KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Nama-nama Unik (Chapter 2)

    Nama-nama Unik (Chapter 2)

    BY 29 Jul 2025 Dilihat: 21 kali
    Nama-nama Unik_alineaku

    Sebuah perjalanan panjang, dimulai dari 1 langkah pertama. Begitu pula dengan sebuah misi besar dimulai dari hal-hal kecil. Kelas pertamaku baru saja akan dimulai. 

    Jam menunjukkan pukul 7.30. Sinar matahari pagi masih malu-malu menyelinap lewat jendela kayu yang sedikit terbuka. Angin berhembus cukup kencang pagi itu. Tirai kelas berkibar ke dalam, menari-nari seolah ingin ikut belajar. Beberapa kertas di meja beterbangan, membuat anak-anak tergopoh-gopoh menahannya dengan buku atau tangan. Udara terasa segar, meski sedikit membuat tubuh menggigil.

    Begitu aku masuk ke ruang kelas 5, serentak murid-murid bangkit dari kursi.

    Om Swastyastu. Selaaamaaaaat Paaaaaaagiiiiiiiiiii, Buuuuuuuuu Guruuuu…!!!”

    Suara itu melengkung panjang, naik turun seperti gelombang, dengan nada yang jauh dari harmoni, tapi justru itulah yang membuatnya hangat dan menggemaskan. Ada yang nadanya tinggi seperti teriak, ada yang pelan dan terlambat setengah detik, ada juga yang tertawa sambil mengucapkannya, tidak kuat menahan geli. Beberapa anak malah sudah duduk, sebelum yang lainnya selesai. Tidak ada nada yang benar-benar selaras, tapi penuh niat dan tawa kecil di sela-selanya. 

    Mereka masih jaim, melihat sosok asing yang berdiri di hadapannya. Kelas lima yang biasanya aktif dan apa adanya, kini terlihat seragam, diam, sopan dan jaim. Mungkin karena aku orang baru bagi mereka. Jadi mereka masih takut dan malu-malu menunjukkan jati diri. Semua duduk tegap, tangan dilipat rapi di atas meja, ekspresi wajah kayak lagi ikut lomba sopan santun. Namun, meski penuh kejaiman, sesekali ada mata yang bertemu dan saling mengerling geli, senyum-senyum kecil yang ditahan agar tidak terlihat. Seolah berkata, “Siapa ya guru baru ini?”

    Hari pertama jadi guru Bahasa Inggris di kelas lima, aku ingin langsung memberi kesan biar mereka terbiasa dengan bahasa asing sejak awal. Maka dengan percaya diri dan senyum terbaik yang kupunya, aku berdiri di depan kelas dan berkata:

    “Good morning, everyone! My name is Miss Dewi, and I’m your new English teacher!”

    Hening. 

    Tiga detik.

    Lima detik.

    Sepuluh detik. 

    Tidak ada yang menjawab. Yang ada justru dua puluh lima pasang mata menatapku lempeng tapi penuh tanya, seolah aku baru saja menyebutkan mantra sihir dari Hogwarts. Beberapa anak menoleh ke temannya, seperti mencari subtitle. Ada yang mulai mengerutkan kening, ada yang membalas dengan senyum kaku ala emoji, dan yang paling depan malah sempat mengecek ke arah pintu, mungkin memastikan ini benar kelas Bahasa Inggris, bukan pertunjukan sulap.

    Lalu si Arya, anak yang terlihat paling dewasa dengan suara penuh harap, bertanya pelan, “Bu… itu tadi artinya apa ya?”

    Aku tersenyum, mencoba menahan tawa dan harapan. Dan saat aku ulangi kalimat tadi perlahan-lahan sambil menggerakkan tangan seperti guru bahasa isyarat, mereka mengangguk-angguk. Bukan karena paham, tapi karena merasa itu yang paling aman dilakukan saat tidak tahu apa-apa. Satu anak bahkan nyeletuk, “Bahasanya kayak di film, ya Bu…” 

    Yang lain menimpali, “Tapi nggak ada teks-nya, Bu…”

    Dan begitulah perkenalanku sebagai guru Bahasa Inggris baru. Berbicara dalam bahasa asing di sebuah desa terpencil, disambut dengan wajah-wajah bingung, mulut setengah terbuka, dan senyum sopan penuh harap. Sebuah awal yang… ya, bisa dibilang sukses. Setidaknya mereka tahu aku bukan alien.

    Jumlah murid di kelas 5 ini cukup ideal yaitu 25 anak, berimbang antara murid laki dan perempuan, seperti tim futsal campuran yang adil. Wajah-wajahnya tampak polos, manis, dan sebagian sudah tampak punya bibit kenakalan manja. Tapi, semuanya masih terkendali.

    Namun, kejutan sesungguhnya baru datang ketika aku membuka daftar hadir untuk pertama kalinya. Awalnya aku kira isinya nama anak-anak biasa seperti Budi, Ani, atau Tono. Tapi, ternyata…MONIKA. TONY. MEKEL. JHONY. TYSON. Aku sempat menatap daftar itu agak lama, lalu mengangkat alis. Ini daftar hadir atau daftar personel band dan aktor sinetron?

    “Tony?”

    “Hadirr, Bu!” Suaranya berat dan tegas, mirip nama dan gayanya.

    “Jhony?”

    Anaknya lambaikan tangan dari pojok dengan gaya cool. Sumpah, tinggal dikasih jaket kulit langsung siap main film action.

    “Mekel?” Disini aku bingung bacanya Mekel versi lokal atau internasional ya?
    “Versi lokal, Bu.” katanya sambil tersenyum. 

    Lalu lanjut ke nama-nama yang lebih… eksotis.

    Tambir. Kembar. Mepek.

    Aku sempat terdiam. Tambir? Itu nama atau bagian dari benda rumah tangga?

    Kembar? Aku sempat mencari siapa kembarannya. Ternyata, dia anak tunggal. 

    Dan, saat sampai ke “Mepek,” aku harus menahan diri sekuat tenaga agar tidak tertawa di depan kelas. (Belum lagi waktu aku minta dia menulis nama di papan. Tulisan besar: MEPEK dan seluruh kelas tiba-tiba jadi super serius, pura-pura sibuk buka buku.)

    Setelah itu, aku mulai sadar; kelas ini tidak hanya seimbang dari jumlah muridnya, tapi juga berat sebelah dari sisi hiburan. Setiap nama bisa jadi bahan komedi stand-up kalau aku mau.

    Jadi hari itu, aku menutup daftar hadir sambil tersenyum. “Oke, kelas lima ini siap jadi kelas paling penuh cerita.”

     

     

    Kreator : Kade Restika Dewi

    Bagikan ke

    Comment Closed: Nama-nama Unik (Chapter 2)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021