KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Nyasar di Mekah

    Nyasar di Mekah

    BY 23 Jul 2024 Dilihat: 136 kali
    Kisah-kisah Ajaib Haji dan Umroh_alineaku

    Nyasar di Masjidil Haram

    Kisah Veteran Tentara

     

    Burhanuddin (61 th) beserta anak (Dodit, 25 th),  dan istrinya (Mega, 58 th) pergi umroh. Dari penampakan posturnya yang kekar dan tegap, jamaah lain bisa mengambil kesimpulan bahwa Burhanuddin sangat menjaga pola makan dan olahraga. Benar saja, selama di pesawat, Burhabuddin bercerita bagaimana selama ia masih bertugas di kesatuan angkatan bersenjata, kerap di kirim ke pelosok hutan, bahkan ke luar negeri untuk misi perdamaian. Kini, di masa pensiunnya, ia masih rutin jalan pagi, menghindari makanan berlemak, gula dan minyak-minyak. “Alhamdulillah, walau saya sudah pensiun, masih bisa  jalan pagi sejauh 2 km, setiap hari. Anak-anak muda zaman sekarang aja, belum tentu bisa seperti itu. Jadi, saya siap dan semangat umroh” ujarnya kepada jamaah lain yang nampak terpukau mendengar kisahnya.

    Melalui Dodit, putra keempat Burhanuddin, jamaah juga mendapatkan cerita, bahwa ayahnya banyak mendapatkan penghargaan karena dedikasi serta prestasi selama bertugas. “Tapi ya gitu, namanya mantan tantara ya, disiplin dan keras Pak Ustad” ujar Dodit saat makan bersama muthawif di hotel. Pak Burhan paling tidak suka hal-hal yang tidak disiplin. Ia maunya segala sesuatu berjalan sesuai rencana dan tepat waktu. Demikian juga, saat jamaah selesai makan dan hendak menuju ke Baitullah untuk melihat Ka’bah pertama kali. Jamaah, diminta menunggu di lobi hotel, untuk kemudian bersama-sama menuju Masjidil Haram. Pak Burhan, ustri dan Dodit, sudah sampai duluan bersama Muthawif.

    “Kemana yang lainnya? Kita janjian jam 14:00 kok baru segini yang kelihatan.” Tanya Pak Burhan pada Muthawif. “Harap bersabar ya Pak, kita tunggu jamaah lain dulu. Bapak bisa duduk di sofa dulu.” Sang Muthawif nampak sungkan. Tak lama kemudian, satu per satu jamaah pun datang ke lobi, namun sampai 30 menit berlalu, masih ada 3-4 orang jamaah yang belum turun. Pak Burhan, mendatangi Muthawif. “Maaf, Pak Ustad, sepertinya, kita sudah terlalu lama menunggu. Kita tinggal saja, jamaah yang lain kalau memang masih lama,” katanya setengah emosi. “Coba saya, hubungi lagi ya Pak.” Muthawif nampak sibuk, menelpon jamaah yang belum turun, sekitar 5 menit barulah muncul, satu persatu. 2 Jamaah terakhir adalah wanita lansia bersama wanita paruh baya. “Maaf ya Bapak dan Ibu, tadi saya kebingungan kemana naik liftnya, pencet apaan ya? Hehehe. Sekali lagi maaf ya,” ujar Bu Rodiah, jamaah asal Kedoya.

    “Ayo Pak Ustad, kita segera ke Masjidil Haram, sudah waktunya. Besok-besok harus tepat waktu ya bu. Kasian orang lain yang menunggu,” ujar Pak Burhan pada muthawif dan 2 ibu-ibu yang terlambat. “Ayo Bapak ibu, silakan ikuti saya, mohon saling mengingat teman-teman sekamarnya ya. “Kata muthawif sambil memimpin perjalanan menuju masjid.

    Alhamdulillah, ibadah di masjid sudah dilaksanakan. Para jamaah mengakhiri ibadah dengan sholat sunah dan berdoa di Multazam. Semua jamaah lengkap dan nampak khusyu berdoa hingga banyak yang menitikkan air mata. Waktu menunjukkan pukul  15.50 dan akan mendekati Ashar. “Kita kembali ke hotel, setelah sholat Ashar ya. Ujar Muthawif. Para jamaah setuju dan kembali menjalankan ibadahnya. Setelah Sholat Ashar, jamaah pun bergegas menuju hotel. Pak Buhanuddin, istri dan Dodit, minta izin pada Muthawif agar lebih lama di masjid sampai Isya. “Bapak yakin Pak? Mau di sini sampai Isya? Gak istirahat dulu?” tanya muthawif. “Yakin dong, saya ingin berlama-lama di sini,” sahutnya. “Baiklah yang penting nanti Bapak tau jalan pulang ke hotel kan ya?.” “Ya tau dong, di hutan aja saya gak kesasar, masa ke hotel kesasar.” Jawabnya. Istri dan anaknya, langsung terkejut mendengar kata-kata Pak Burhan. “Pak, istighfar Pak, ucap istrinya. “Astaghfirullah,” sahut Pak Burhan.

    Saat makan malam, seluruh jamaah berada di restoran. Kondisinya, semua jamaah sudah melaksanakan Sholat Isya. Lalu Dodit bersama ibunya datang menghampiri Muthawif. Mereka nampak panik. “Pak Ustad, Bapak saya belum sampai ya? “ tanya Dodit. “Loh, bukannya tadi bareng sama Mas Dodit dan Ibu?.” “Kami terpisah Ustad. Setelah Sholat Isya, saya jemput ibu. Pas kembali, bapak gak ada, saya sudah keliling Ka’bah mencari Bapak, tapi gak ketemu.” Semua orang nampak tegang. “InsyaAllah gak apa-apa, Mas Dodit dan Ibu makan dulu, nanti setelah ini saya akan cari Pak Burhan.

    Waktu berlalu hingga pukul 23:00 waktu Saudi. Pak Burhan tidak juga kembali, Muthawif sudah menyebarkan foto Pak Burhan ke rombongan lain, barangkali ada yang melihatnya. Para jamaah juga sudah bolak-balik bergantian mencari Pak Burhan, tetapi tidak ditemukan. Hingga menjelang pukul 24:00 di Lobi hotel, seorang pelajar Indonesia datang sedang memapah Pak Burhan. Wajah Pak Burhan nampak pucat, tangannya gemetar. Muthawif langsung menghampiri Pak Burhan, kemudian diajak duduk dan diberi teh hangat. Pelajar Indonesia itu bernama, Ahmad, yang juga sedang membantu jamaah umroh Indonesia. Ia melihat, seorang lelaki tua mondar-mandir di tempat yang sama dan nampak kebingungan. Ahmad kemudian menghampiri, dan menanyakan ada apa. Namun Pak Burhan tidak bisa bicara. Ahmad Pun dengan sigap melihat kalung identitas yang melingkar di leher Pak Burhan, setelah membaca kalung tersebut, Ahmad mengantarkan ke hotel. “Saya bingung Tad, kok bapak ini bolak-balik aja di tempat yang sama. Pasti terpisah dari jamaah lain nih. Ya sudah, saya hampiri saja.”

    Dodit dan istri Pak Burhan, nampak bergegas menghampiri Pak Burhan. “Ya Allah Pak, alhamdulillah ketemu, istrinya langsung memeluk Pak Burhan yang masih diam dan nampak sulit menggerakkan bibirnya.“Ibu, Mas Dodit, diajak makan dulu aja Bapak, pasti lapar ini. Sudah berapa lama di masjidil haram. Datang ke resto aja, bilang minta makan buat Pak Burhan. InsyaAllah nanti saya koordinasi dari lobi. “Terima kasih Pak Ustad, “ ujar Dodit. 

    Kepada keluarganya, Pak Burhan bercerita, saat ditinggal Dodit untuk mencari istrinya. Ia ingin menyusul Dodit, namun ternyata saat berjalan, ia kembali ke tempat yang sama berkali kali. Semakin ia berjalan, semakin pusing dan kembali di tempat yang sama. Hingga Pak Burhan terasa Lelah dan tidak mampu bicara. Lalu seseorang mendatanginya, Bertanya padanya, namun ia tidak bisa menjawab. Dan lelaki itu, membawanya ke hotel.

    Kepada jemaah lain, saat makan siang, Pak Burhan menceritakan kisahnya seraya meminta maaf. Diiringi air mata, suara Pak Burhan bertegar, “Mohon dibukakan maaf sebesar-besarnya, atas kesalahan saya, Burhanuddin yang sombong ini. Saya banyak belajar dari kejadian kemarin.” Seorang jamaah pria menghampiri dan memeluknya. “MasyaAllah, Allah sayang dengan Pak Burhan. Langsung ditegur dan diberi petunjuk.” Semua jamaah yang mendengar ikut haru dan menangis.

     

     

    Kreator : Nurhablisyah

    Bagikan ke

    Comment Closed: Nyasar di Mekah

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021