Penulis : Sukri (Member KMO Alineaku)
(kisah nyata)
“Kri, Azan” ya, begitulah suara Mbah Mustaqim yang menyuruhku untuk azan Subuh di masjid yang berbatasan dengan asrama putri di komplek Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, (UIN MALIKI), nama masjidnya aku lupa.
Kisah ini merupakan kisah nyata yang aku alami antara tahun 2009 sampai 2011 yang silam, sewaktu aku mendapatkan beasiswa dari Kementerian Agama pusat untuk melanjutkan S-2 di UIN Maliki Malang.
Sekarang sudah tahun 2021. Meskipun telah berlalu sekitar sepuluh tahun, namun suara itu rasanya masih terasa jelas terngiang di telingaku, Mbah Mustaqim begitu senang jika mendengar suara azanku, bahkan ada seorang ibu yang mengatakan jika mendengar suara azanku rumahnya terasa nyaman, padahal rasanya suaraku tidaklah begitu merdu untuk didengar.
Namanya Mustaqim, aku lebih senang memanggilnya Mbah Mustaqim, umurnya sekitar 60 tahunan ketika tahun 2010, orangnya buta, tapi ibadahnya luar biasa. Beliau selalu menjadi orang yang pertama kali datang ke masjid pada waktu sholat Subuh.
Sekedar informasi, waktu sholat di daerah kota Malang biasanya lebih cepat dibandingkan daerah lain (khususnya Riau) lebih kurang satu jam. Jadi kalau waktu sholat subuh di Riau sekitar pukul 05.00 WIB, di Malang waktu sholat shubuhnya sekitar pukul 04.00 WIB, dan pukul 05.00 WIB nya sudah terang.
Awal perkenalanku dengannya, ketika pada suatu hari, aku datang ke masjid sekitar pukul empat Subuh aku melihat beliau sudah ada di masjid duluan, semula aku tidak tahu kalau beliau seorang yang buta, besoknya hal yang sama terjadi lagi, hingga beberapa hari berikutnya hal yang serupa masih terjadi, akhirnya baru aku tahu kalau beliau adalah seorang yang buta.
Suatu ketika aku bertanya kepada beliau, “Pukul berapa Bapak bangun?” Beliau menjawab,” Saya bangun sekitar pukul tiga Subuh, saya sholat Tahajud, kemudian saya membangunkan anak saya yang akan jualan, setelah itu saya pergi ke masjid.”
Hebatnya, jalan yang beliau tempuh menuju masjid itu tidaklah lurus, tapi berbelok-belok dan ada polisi tidurnya, beliau melewati tempat kosku, kemudian belok kanan, belok kanan lagi, hebatnya lagi, beliau bisa mengambil kunci masjid dan membuka pintu masjid yang terkunci, Allah memang membutakan mata yang ada di kepalanya, tapi Allah membukakan mata hatinya, Allah buka mata batinnya, sehingga mudah baginya untuk membuka pintu masjid yang terkunci.
Setelah sampai di masjid, beliau langsung melaksanakan sholat Sunnah Tahiyyatul Masjid. Kemudian setelah sholat, keluar lantunan istighfar dari mulutnya, mohon ampunan kepada Allah. Yang terbayang di benakku, paling banyak beliau beristighfar hanya 100 kali, tapi ternyata dugaanku salah, beliau beristighfar sebanyak 1000 kali setiap selesai sholat Shubuh, ketika kutanya bagaimana caranya dia bisa beristighfar sebanyak itu, lalu dia menunjukkan kepadaku tasbihnya, sambil berkata,” Kri, tasbih inikan jumlahnya 99 buah, 100 buah dengan pucuknya, setiap saya baca 10 kali, saya tandakan 1, jadi,10 x 100 berapa? 1000 kan katanya”.
Yaa Allah, ketika mendengar jawabannya, rasanya malu diri ini, seolah-olah Allah ingin menegur diriku, seolah-olah Allah ingin menyindir diriku, “Hai Syukri, lihat orang tua yang buta itu, walaupun dia tua dan buta, tapi dia adalah orang yang pertama kali datang ke masjid pada waktu Shubuh, istighfar 1000 kali, sedangkan dia tidak mempunyai dosa mata, sementara dirimu, muda, badanmu sehat, matamu bisa melihat, tapi kenapa kau selalu terlambat datang ke masjid? Berapa banyak istighfar yang kau ucapkan kepadaKu setiap hari? tertunduk kepala ini, malu rasanya diri ini kepada Allah.
Maka sejak kejadian itu, kutanamkan niat dalam hati, bahwa aku akan bangun lebih awal dari sebelumnya, dan aku akan azan Subuh di masjid selama aku berada di kota Malang, dan Alhamdulillah, karena keinginan yang baik ini, Allah mudahkan bagiku untuk bangun setiap Subuh lebih awal dari sebelumnya, dan bisa azan Subuh di masjid setiap harinya.
Selama lebih kurang sekitar dua tahun aku berada di kota Malang, dipotong masa liburan, hanya ada beberapa hari yang aku tidak bisa azan Subuh di masjid disebabkan karena sakit, tapi walaupun tidak bisa azan, aku masih bisa iqomah untuk melaksanakan sholat Subuh berjamaah di masjid.
Satu hal lagi pelajaran yang kudapatkan dari Mbah Mustaqim, beliau sangat mencintai kebersihan masjid, sehingga beliau tidak suka kalau ada orang yang batuk di masjid sambil mengeluarkan dahak. Makanya kadang-kadang ketika ada rasa mau batuk dan berdahak segera kucari tempat yang tidak terdengar olehnya suara batuk yang berdahak.
Kini, setelah berlalu lebih kurang sepuluh tahun, aku tidak tahu bagaimana kabarnya kini, apa beliau masih hidup atau sudah meninggal, karena terakhir kalinya aku bertemu beliau di saat wisuda S-2 ku di UIN Maliki Malang pada bulan Oktober 2011.
Andai beliau masih hidup, aku berdoa kepada Allah semoga dia senantiasa diberikan kesehatan, kalau seandainya beliau sudah meninggal, kudoakan semoga Allah memberikan ampunan kepadanya.
Terimakasih Mbah Mustaqim, engkau adalah guruku, yang telah mengajariku banyak hal tentang kehidupan yang tidak pernah kudapatkan di bangku sekolah maupun bangku kuliah, bagiku kau adalah manusia biasa yang luar biasa sehingga pantas jika aku menyebutmu manusia langit yang sengaja dikirimkan Allah ke bumi untuk mengajariku nilai-nilai kehidupan agar aku lebih sadar akan arti hidup di dunia ini.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Orang Buta yang Luar Biasa Ibadahnya
Sorry, comment are closed for this post.