Satu bulan sudah kami menjalani bulan Ramadhan di Nias Barat. Meskipun tidak menjalani ibadah puasa Ramadhan bersama keluarga kandung, tetapi teman satu kelompok penempatan sudah menemaniku selayaknya keluarga untuk beribadah selama satu bulan, dengan segala berkah, masalah, serta cerita lucu yang kami alami bersama. Mulai dari kehabisan bensin di tengah jalan ketika waktu maghrib datang, sampai nyaris tidak makan sahur karena belum ada nasi yang dimasak sebelum subuh. Untungnya kami masih sempat meminta nasi ke warung makan Ibu Stabat yang lokasinya cukup dekat dari kontrakan kami.
Malam terakhir di bulan Ramadhan, aku bersama teman-teman melaksanakan ibadah sholat Isya di masjid Sirombu. Berdasarkan informasi yang kami terima, selepas sholat Isya, masyarakat akan beramai-ramai mengadakan pawai keliling desa sambil bertakbiran bersama. Maka dari itu, sebagai pendatang, kami antusias sekali ingin melihat bagaimana keseruan warga Nias Barat menyambut hari raya Idul Fitri.
Setelah menunaikan sholat Isya berjamaah, takbir hari raya dikumandangkan. Tanpa diminta, air mataku dan teman-temanku jatuh. Kami pun berpelukan. Mungkin ada campuran antara rasa haru karena hari kemenangan tiba dan juga rasa sedih karena tahun ini kami merayakannya jauh dari keluarga.
Setelah beberapa saat, datang rombongan-rombongan yang mulai berkumpul di lapangan samping masjid Sirombu. Mulai dari orang-orang yang mengendarai motor, angkot, hingga rombongan orang yang datang menaiki truk bak terbuka. Ada juga mobil aparat dan mobil patwal bak terbuka. Diantara masyarakat yang hadir, ada Pak Sekda Kabupaten Nias Barat, Pak Sozisokhi Hia yang datang untuk turut meramaikan pawai malam lebaran. Kami pun penasaran ingin ikut berpawai bersama masyarakat. Ide pun muncul di kepala kami.
“Eh, gimana kalau kita ikut mobil patwal aja?”
Sebagai sekumpulan orang nekat, tentu saja kesempatan untuk naik mobil patwal bak terbuka tidak ingin kami lewatkan. Salah satu dari kami mencoba mendekati aparat dan memohon izin supaya kami diizinkan ikut berpawai dengan menaiki mobil patwal. Dan ternyata kami diizinkan, senangnya!
Pawai pun dimulai. Mobil patwal pertama mulai berjalan terlebih dahulu, disusul mobil yang kami naiki, kemudian mobil Pak Sekda Nias Barat, dan diikuti dengan seluruh masyarakat Nias Barat. Selama di jalan, banyak orang yang berdiri di pinggir jalan maupun depan rumahnya untuk ikut meramaikan pawai malam lebaran.
“Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.”
Suara takbir berpadu dengan angin yang menerpa wajah membuat suasana pawai malam lebaran ini terasa mengharukan dan juga mendebarkan. Meskipun sudah melewati beberapa malam lebaran dalam hidup, malam lebaran 2024 menjadi salah satu malam yang tidak akan terlupakan.
Kreator : Fadiya Dina H
Comment Closed: Pawai Malam Lebaran
Sorry, comment are closed for this post.