Kakak.pernah bercerita bahwa asal usul nenek moyang kita dari Jogja, sebab logat bicara kakek buyut bukan logat Banyumas seperti bahasa kebanyakan di kampung ku.tapi.logat bahasanya Jogja. Kalo di telusuri apa kata kakak kemungkinan kakek buyut adalah salah seorang prajurit Diponegoro .Sebagaimana kita pernah baca dalam sejarah.bahwa setelah Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda maka prajuritnya merasa nggak aman dan berusaha menyelamatkan diri dan keluarga dari kejaran tentara Belanda dengan cara bersembunyi atau berlari menghindari kejaran tentara Belanda. Tersebutlah seorang lelaki paruh baya dengan menggendong anak sambil menuntun seorang anak dan ada satu lagi anak berlari lari kecil mengikutinya ..Mereka berjalan dari Jogja ke arah barat mengambil jalar tengah menyusur perbukitan Kendeng ke arah barat melewati jalan setapak turun naik memilih jalan sunyi menghindari kejaran serdadu Belanda..Terus..terus dan terus berjalan ke arah barat kadang menginap di tegalan atau di bawah pohon yang rindang ia lakukan sekedar.menghilangkan rasa lelah dan penat setelah seharian berjalan dengan ketakutan diketahui ditambah tiada bekal yang ia bawa karena pergi dengan sangat tergesa – gesa. Merasa telah jauh berjalan maka berhentilah rombongan kecil itu di suatu kampung Sara Puja dikurung gunung Grenggeng. Beberapa hari tinggal di situ lantas bingung juga apa yang akan dikerjakan untuk menghidupi diri dan keluarganya beberapa hari ini juga mereka makan dari pemberian tetangga. Ketua kampung dan Kepala Desa sangat simpati kepadanya setelah tahu siapa pelarian itu. Sebenarnya karena sebetulnya semua penduduk juga sudah gak suka dengan pendudukan Belanda. Sebetulnya dia punya keahlian bisa menjahit dan membuat kain batik tapi semuanya itu kan perlu modal…dua juga nggak mau berlama-lama duduk melamun menantikan pemberian tetangga. Maka dicobalah keahlian menjahitnya dengan menjahit tanpa mesin jahit bahasa Jawanya di-kecos (karena memang tidak punya mesin jahit. Beberapa tahun dia jalani hidup baru sebagai penjahit…Karena menjahit di kampung ini merasa gak ada kemajuan dalam arti kata kurang pelanggan dia berkeinginan untuk turun gunung mencari tempat yang agak padat penduduknya..Benar aja di kampung baru namanya Pancasan sebetulnya masih satu kelurahan Grenggeng. Di kampung baru ini usahanya tambah maju dia merasa sudah waktunya dan punya modal untuk.usaha kain batik…Singkat ceritera usaha lain batik terus bertambah maju..Oh iya kakaku bilang kakek buyut kita ialah anak yang dituntun dalam.pelarian ..setelah berumah tangga nama tenarnya .kisah Bapak Tirtawinangun
Kreator : Sudarsono
Comment Closed: Nenek Moyangku
Sorry, comment are closed for this post.