KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Naik Kelas

    Naik Kelas

    BY 14 Okt 2024 Dilihat: 199 kali
    Naik kelas_alineaku

    Udin adalah anak yang sopan, bahasanya halus dan lembut. Dia selalu menggunakan kromo inggil dalam bahasa Jawa. Dia tidak pernah membantah,  setiap diajak bicara atau dinasehati selalu bilang “injih”. Bila bertemu Bapak/Ibu guru selalu menerapkan 3 S, yaitu Senyum,  Sapa,  dan Salam. Kesan pertama begitu menyenangkan. Namun ternyata dibalik itu semua Udin sangat merepotkan kedua orang tuanya.

    Baru beberapa hari masuk sekolah, ada telepon dari sekolah menanyakan kenapa Udin beberapa hari tidak masuk sekolah tanpa keterangan apapun. Orang tua Udin terkejut dengan berita tersebut,  karena setiap hari Udin berangkat sekolah, memakai seragam, minta uang saku, bensin motornya selalu penuh,  berpamitan baik-baik pada kedua orang tuanya dan pulangnya juga pada jam pulang sekolah.  Lalu, Udin perginya kemana? 

    Setelah mendapat pemberitahuan dari sekolah, keesokan harinya Udin masuk sekolah,  mengikuti pelajaran dengan teman-temannya, tetapi ketika ditanya tentang tugasnya, dia belum mengerjakan sama sekali. Lalu, di dalam kelas ngapain saja? Semua temannya sudah selesai mengerjakan, tinggal Udin saja yang belum.

    Bu Tri, guru mata pelajaran Kimia, meminta tolong kepada wali kelas Udin agar mengingatkan Udin untuk segera Mengerjakan tugasnya. Ketika diberitahu dan diingatkan,  Udin selalu Bilang, “Inggih.” 

    Udin memang sudah berada di sekolah dan tidak datang terlambat. Tetapi, wali kelasnya masih juga mendapat laporan bahwa Udin sering keluar kelas. Ketika Bapak atau Ibu Guru mengabsen, dia ada di dalam kelas, tetapi setelah itu dia pamit ke toilet dan tidak kembali.

    Beberapa guru mata pelajaran menyampaikan kejadian Ini pada wali kelas. Ini agak merepotkan karena tidak semua guru hafal siswa-siswinya. Yang peduli dan memperhatikan muridnya pasti peka dan menanyakan pada teman-teman sekelasnya dan menyampaikan pada wali kelas. Tetapi, bila tidak hafal,  ya cukup melihat dari daftar absensi. Sepertinya tidak ada masalah. Rupanya Udin sudah punya trik untuk meninggalkan pelajaran. Sepandai-pandainya dia berbohong dan berusaha membolos, pasti ketahuan juga. 

    Hari itu, Bu Tri masuk dan mulai mengabsen siswanya. Setelah selesai, Udin maju mendekati gurunya. 

    “Bu, saya mau izin ke belakang.” pamitnya.

    “Boleh. Tetapi sebelumnya, tolong kumpulkan tugas yang minggu lalu.” pinta Bu Tri.

    “Tapi, Bu .. Saya kebelet.” ucap Udin hendak meninggalkan Bu Tri.

    “Udin, bukankah minggu lalu juga seperti Ini?” Bu Tri berbicara serius dan menatap mata Udin yang mulai takut.

    “Tolong bawa ke sini bukunya. Saya ingin lihat tugasmu.” pinta Bu Tri.

    Udin kembali ke bangkunya dan mengambil buku tulis serta buku paketnya, lalu diserahkan kepada Bu Tri. Setelah dibuka, Bu Tri bertanya pada Udin.

    “Udin, sekarang pelajaran apa?”

    “Biologi, Bu.” Udin menjawab sambil menunduk, tidak berani menatap wajah Bu Tri.

    “Sejak kapan saya mengajar Biologi.” ucap Bu Tri keheranan.

    “Eh…  Anu Bu … Maksud saya pelajaran Fisika.” Udin tergagap kebingungan menjawab. 

    “Anak-anak, sejak kapan saya mengajar Mata Pelajaran Fisika?” Bu Tri bertanya kepada anak-anak yang lain.

    “Udin, sekarang kamu tanyakan pada temanmu, pelajaran apa sekarang.” Bu Tri memberi kesempatan kepada Udin.

    Udin berjalan kepada salah satu teman sekelasnya yang duduk di paling depan.

    “Eh… Rek,  pelajaran opo saiki?” tanya Udin dengan logat Jawa yang kental.

    “Kimia, Din.” jawab salah satu temannya.

    Tidak menunggu lama, Udin kembali ke tempat duduk dan mengambil buku mata pelajaran Kimia, kemudian menyerahkan pada Bu Tri.

    “Ini bukunya, Bu.”

    Buku diterima oleh Bu Tri, dibuka dan diperhatikan. Ternyata bukunya masih kosong, belum ada tulisan sedikit pun.

    “Udin,  selama Ini kamu belajar apa?”

    Udin terdiam, tak bisa menjawab pertanyaan Bu Tri.

    “Udin, sekarang saya beri kesempatan untuk mengerjakan tugas yang pertama. Pelajari dulu,  kalau sudah, kumpulkan ke saya, ya.” Bu Tri masih memberikan kesempatan.

    Saat pelajaran Bahasa Inggris, Udin mengikuti pelajaran dari awal hingga akhir. Meskipun tidak terlalu aktif dalam speaking dan berdiskusi, setidaknya Udin masih bisa duduk manis dan tidak meninggalkan kelas ataupun mengganggu temannya. Udin lebih waspada karena guru Bahasa Inggrisnya adalah wali kelasnya sendiri yang tentu sudah mendapat catatan dari beberapa guru mata pelajaran yang lain.

    “Baiklah anak-anak, tugas hari ini tolong dikumpulkan di meja saya. Setelah saya koreksi, hari ini juga akan saya kembalikan kepada kalian supaya bisa dipakai untuk belajar.”

    Setelah jam Istirahat kedua, semua buku sudah dikoreksi dan ada satu daftar nama yang nilainya masih kosong. Setelah dicek ternyata hanya Udin yang belum mengumpulkan tugas.

    Sebelum jam ke 10 usai, Udin dipanggil ke Ruang Guru dengan membawa buku pelajaran Bahasa Inggris.

    “Udin, tadi di kelas sepertinya kamu belajar, tidak ramai, juga tidak tidur. Tapi kenapa kok tidak mengerjakan tugas Bahasa Inggris?”

    “Saya tidak bisa, Miss.” jawabnya polos.

    “Kenapa tidak bertanya, Nak?”

    “Malu, Miss.” Udin menjawab sambil membersihkan pulpennya yang tidak kotor.

    “Ya sudah, duduk di sini. Kerjakan dulu, yang kamu belum paham, tanyakan ya.”

    Mau tidak mau, Udin menyelesaikan tugas Bahasa Inggris-nya di Ruang Guru didampingi guru mata pelajaran, sekaligus wali kelasnya.

    Udin bukan hanya menyelesaikan tugas Bahasa Inggris saja, tetapi diberi kesempatan untuk menyampaikan alasan mengapa dia sering bolos, tidak mengikuti pelajaran dan tidak mengerjakan tugas.

    Udin bercerita bahwa sebenarnya dia tidak ingin sekolah di sini. Dia inginnya bersekolah di SMA Olahraga. Sejak kecil, Udin suka bela diri. Ia sering ikut bertanding dan sering mendapatkan juara. Ketika lulus SMP, Udin mengikuti tes di SMA Olahraga tetapi nilainya kurang, sehingga tidak bisa diterima di sekolah tersebut. Udin merasa sangat kecewa dengan keputusan tersebut, sehingga dia melampiaskan kekecewaannya dengan bermain game di warkop bersama teman-temannya. 

    Untuk menutupi Ini semua, Udin tetap berangkat sekolah, memakai seragam, meminta uang saku dan uang bensin, tetapi perginya ke Warung Kopi. Dia juga bercerita bahwa kesukaanya adalah pelajaran fisik, bukan belajar di dalam kelas seperti ini.

    Setelah menceritakan semua unek-uneknya,  Udin meminta izin untuk segera kembali ke kelas.

    “Iya Udin. Silahkan kembali ke kelas. Tetapi, ingat satu hal, bahwa sekarang kamu berada di SMA ini untuk belajar secara keseluruhan. Kalau kamu suka bela diri,  ikut saja ekstra taekwondo, karate atau ekstra bela diri lainnya. Belajar tetap menjadi prioritas utama ya, Nak.”

    Udin mengangguk ketika menerima wejangan tersebut dan selalu bilang, “Injih, Miss.”

     

    Rapat segitiga antara Wali Kelas,  Tatib (Tata Tertib) dan BK segera dilaksanakan. Rapat ini adalah rapat untuk mengevaluasi perkembangan siswa-siswi selama setengah semester.

    Ternyata, masih banyak keluhan pada Udin, diantaranya tentang ketidakhadiran pada mata pelajaran yang ada dan tugas yang belum tuntas. Tentu saja Bapak dan Ibu guru menyampaikannya pada wali kelas juga.

    Udin memang sudah mulai mengejar ketinggalannya, tetapi masih belum maksimal.  Yang Bapak dan Ibu gurunya peduli dan selalu mengingatkan, ya segera dikerjakan. Tetapi bagi yang gurunya diam saja,  ya tugasnya masih kosong.

    Tak semua anak SMA mempunyai tanggung jawab seperti anak seusianya, ada pula yang kolokan,  sukanya diperhatikan, ditanya dan dibantu dulu. Rasa kecewa dan putus asa membuat itu bisa terjadi. Udin memang merasakan hal itu karena kecewa tidak bisa diterima di SMA Olahraga, tetapi tidak seharusnya berkelanjutan sampai mengorbankan waktu belajarnya.

    Ternyata masih belum banyak perubahan. Guru BK akhirnya memanggil orang tua Udin untuk datang ke sekolah dan menyampaikan tentang beberapa pelanggaran yang dilakukan Udin selama ini yaitu tidak masuk sekolah tanpa izin, meninggalkan kelas saat pelajaran, dan tidak mengerjakan tugas. Sehingga poinnya sudah banyak.

    Orang tua Udin tampak terkejut dengan kejadian Ini,  karena selama ini Udin tidak terlihat nakal dan selalu patuh. Yang lebih membuat orang tuanya malu adalah Ayah Udin adalah seorang pendidik yang tugasnya mengajarkan kebaikan kepada murid-muridnya, tetapi justru anaknya sendiri yang bermasalah.

    Setelah mengisi surat pernyataan dari BK, Ayah Udin berjanji akan membimbing dan lebih mengawasi kegiatan putranya supaya lebih tekun belajarnya dan tidak lagi bolos sekolah.

    Udin sudah mulai berubah. Dia selalu berangkat sekolah lebih awal dari teman-temannya,  mulai mengerjakan tugas dan tidak lagi meninggalkan pelajaran.

    Menjelang kenaikan kelas, saatnya rapat pleno. Beberapa yang dibahas, salah satunya adalah Udin. Bapak dan Ibu guru Mata Pelajaran menyampaikan tentang Udin yang masih belum bisa menuntaskan tugasnya secara keseluruhan.

    Tentu saja Wali Kelas berjuang agar anak didiknya tidak sampai tinggal kelas. Untungnya, Bu Tri mau angkat bicara. Beliau menyampaikan bahwa Udin saat Ini sudah cukup berbeda dengan saat awal masuk sekolah. Dia telah berubah menjadi lebih baik, mau berusaha mengejar ketertinggalannya dan mau bertanya. Saat ini Udin lebih kerasan berada di kelas dan mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar dengan baik. Ini artinya, Udin masih bisa dibina dan bisa berubah menjadi anak yang rajin.

    Setelah perdebatan yang seru, akhirnya Udin bisa naik kelas, meskipun bersyarat. Maksudnya masih dalam pantauan. Apabila selama tiga bulan belum ada perubahan, berarti Udin harus kembali ke kelas sepuluh lagi.

     

     

    Kreator : Sofi Rohma

    Bagikan ke

    Comment Closed: Naik Kelas

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021