juga tembak aku. Udahlah biarin aja,” jawab Bianca lagi.

    “Eh, Putra tuh dah diputusin sama ceweknya. Dia dah nggak punya cewek dan dia tergila-gila tuh sama kamu, nanyain terus, celingak celinguk tiap lewat depan rumah kamu. Lagian kenapa sih nggak suka sama Putra. Dia tuh ganteng, tajir, dan baik orangnya, banyak cewek ngejar-ngejar dia,” kata Ais.

    “Ya nanti lah aku pikir-pikir dulu, aku tuh suka doang, nggak tau ya cinta tuh seperti apa sih, belum pernah aku jatuh cinta, jalani dulu aja dech, lihat nanti aja,” jawab Bianca dengan kurang semangat membalas pertanyaan-pertanyaan Ais. 

    Putra memang termasuk pemuda bening, banyak cewek-cewek yang tergila-gila padanya. Bahkan di jaman itu, tidak sedikit cewek yang nembak duluan, kasih hadiah, main ke rumahnya, sehingga Putra dikenal sebagai Playboy. Putra sebenarnya sudah pernah memiliki pacar pertamanya, tapi ternyata pacarnya punya cowok lagi bahkan sudah mau menikah.

    Putra cowok tampan yang tidak pernah disepelekan cewek, semakin penasaran pada Bianca karena terkesan angkuh, tidak mudah didekati. Dia juga cewek yang cantik dan smart. Di sekolahnya saja Bianca selalu masuk di sekolah negeri favorit di kotanya. Dan, tidak hanya dia yang sudah nembak Bianca, tapi sampai saat ini tidak ada cowok yang diterimanya sebagai pacarnya.

     

    “Dik Ca, kamu tuh istimewa buat saya,” Kata Putra.

    “Halah, rayuan gombal,” jawab Bianca.

    “Beneran, Dik Ca.” Putra meyakinkannya.

     

    Minggu demi minggu, bulan demi bulan, tak henti-hentinya Putra kirim surat bahkan kirim salam untuk Bianca, lama-lama Bianca melirik Putra, memperhatikan dan mengobrol. Istilah Jawa tresno  jalaran soko kulino; cinta datang karena kebiasaan. Debar-debar di dadanya setiap melihat Putra, sapaan yang mesra untuknya, setiap kali ada kegiatan bersama selalu Putra memberikan tempat utama dan istimewa di setiap kata-katanya. Dan akhirnya, Bianca merasa luluh. Wanita mana yang tidak akan luluh hatinya ketika selalu diperlakukan Istimewa oleh pemuda tampan dan baik hati. Akhirnya, dia siap membalas surat Putra dengan kata iya, walaupun dalam hatinya belum yakin apakah ini cinta atau hanya suka saja.

    Berbunga hati Putra dengan jawaban Bianca, seakan usaha yang dia lakukan tidak sia-sia, tapi di lain pihak banyak cewek-cewek yang sakit hati, putus asa karena gayung tak bersambut. Tapi, bagaimanapun rasa tidak bisa dipaksa. Cinta hadir tanpa tahu kapan dia hadir.

     

    KEPUTUSAN

    Perjalanan cinta Putra dan Bianca bak Romeo dan Juliet, pasangan yang serasi. Dari kedua pihak keluarga juga sudah lama kenal dan tidak pernah mempermasalahkan hubungan keduanya. Keluarga Bianca termasuk keluarga yang disiplin, sangat memperhatikan pergaulan anak-anaknya terutama anak perempuan satu-satunya, jadi nggak mungkin akan dapat ijin keluar berdua saja, mereka bertemu ya hanya dirumah saja, tidak bisa keluar, walaupun pernah dong mereka bohong agar bisa keluar bareng. Mereka hampir tidak pernah ketemu, tidak seperti jaman sekarang yang pacarannya harus keluar bareng, makan bareng, jalan-jalan keluar, bahkan bisa keluar tiap hari bersama-sama. Paling dua atau tiga kali dalam sejarah selama mereka pacaran nonton bioskop berdua, itupun diam-diam.

    Tapi itu tidak menghalangi hubungan cinta mereka, semakin lama cinta mereka makin kuat. Namun perjalanan apapun pasti ada rintangannya, setelah Putra lulus kuliah karena dia sekolah di Pelayaran, maka Long Distance Relationship harus dilakukan. bahkan LDR sudah dilakukan semenjak mereka masih sama-sama kuliah. Setelah Putra lulus kuliah otomatis dia kerja di kapal yang tidak bisa pulang tiap hari tapi minimal enam bulan sekali baru bisa pulang. Mereka hanya bisa saling kirim kabar dan melepas rindu mereka lewat surat.

    “Salam manis takkan habis, salam rindu semakin menggebu. Bagaimana kabar Adek? Sehat kan? Masih selalu merindukan Mas kan?” tulis Putra, selama mereka pacaran panggilan sayangnya Adek dan Mas.

    “…..kuliahnya bagaimana, aman kan, Bapak Ibu keluarga sehat semua, Mas disini sehat dan masih selalu merindukan Adek. Tolong jaga cinta kita, jaga hati untuk Mas…..”

     

    Ungkapan rindu Putra hanya bisa ditorehkan dalam surat. Waktu itu belum bisa menghubungi secara langsung, elektronika belum secanggih saat ini. Hubungan mereka hanya bisa melalui surat dan itupun hanya bisa minimal sebulan sekali.

     

    Suatu saat pernah Bianca tidak membalas surat Putra selama dua bulan. Alhasil, sudah disusul dengan surat yang selanjutnya dari Putra berupa penyesalan dan kekhawatiran karena tidak ada balasan darinya. 

    “….. mengapa tidak dibalas suratku, Dek? Apakah sudah mulai melupakan aku? Apakah sudah ada hati lain yang mengisi hatimu? Tolong jangan buat resah Mas…..” surat susulan dari Putra.

    Di dalam kamar Bianca terdengar lagu Katon Bagaskara yang berjudul Belahan Jiwa dan seakan-akan melukiskan dan menyiratkan suara dari Putra.

    Membaca lagi surat-suratmu,

    Hatiku jatuh rindu

    Tak sadar pada langit kamarku, 

    kulukis kau di situ

    Waktu yang berlalu, 

    dan jarak masih saja terbentang

    Penamu bicara, 

    menembus ruang menyapa sukmaku

    Mendesah lembut angin membawa 

    butiran hati lara

    Ternyata meraih kesempatan, tak semudah kusangka

    Kau setia menunggu lelaki kecil menantang hidup

    Kau sertakan do’a, seolah mantra menjelma nafasku

    Memendam tanya segra terucap

    Belahan jiwa apa kabarmu

    Kuharap selalu tetap kau jaga

    Tumbuhan cinta yang di ladang kita

    Kau setia menunggu lelaki kecil menantang hidup

    Kusertakan do’a, seolah mantra menjelma nafasku

    Memendam tanya segra terucap 

    Belahan jiwa apa kabarmu

    Kuharap selalu tetap kau jaga

    Tumbuhan cinta yang di ladang kita

    Aku…. Jauh disini menggapai cita

    Hingga…. Satu saat past uku kan kembali

    Kan kujemput dikau Sang Putri pada saatnya nanti

    Berkereta kencana kubawa pergi

    Tuju istana di sana ku bertahta……

     

    Lagu ini menyuarakan hati kedua pasangan yang sedang dilanda rindu. Begitulah surat menyurat mereka lakukan, kabar demi kabar mereka tuliskan, hanya bisa membayangkan dan menahan rindu untuk bertemu, lebih indah Ketika mereka saling memberi kabar lewat surat. Tak terasa sembilan bulan sudah berlalu, sudah ada waktu untuk bertemu, cuti sudah disetujui. Putra dapat kesempatan untuk pulang bertemu dengan saudara, keluarga dan orang-orang yang dekat di hatinya, terutama Bianca. 

    Bianca pun merasa berbunga-bunga dapat kabar akan kepulangan Putra. Hati yang kosong seakan ada harapan akan terisi oleh pertemuan mereka. Hati yang rindu seakan ada harapan untuk terobati. Namun, waktu yang ditunggu-tunggu pun tak kunjung tiba. Kabar itu hanya sebuah angin yang berbau harum, namun batang hidung Putra tak kelihatan sedikitpun. Hati yang hampa semakin hampa, kerinduan semakin menyakitkan. Sedetik saat menunggu ternyata serasa berbulan-bulan. Resah, gelisah, gundah gulana hati Bianca menunggu pujaan hatinya yang tidak kunjung muncul.

     

    “Assalamualaikum…..” sapa Putra dari depan rumah Bianca yang sepi.

    “Assalamualaikum….” ulang Putra lebih keras dengan wajah yang tidak sabar karena hatinya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Bianca pujaan hatinya.

    “Waalaikumsalam, ya sebentar.” teriak tuan rumah yang tak lain Ibu Bianca dari dalam rumah.

    “Eh Nak Putra. Pulang kapan? Mari, silahkan masuk,” perintah Ibu Sani. 

    Njih Bu, terima kasih. Saya pulang kemarin Kamis, Ibu.” jawab Putra sambil masuk ke ruang tamu dan menyerahkan oleh-oleh berupa Jus Markisa minuman khas dari Padang.

    “Wah, Terima kasih bawa oleh-oleh segala. Gimana, sehat? Bapak Ibu juga sehat kan?” tanya Ibu Sani sambil menerima buah tangan Putra dengan senang hati.

    “Alhamdulillah Ibu, O iya dapat salam dari Bapak Ibu”, kata Putra.

    “Waalaikumsalam, salam balik ya buat Bapak Ibu,” kata Ibu sambil duduk di kursi panjang.

    “Dek Ca ada, Bu?” tanya Putra

    “Ada. Tadi sedang di kamar, sebentar saya panggilkan,” jawab Ibu Sani sambil berdiri bersiap memanggil Bianca. 

     

    Di dalam kamar Bianca sudah mendengar suara Putra, tanpa ba bi bu, Bianca langsung beranjak dari tempat tidurnya dan bersiap-siap menemui pujaan hatinya yang sudah lama membuat tidak nyenyak tidur, diapun merapikan diri, berhias ringan karena memang dia tak pernah berhias yang berlebihan. Sebelum ibunya muncul di depan kamar tidurnya, Bianca sudah ada di depan ibunya, di ruang tamu.

     

    “Lah belum dipanggil ternyata sudah keluar….” senyum Ibu Sani, mungkin terbayang waktu masa mudanya ketika dulu bertemu dengan Bapaknya Bianca.

    “Saya tinggal ke belakang dulu, Nak Putra. Silahkan ngobrol sama Bianca,” Kata Ibu Sani

    “Gimana Dek kabarnya? Kangen yahh?” tanya Putra canggung. Dalam hatinya berkata ternyata setelah sekian lama tak jumpa, jauh di luar ekspektasi, harapannya bisa ngobrol dan melepas rindu, eh ternyata malah canggung seakan baru saja ketemu dan tak lepas dari itu jantungnya berdebar cepat, mulut terasa kaku untuk bicara.

    “Iyalah lama banget nggak ketemu, hampir sembilan bulan ya. Emang Mas liburnya sampai kapan?” tanya Bianca balik bertanya dengan muka yang memerah dan terasa panas pipinya. 

    “Hanya tujuh hari liburnya, Dek. Dan, masih kepotong perjalanan balik ke Pelabuhan,” jawab Putra. 

    Terlihat wajah Bianca yang agak kecewa karena tujuh hari pasti akan terasa lebih cepat dan itu pun pasti tidak akan tiap hari bertemu karena Bianca harus kembali ke Semarang untuk kuliah. Pasangan bak Romeo dan Juliet itu ternyata ketika bertemu kembali hanya bisa menahan rindu, suka cita, kebahagiaan yang sulit diungkapkan di depan pasangannya. Obrolannya sepi, tidak seperti ketika mereka menulis dalam surat-suratnya yang lebih berani mengungkapkan hatinya.

     

    Setelah sekian lama ngobrol dalam kesepian, karena terlalu lama berkunjung dan waktu sudah semakin sore, Putra pamit pulang, ada rasa berat mendengar ijin pulangnya, tapi bagaimanapun tidak bisa dicegah karena belum sah miliknya.

    Di balik kepulangan Putra ternyata ada misi tersembunyi yang tidak diutarakan kepada Bianca, malam itu ada tamu yang datang menemui Bapak Bianca yang tak lain adalah paman Putra yang hendak melamar atau menanyakan apakah Bianca diperbolehkan untuk dilamar dan dijadikan istri Putra, Bapak dari Bianca memperbolehkan akan tetapi akan menanyakan dahulu kepada Bianca serta menunggu jawaban dari Bianca karena belum tahu apakah bersedia atau tidak. Muncul dua permasalahan dari diri Bianca karena saat itu belum selesai kuliahnya dan baru semester lima dan dari keluarga Bianca sendiri juga kakak kandungnya belum selesai kuliah dan juga belum menikah.

    “Nduk, bagaimana menurutmu, lamaran Putra mau diterima atau tidak?” tanya Bapak. “Sementara kamu belum selesai kuliah dan kangmasmu juga belum menikah, pantas nggak kalau mendahului kangmasmu?”

    “Saya manut Bapak saja bagaimana sebaiknya,” jawaab Bianca dengan muka bingung juga.

    “Kemarin saya sudah tanya dan bilang Mas Galih, kalo saya sudah dilamar Mas Putra, dan Mas Galih juga sudah membolehkan kalo saya menikah dulu. Tapi, semua tergantung Bapak dan Ibu karena Ca juga belum selesai kuliahnya. Tahun depan baru akan PPL dan KKN. Saya manut Bapak Ibu saja,” kata Bianca.

    “Bagaimana kalo yang sekarang ini kita terima dulu lamarannya, dan untuk menikahnya satu tahun lagi. Apalagi, Putra juga masih kerja dan layar lagi kan?” jawab Bapak.

    Dengan berbagai macam pertimbangan, akhirnya pertunangan diputuskan dan dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 1997, sedangkan untuk akadnya menyusul. Setelah acara pertunangan dilaksanakan Putra pun harus kembali berangkat kerja, kembali perjuangan menahan rindu dimulai.

     

     

    Kreator : Anisatul Mustaqimah (Annisa Jingga)

    Bagikan ke

    Comment Closed: Nafas Empat Pelangi

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja. Di balik perumusan lima sila yang menjadi pondasi bangsa ini, ada pemikiran mendalam dari para tokoh pendiri bangsa, salah satunya adalah Soekarno. Pemikiran Soekarno dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Lalu, apa saja pemikiran Soekarno tentang dasar negara […]

      Des 02, 2024
    • Rumusan dasar negara yang dikemukakan oleh Mr. Soepomo memiliki peran sangat penting dalam pembentukan dasar negara Indonesia. Dalam sidang BPUPKI, Mr. Soepomo menjelaskan gagasan ini dengan jelas, menekankan pentingnya persatuan dan keadilan sosial. Dengan demikian, fokusnya pada teori negara integralistik membantu menyatukan pemerintah dan rakyat dalam satu kesatuan. Lebih lanjut, gagasan ini tidak hanya membentuk […]

      Okt 21, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021