“Mak, Mak. Ini aku dapat PR Bahasa Jawa, Mak. Tadi di sekolah pelajaran Bahasa Jawa, Mak. Diajarin nyanyi. Kalau dalam bahasa Jawa, nyanyi itu namanya nembang. Lagunya enak didengarkan, Mak. Kayak lagu di dalam wayang yang biasanya didengarkan Bapak setiap mau tidur itu lo, Mak. Bu Guru pinter nembang kayak sinden yang di wayang itu, Mak.” ujar Hapshoh sepulang sekolah kepada emaknya.
“Wah, berarti dirimu pinter nembang juga ya seperti gurumu tadi. Emak jadi penasaran deh, gimana anaknya Emak bisa nembang lagu jawa kayak Bu Guru. Terus emak bisa menebak nich, PR mu tadi disuruh belajar nembang, disuruh menghafalkan lagu Jawa, kan?” sahut emaknya merespon ucapan Hapshoh.
“Yeeee…. Emak salah menebaknya. Bukan dikasih PR suruh nembang Mak, tapi ada istilah dalam bahasa Jawa dan disuruh mencari artinya. Tapi Bu Guru berpesan, artinya gak boleh nyari di google, Mak. Sama Bu Guru disuruh tanya kepada kedua orang tua. Gak boleh pake HP. Gak boleh tanya ke Google, gak boleh tanya ke ChatGPT. Harus tanya kepada orang tua, kalau tidak ya boleh kepada kakek neneknya. Atau kepada siapa saja yang penting tanya kepada manusia. Katanya Bu Guru begitu, Mak.” jelas Hapshoh kepada emaknya dengan semangat.
“Hari ini sebelum belajar menyanyi lagu bahasa Jawa belajar dulu tentang beberapa istilah yang biasa dipakai dalam bahasa Jawa Mak, tapi Cuma satu saja yang dibuat untuk PR. Untuk yang lain tadi aku sudah menulis, Mak. PR-nya disuruh mengartikan maksud dari kalimat: Ojo waton ngomong, nanging ngomongo nganggo watonan. Begitu, Mak.” Hapshoh memberi tahu PR yang harus dikerjakan.
Dia segera mengeluarkan bukunya dari dalam tas yang masih di atas pundaknya. Tak mau menunda tugasnya, dia ingin segera mengerjakan dan segera menyelesaikan tugasnya.
“Oke deh cah ayu, emak bantu ya. Tapi sebelum Emak kasih tahu maksudnya, coba kamu berpikir dulu. Pikirkan tentang apa coba itu maksudnya.” Sahut Emak yang tak mau anaknya pasif sehingga dia menyuruh anaknya untuk mencoba memikirkan jawabannya.
“Kalau yang aku tahu ini tentang berbicara, Mak. ngomong itu kan berbicara, tapi aku gak tahu apa itu waton. Sepertinya ini tentang etika saat berbicara.” Jawab Hapshoh yang cerdas.
“Betul sekali, anak Emak. Ojo waton ngomong, nanging ngomongo nganggo watonan, itu maksudnya: Jangan asal berbicara, tetapi berbicaralah dengan alasan yang jelas. Begitu, cah ayuuu.” Jelas emaknya sambil mencubit hidung anaknya sebagai tanda sayang.
“Tapi Emak juga ngasih PR lo buat dirimu. Coba kamu belajar nembang lagu Jawa. Nanti kalau sudah bisa dengan lancar, setorkan ke emak ya. Emak ingin dengar dirimu menyanyikan lagu Jawa dengan suara emasmu.” Pinta emaknya yang direspon dengan senyum dan anggukan kepala tanda menyanggupinya.
Kreator : Endah Suryani, S. Pd AUD
Comment Closed: Ojo Waton Ngomong, Nanging Ngomongo Nganggo Watonan
Sorry, comment are closed for this post.