Di Negeri Dirgantara, berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin Raja Baskara. Sang Raja memiliki seorang putri bernama Megantara dan dua putra bernama Bumantara dan Jumantara. Ketiga bersaudara hidup rukun dan damai dalam daerah kekuasaannya masing-masing.
Bumantara memimpin negeri laut, Jumantara memimpin negeri darat dan Mengantara bertugas memimpin negeri awan.
Megantara memiliki tujuh putri kembar bernama Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila dan Ungu. Mereka bertugas untuk memberi tanda terima kasih setelah hujan turun pada waktu-waktu tertentu dengan tujuh tongkat cahaya.
Suatu hari saat bersiap untuk melakukan tugas mereka, Nila bertanya kepada para saudarinya.
‘Wahai saudariku, tidakkah kalian penasaran dengan apa yang ada diujung pelangi?”
“Bukankah disana ada dua buah telaga? Sebuah telaga keajaiban sementara satunya lagi adalah telaga ratapan.” jawab Merah.
“Apa yang terjadi jika kita menemukan telaga keajaiban? tanya Hijau
“Kudengar, jika berhasil menemukannya maka kau akan dianugerahi sebuah keberuntungan.” sahut Jingga.
“Apakah pernah ada yang berhasil menemukannya?” tanya Nila lagi.
“Kurasa tidak. Tak akan ada yang mau mempertaruhkan kehidupan nyaman di negeri ini untuk sekedar mencari keberuntungan dibawah sana.” tandas Jingga.
“Sudah cukup saudariku, waktu kita segera tiba. Mari mempersiapkan tongkat pelangi kita.”
Ucapan Merah menyadarkan mereka untuk segera bergegas melaksanan tugasnya.
***
Nila tampak duduk termenung di sebuah dipan.
“Mengapa kau mempertanyakannya, Nila?” tanya Ungu menghampiri.
“Tentang itu… Aku hanya penasaran saja Biru.”
“Tahukah kamu Nila, adakalanya justru lebih baik bagimu untuk tetap tidak tahu mengenai sesuatu yang tidak seharusnya diketahui.” tutur Biru.
“Apa maksudmu, Biru?”
Yang ditanya melempar pandang keseberang.
“Bukankah akan menguntungkan jika sungguh berhasil menemukan telaga keajaiban itu?”
“Jangan mengharapkan sesuatu yang bukan untukmu, Nila. Telaga keajaiban tidak diperuntukkan bagi penghuni Negeri Awan.”
Biru segera berlalu, meninggalkan Nila yang masih memendam banyak tanya. Ia memandangi kotak kaca dengan alas beludru warna putih disudut ruangan. Didalamnya terdapat tongkat cahaya miliknya.
“Mengapa tidak boleh? Aku hanya membutuhkan satu keajaiban.” lirihnya.
Comment Closed: Negeri Pelangi
Sorry, comment are closed for this post.