Lisa sedang merapikan buku pelajaran di ruang tamu, setelah kurang lebih satu setengah jam dia mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah). Sementara mamanya tengah sibuk di dapur, mempersiapkan minuman dan cemilan untuk papanya yang akan belajar dengan ustadz Hamdi. Guru sekolah, dan sekaligus guru privat untuk keluarganya.
“Lisa… ~!” Mamanya datang menghampiri.
“Iya, mah !” Jawab Lisa
“Cepat bereskan buku-bukunya….!” Pinta mamanya/
“Iya, ma…. Tinggal nyapu saja, kok.”
“Papamu belum pulang dari masjid ?”
“Mungkin sebentar lagi, ma….”
“Kamu tunggu rumah sebentar, ya ! Mama mau ke warung dulu !”
“Iya, ma….”
Sepeninggal ibunya Lisa menyapu lantai. Membersihkan sampah-sampah kecil bekas dia belajar. Saat itu Pak Guntur papanya, datang dari masjid bersama Ustadz Hamdi.
“Assalamu alaikum !” Ucapnya.
“Wa alaikum salam !” Jawab Lisa. “Loh, pak Ustadz kok bisa bareng sama papa ?” Tanyanya ketika melihat ustadz Hamdi di samping papanya.
“Tadi di masjid ada pengajian, yang ngisinya kebetulan pak Ustadz Hamdi.” Jelas pak Guntur kepada anaknya.
“Ooh…, Silahkan duduk pak Ustadz !” Lisa mempersilahkan duduk pada ustadz Hamdi.
“Terima kasih …. !”
“Mamamu mana ?” Tanya pak Guntur pada Lisa.
“Mama lagi ke warung, pa.” Jawab Lisa.
“Ya sudah…., kamu siapkan air minum sana !”
“Iya, paa…”
“Lisa anak yang baik,” Ucap ustadz Hamdi setelah Lisa masuk ke dalam. “Meskipun anak semata wayang, tapi dia tidak terlihat manja.” Lanjutnya.
“Yaah…., semua itu berkat didikan isteri saya. Kalau saya mungkin tidak sampai dua puluh lima persen nya.” Ucap pak Guntur mengakui peranannya. “Oh, iya. Pada Jumat kemarin khatib menyatakan dalam khutbahnya bahwa segala amal itu tergantung pada niatnya. Apa itu benar ?” Lanjutnya dengan sebuah pertanyaan.
“Iya…., itu benar.” Jawab ustadz Hamdi.
Saat itu tiba-tiba istri pak Guntur datang dengan menenteng bungkusan.
“Assalamualaikum !” Ucap istri pak Guntur.
“Walaikum salam !” Jawab pak Guntur dan ustadz Hamdi berbarengan.
“Pak Ustadz udah datang ?” Tanyanya.
“Tadi bareng sama papa.” Jelas pak Guntur.
“Kok, bisa bareng ?”
“Tadi…., beliau yang mengisi pengajian bulanan di masjid kita.”
“Ooh…., kalau begitu saya ke dalam dulu, ya !”
“Iya….” Jawab ustadz Hamdi sambil menganggukan kepala.
“Bisa kita lanjutkan ?” Tanya pak Guntur setelah istrinya meninggalkan keduanya.
“Silahkan …. !” Ustadz Hamdi mempersilahkan,
“Niat itu…., sebenarnya apa, pak ?” Tanya pak Guntur.
“Niat adalah……, keinginan untuk melakukan sesuatu.” Jelas ustadz Hamdi.
“Keinginan untuk melakukan sesuatu ?”
“Iya…”
“Kapan kita melakukan niat ?”
“Ketika kita akan atau ingin melakukan suatu ibadah, baik itu ibadah mahdhoh ataupun ibadah ghoir makhdhoh.”
“Saya belum paham ibadah yang bapak ucapkan itu, tolong jelaskan !” Pinta pak Guntur.
“Ibadah mahdhoh adalah segala bentuk amalan yang pelaksanaannya sudah ditetapkan oleh nas Al-Quran atau hadits, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Sedangkan ibadah ghair mahdhoh adalah amalan yang tidak diatur secara spesifik pelaksanaannya, namun bisa menjadi ibadah karena ada niat ikhlas dari si pelakunya. Dengan kata lain ibadah mahdhoh itu ibadah khusus, sedangkan ghair mahdhah itu ibadah umum.” Jelas ustadz Hamdi.
“Apakah niat harus diucapkan ?” Tanyanya lagi
“Untuk ibadah mahdhoh memang perlu pelafalan atau pengucapan. Tapi….., untuk ibadah ghoir mahdhoh, tidak perlu. Yang penting…., dia sadar dan dia tahu, apa yang dilakukannya itu semata-mata mencontoh apa yang diperlihatkan atau diperintahkan oleh Rasulullah SAW.”
“Darimana kita tahu, apa yang kita lakukan itu pernah dilakukan oleh Rasulullah ?” Pak Guntur kembali bertanya
“Dulunya ucapan dan perbuatan Rasulullah itu disampaikan dan disebarkan oleh para sahabat nabi dari mulut ke mulut. Tapi setelah Islam berkembang, ucapan dan perbuatan Rasulullah itu mulai dibukukan. Buku tersebut selanjutnya dikenal dengan sebutan kitab hadits.”
“Adakah buku yang khusus membicarakan tentang perilaku keseharian Rasulullah ?” Pak Guntur penasaran.
“Ada….” Jawab ustadz Hamdi. “Namanya Asy-Syamail Muhammadiyyah. Buku itu sekarang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia.” Lanjutnya.
“Kalau begitu…., untuk pertemuan berikutnya, saya mohon pada pak ustadz untuk membawakan buku tersebut. !” Pinta pak Guntur.
“Insya Allah….,” Jawab ustadz Hamdi.
“Sekarang saya ingin pak ustadz memberikan contoh niat dalam ibadah ghoir mahdhoh, karena niat dalam ibadah mahdhoh saya sudah paham berdasarkan penjelasan pak ustadz tentang wudhu, mandi, shalat, dan lain sebagainya.” Kembali pak Guntur minta penjelasan.
“Baik….” Kata ustadz Hamdi sambil berpikir sejenak. “Misalnya ….., bapak makan nasi satu piring. Bapak mulai menyantap nasi dari piring tersebut dari pinggir dulu, lalu ke tengah, lalu berakhir sampai ke pinggir lagi. Dan…., Bapak tidak menyisakan sebutir nasi pun dari piring tersebut. Kalau bapak melakukan hal tersebut karena bapak tahu bahwa makan seperti itu telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Itu artinya bapak makan bapak telah sesuai dengan sunnah.
“Cara makan saya memang seperti itu…., saya akan marah pada anak saya kalau di piring makan dia, masih tersisa nasi meskipun hanya setengah sendok. Berarti…., makan saya dan keluarga saya sudah nyunnah, dong ?” Ucap pak Guntur dengan nada bangga.
“Bapak tahu, kalau perbuatan itu telah dicontohkan dan diperintahkan oleh Rasulullah ?” Kali ini ustadz Hamdi yang bertanya.
“Tidak…, saya tidak tahu.” Jawab pak Guntur.
“Berarti…., itu hanya kebetulan.” Tegas ustadz Hamdi
“Kebetulan bagaimana ? Kan sama-sama makan ?” Tanya pak Guntur.
“Betul….., makanya mungkin sama, tapi nilainya yang berbeda.” Jawab ustadz Hamdi.
“Maksudnya ?”
“Kalau kita tahu bahwa Rasulullah SAW telah mencontohkan dan memerintahkan cara makan yang baik, kemudian kita berusaha untuk melaksanakanya sesuai dengan apa yang telah dicontohkanya, itu artinya perbuatan makan kita telah sesuai dengan sunnah. Karena makan kita sesuai dengan sunnah, maka kita akan mendapatkan pahala dari perbuatan makan tersebut. Kalau kita tidak tahu, maka perbuatan makan kita itu, tidak masuk kategori nyunnah. Karena tidak nyunnah, maka tidak ada pahala bagi kita. Yang kita dapatkan dan kita rasakan hanyalah rasa kenyang di perut kita.”
“Jadi kesimpulanya…, yang niat mengikuti sunnah dapat pahala, yang tidak niat atau tidak tahu bahwa itu sunnah, tidak mendapatkan pahala?” Pak Guntur memberikan kesimpulan.
“Betul….” Ustadz Hamdi membenarkan.
“Apakah semua perbuatan kita, bisa memungkinkan untuk mendapatkan pahala ?” Tanya pak Guntur.
“Bisa…” Jawab ustadz Hamdi. “Bahkan melakukan hubungan suami istri sekalipun.” Tambahnya.
“Bagaimana mungkin melakukan hubungan suami istri bisa mendapatkan pahala ?” Pak Guntur merasa heran.
“Sekarang saya mau tanya, apakah kalau bapak nyosor ke istri tetangga termasuk berdosa ?”
“Tentu…”
“Nah, kalau nyosor ke yang bukan hak itu berdosa, berarti nyosor ke yang memang sudah menjadi hak itu, berpahala. Betul tidak ?” Tanya ustadz Hamdi
“Iya….iya….”Jawab pak Guntur sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
“Ada lagi yang ingin bapak tanyakan ?” Tanya ustadz hamdi setelah beberapa saat.
“Ada tidak, bukti yang bisa kita rasakan sebagai efek dari niat ? Karena maaf, yang tadi kita bicarakan itu bekisar pahala yang notabenenya tidak kita rasakan secara langsung.” Kembali pak Guntur bertanya.
“Ada…. “ Jawab ustadz Hamdi setelah berpikir sejenak.
“Contohnya ?”
“Contohnya…., Bapak bangun sahur kesiangan. Bapak hanya keburu minum satu gelas air, kemudian bapak berpuasa karena malamnya bapak sudah berniat puasa. Apa yang bapak rasakan pada jam 11 siang ?” Tanya ustadz Hamdi.
“Saya tidak merasa lapar, dan saya bisa menyelesaikan puasa sampai maghrib.” Jawab pak Guntur.
“Coba kalau bapak tidak niat puasa, dari pagi belum makan apa-apa. Apa yang bapak rasakan pada jam 11 siang.” Kembali ustadz Hamdi bertanya.
“Ya… Saya lapar lah, pak.” Jawab pak Guntur.
“Nah…., bapak sudah merasakan kekuatan sebuah niat, kan ?”
“Iya…., sekarang saya merasa yakin. Ada bukti yang lain…., supaya saya merasa tambah yakin.” Pak Guntur kembali meminta penjelasan ustadz Hamdi.
“Ada…, tapi ini bersumber dari sebuah riwayat.”
“Tidak apa-apa.”
“Diceritakan nanti di hari kiamat, manusia akan dibagikan buku catatan amal kebaikan mereka masing-masing. Ada yang dari arah kiri, ada yang dari arah kanan, bahkan ada yang dari arah punggungnya. Diantara orang yang diberi buku catatan dari arah kanan, dia sangat gembira, dia buka buku tersebut. Tapi …., betapa terkejutnya dia, karena ketika dia melihat ada catatan amal haji, umroh, dan shadaqah, sementara dia tidak pernah melaksanakannya, sampai-sampai dia menyatakan : ‘Ini bukan buku catatan amal saya, ini salah…., karena saya tidak pernah melaksanakan amalan itu semua.’ Ketika itu Allah berfirman : ‘Wahai Fulan bin Fulan…., itu adalah buku catatan amal kamu. Dulu saat kamu di dunia kamu menyatakan bahwa jika punya uang saya akan beribadah haji, akan beribadah umroh, dan akan bershadaqah kepada orang-orang yang membutuhkan. Karena apa yang kamu ucapkan itu benar-benar bersumber dari hatimu dan itu benar adanya, maka hari ini kamu mendapatkan apa yang sudah kamu niatkan.’
“Tidak melaksanakan…., tapi mendapatkan pahala ?”
“Iya…. itu adalah buah dari sebuah niat baik.”
“Baiklah, saya sekarang merasa yakin bahwa niat itu sangat berarti dalam hidup dan kehidupan kita. Terima kasih atas pencerahannya di malam ini !” Ucap pak Guntur, dengan r,an yang cukup puas.
“Sama-sama, pak.” Jawab ustadz Hamdi.
Saat itu Lisa dan ibunya datang dari dalam rumah. Lisa membawa baki berisi nasi goreng, sedangkan ibunya membaca baki berisi air minum.
“Sudah selesai ngajinya ?” Tanya istri pak Guntur
“Sudah….” Jawab pak Guntur.
“Pak ustadz ….!” Ucap Lisa sambil meletakan nasi goreng di atas meja. “Ini nasi goreng buatan Lisa….. Silahkan dicicipi, pak. !” Lanjutnya.
“Subhanallah…. Lisa bisa masak juga ?” Puji ustadz Hamdi.
“Bisa dong , pak.” Jawab Lisa dengan bangga. “Ayo silahkan, pak !”
“Terima kasih !” Ucap ustadz Hamdi.
Dengan suasana yang riang gembira mereka menyantap nasi goreng buatan Lisa, yang dilanjutkan dengan obrolan santai hingga hari menunjukan pukul 00 WIB.
Kreator : Baenuri
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: NIAT
Sorry, comment are closed for this post.