Penulis : Sukri (Member KMO Alineaku)
(Refleksi 94 tahun peringatan sumpah pemuda)
Hari ini kita bangsa Indonesia memperingati satu hari yang bersejarah dalam perjalanan bangsa kita, yaitu peringatan hari Sumpah Pemuda yang ke-94, yang mana 94 tahun yang lalu tepatnya 28 Oktober 1928 para pemuda-pemudi bangsa Indonesia berikrar mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sumpah pemuda yang dirumuskan di Jakarta itu menandai kebangkitan para kawula muda menuju satu cita-cita bersama, yakni merdeka. Tak aneh, 17 tahun selepas sumpah pemuda dideklarasikan, bangsa kita bisa memproklamasikan diri sebagai suatu bangsa dan negara yang merdeka.
Ada satu kata kunci dalam Sumpah Pemuda yang dideklarasikan para pendahulu kita itu sehingga manfaatnya dapat kita rasakan hingga saat ini, berupa kemerdekaan negara, bebas dari belenggu penjajahan.
Apa kata kunci tersebut? Tiada lain adalah persatuan. Dalam hal ini, Allah swt. telah mengingatkan kita untuk senantiasa bersatu dan jangan menjadi terpecah belah. Peringatan itu difirmankan Allah dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 105 yang artinya :
Artinya: “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat.”
Allah secara jelas melarang kita untuk berpecah belah. kita diperintahkan untuk bersatu. Persatuan dapat mengokohkan persaudaraan. Betapapun kuatnya suatu bangsa, jika persatuan tidak dipegang dengan baik oleh masing-masing individunya, tentu bangsa itu akan mudah runtuh.
Oleh karena itulaah, mari kita bersama-sama memperkuat persatuan kita. Sebab, Rasulullah saw juga menjunjung persatuan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan dalam menjalani kehidupan di Kota Madinah sebagaimana tertuang dalam sebuah deklarasi yang disebut Piagam Madinah.
Dalam piagam tersebut, berbagai suku dengan latar belakang agama yang berbeda menandatangani kesepakatan damai, bersatu untuk tidak saling menyakiti satu sama lain. Hal ini sejalan dengan sebuah hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya:
Artinya: Rasulullah saw. bersabda, “Kamu melihat orang-orang mukmin di dalam saling berkasih sayang, mencintai, dan bersimpatnya seperti tubuh. Jika (sebagian) anggotanya sakit, maka sebagian tubuh lainnya akan tertatih-tatih (ikut merasakannya) sebab tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim).
Salah satu elemen yang memiliki kedudukan strategis dalam perubahan masyarakat adalah elemen kaum muda. Sampai-sampai almarhum Presiden Soekarno pernah mengatakan dalam pidatonya yang sangat terkenal terkait tentang pemuda yang menjadi harapan bangsa dia mengatakan:
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Dan berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Jika kita merenung dan merefleksikan pidato Bung Karno, maka sejatinya jumlah besar saja tidaklah cukup untuk bisa membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan diperhitungkan di kancah dunia. Dengan kata lain yang dibutuhkan dalam membangun sebuah negara adalah kualitas bukan kuantitas sumber daya manusianya“ Bung Karno hanya membutuhkan pemuda-pemudi unggul yang memiliki kualitas dan visi yang besar dalam menatap dunia,”
Dalam sejarah perubahan masyarakat, selalu ditentukan oleh sejauh mana peran kaum muda dalam menggerakkan perubahan tersebut. Peristiwa Sumpah Pemuda telah menggelorakan semangat persatuan di tengah perbedaan.
Dan apabila kita lacak jejak sejarah bangsa kita, maka kita akan menemukan beberapa peristiwa bersejarah yang di dalamnya melibatkan peranan generasi muda, di antaranya Budi Utomo, 10 Mei 1908, sumpah pemuda 28 oktober 1928, proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 dan aksi orde baru tahun 1966, semua peristiwa bersejarah itu yang mempunyai peranan penting adalah generasi muda, Budi Utomo, Sumpah pemuda, proklamasi kemerdekaan Indonesia dan aksi orde baru merupakan bukti-bukti sejarah yang tak dapat dipungkiri dan dilupakan, yang mana di dalamnya generasi mudalah yang mempunyai peranan yang sangat penting.
Bapak Proklamator, Sukarno-Hatta menjadi pejuang kemerdekaan sejak usia belia, dan memiliki perhatian terhadap kaum muda. Panglima Besar Jenderal Sudirman memimpin gerilya saat usia masih 25 tahun. Kyai Haji Abdul Wahid Hasyim menjadi ketua MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) pada usia 26 tahun, dan menjadi partai Masyumi (Majlis Syura Muslimin Indonesia), yang merupakan partai terbesar pada usianya yang ke 29 tahun.
Bung Tomo menggelorakan semangat perlawanan arek-arek Suroboyo dengan semboyan Merdeka atau Mati, isy kariiman au mut syahiidan, sebagai wujud cinta tanah air yang dibalut dengan kesadaran keagamaan, ketika itu usianya baru 25 tahun.
Setelah ditetapkan Resolusi Jihad oleh para Ulama tanggal 22 Oktober 1945, tidak butuh waktu lama, anak-anak muda mengambil prakarsa untuk mempertahankan tanah air, atas dasar panggilam iman dan kecintaan pada tanah air.
Apabila kita buka pula lembaran sejarah Islam, maka kita akan menemukan pula para pemuda Islam yang sangat berani berjuang mengorbankan nyawanya demi agam islam yang mereka cintai, siapa yang tak kenal Abu Bakar seorang pemimpin yang sholeh dan bijaksana, siapa yang tak tahu Umar bin Khattab, seorang pemimpin yang berani dan bijaksana, Salman Alfarisi seorang pemuda pencari kebenaran sejati, Amru bin ‘ash sang pembebas Mesir, Khubaib bin Ali, syuhada yang gugur di kayu salib dan berjuta-juta lagi para pemuda islam lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.
Hari ini, saat kita berada dalam proses kebangkitan setelah krisis kesehatan yang bersifat global yang bisa berdampak pada lahirnya krisis ekonomi dan sosial, dibutuhkan kepeloporan kita semua, khususnya kaum muda, untuk hadir sebagai solusi, dengan inovasi, kreatifitas, dan kepeloporan yang dimiliki.
Oleh karena itu, sebagai orang tua kita perlu mendidik generasi muda yang beriman dan bertaqwa serta berilmu pengetahuan, yang diistilahkan dengan berimtaq dan beriptek, karena di tangan merekalah kehidupan umat dan masa depan bangsa berada.
Apabila pemudanya berimtaq dan beriptek, maka suatu Negara akan bisa menjadi makmur dan sejahtera, sebaliknya, Negara akan rusak, akan hancur kalau generasi mudanya tidak berilmu pengetahuan dan jauh dari nilai-nilai agama.
DR Yusuf Qardhoqi dalam bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “ generasi mendatang generasi yang menang, telah menetapkan beberapa kriteria-kriteria generasi yang akan mendapatkan pertolongan Allah mereka itu antara lain adalah pemuda yang menjadikan kebenaran sebagai tujuannya, mereka tidak sudi bekerja dalam kegelapan dan asal-asalan tapi selalu mengacu pada hakikat bukan pada mimpi dan khayalan, meski mereka selalu memandang ke langit tapi mereka sadar bahwa mereka berpijak di bumi, mereka tidak mengejar khayal dan memburu mimpi, apalagi cita-cita hampa, mereka tidak berenang di daratan, tidak bertani di lautan, tidak membangun istana di atas pasir, tidak menabur benih di atas batu karang, namun mereka mempunyai cita-cita yang tinggi dan mulia, yakni ingin mencapai pulau tujuan dan impian, tapi mereka sadar bahwa ombak dan gelombang yang ganas selalu menghadang mereka, mereka mempunyai pola fikir yang nyata, mereka tahu hari-hari berganti, masa dipergilirkan, mereka kenang kejayaan masa lalu, meratapi kemunduran masa kini untuk kebaikan di masa yang akan datang.
Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk dapat menjaga persatuan dan kesatuan di negeri kita tercinta ini. Dan bisa meninggalkan generasi sesudah kita, pemuda-pemuda yang berimtaq dan beriptek. Aamiin yaa Robbal ‘Aalamiin
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Pemuda Penentu Masa Depan Bangsa dan Agama
Sorry, comment are closed for this post.