KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Osama

    Osama

    BY 29 Jan 2025 Dilihat: 165 kali
    Osama_alineaku

    Udara Gaza berbau kematian; aroma anyir darah, asap membakar, dan keputusasaan yang mencekik. Bom-bom mengubah kota menjadi kuburan raksasa. Di tengah badai ini, Fatimah, seorang ibu muda bermata coklat gelap yang lelah, memeluk erat Osama, putranya yang baru berusia empat tahun. Usia Fatimah baru 25 tahun, namun wajahnya sudah terukir oleh penderitaan yang tak terhitung, mata indahnya kini redup dibayangi keputusasaan.

     

    Mereka berlindung di kamp pengungsian Al-Shati, sebuah tempat yang sesak dan penuh keputusasaan.  Ribuan jiwa terhimpit dalam tenda-tenda reyot, berbagi sedikit makanan, air, dan harapan yang hampir padam.  Suami Fatimah, Omar, seorang pejuang Palestina yang gagah berani, berjuang di garis depan pertempuran di utara Gaza, meninggalkan Fatimah dan Osama dalam cengkeraman ketakutan yang mencekam,  meninggalkan Fatimah sendirian menghadapi terjangan badai kehidupan.

     

    Siang itu, serangan dahsyat menghantam Gaza.  Bom-bom berjatuhan seperti hujan api neraka, menghancurkan segalanya tanpa ampun.  Fatimah melindungi Osama, tubuh mungil itu gemetar hebat di tengah teror yang mengerikan,  hatinya dipenuhi rasa takut yang amat sangat.  Sebuah serpihan bom kemudian menghantam kepala Osama.  Dunia Fatimah runtuh seketika,  jiwanya tercabik-cabik oleh kepedihan yang tak terperi.

     

    Osama terbaring tak berdaya, darah segar membasahi pelipisnya.  Fatimah menjerit pilu,  suaranya adalah teriakan putus asa dari seorang ibu yang kehilangan segalanya.  “Osama, bangun! Anakku, jangan tinggalkan ibumu!”  Tangisnya memecah kesunyian,  tangis yang dipenuhi oleh rasa putus asa,  rasa takut kehilangan,  dan  rasa sakit yang tak tertahankan.  Ia memeluk tubuh tak bernyawa Osama, mencium keningnya yang dingin, merasakan keputusasaan yang maha dahsyat,  merasa dunia seakan telah berakhir.  Dalam kesedihan yang mendalam, ia membungkus Osama dengan kain kafan sederhana, kain putih yang melambangkan kematian.

     

    Namun, di tengah kehancuran total ini, keajaiban terjadi.  Di tengah keputusasaan yang mencekam,  sebuah percikan harapan menyala dalam lubuk hatinya yang terluka.  Ia kembali memanggil nama Osama, suaranya bergetar namun dipenuhi keyakinan yang teguh,  keyakinan yang lahir dari cinta seorang ibu yang tak pernah menyerah.  Dan yang tak terduga terjadi, Osama bergerak.  Mata anak itu terbuka, menatap Fatimah dengan tatapan polos yang penuh keajaiban.  Osama hidup kembali dari ambang kematian,  membawa kembali cahaya harapan ke dalam jiwa Fatimah yang hancur.

     

    Beberapa hari kemudian, Jihan, seorang jurnalis Palestina yang pemberani, menemui Fatimah.  Jihan mendengarkan kisah Fatimah dengan penuh perhatian, hatinya terguncang oleh kekuatan luar biasa seorang ibu yang tak pernah menyerah,  kekuatan yang lahir dari cinta dan harapan yang tak pernah padam.  Ia menuliskan kisah mukjizat itu, sebuah kisah harapan yang menyala di tengah kegelapan Gaza.  Kisah Fatimah dan Osama tersebar luas, menjadi simbol ketabahan dan kekuatan seorang ibu, serta keajaiban yang terjadi di tengah perang yang brutal.  Kisah itu mengingatkan kita semua tentang kekuatan cinta, doa, dan harapan yang tak pernah padam, bahkan di tengah badai Gaza.

     

    Bengkulu, 20 Desember 2024

    Ucipa

    #Freepalestine

     

    Kreator : Ucipa

    Bagikan ke

    Comment Closed: Osama

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021