KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Pendakian melepas kegalauan hati di Rinjani

    Pendakian melepas kegalauan hati di Rinjani

    BY 16 Agu 2024 Dilihat: 182 kali
    Pendakian melepas kegalauan hati di Rinjani_alineaku

    Saat mengenalnya adalah ketika ratusan rombongan pendaki terhambat izin untuk mendaki Rinjani. Padahal operator pendakian sudah meyakinkan kami, mereka mengantongi izin resmi. Namun siapa yang menyangka bahwa pada hari itu pejabat yang bertanggungjawab pada hutan nasional hadir di lokasi. Dengan menggunakan alasan pandemi Covid-19, dia menyatakan memiliki wewenang membatasi jumlah pendaki ke jalur dan puncak gunung.

     

    Terjadilah usaha para pendaki untuk mendapat akses pendakian segera pada hari tersebut. Salah satunya kudengar Said menelpon beberapa menteri yang memiliki wewenang ke area gunung. Percakapannya terdengar seperti gaung penting di atas pos Plawangan yang jauh dari peradaban kota besar. 

     

    Lalu, saat kami mendapat izin dari jalur berbeda aku melihat dia lagi. Kebetulan aku mendirikan tenda ternyata tak jauh dari tenda Said di Sembalun. Saat terjadi percakapannya dengan para pendaki lain, di tenda-tenda tetangganya, akupun ikut mendengar dalam alur perbincangan tersebut, sambil berkomentar dalam tenda karena kedinginan.

     

    Said: (Sambil menatap ke arah Segara Anak) “Indah sekali, ya. Rasanya setiap kali berdiri di puncak seperti ini, aku merasa semua beban di pundakku sejenak menguap. Tapi, tetap saja… entah kenapa ada yang selalu terasa kurang.”

     

    “Mungkin karena kau terlalu terbiasa memikul beban, Said. Dari cerita yang kau bagi, hidupmu memang penuh tanggung jawab. Mungkin inilah saatnya kau memikirkan dirimu sendiri.”

     

    Said: (Menarik napas dalam-dalam) “Aku tak pernah merasa menyesal mengorbankan masa mudaku untuk adik-adikku. Mereka butuh aku. Tapi sekarang, ketika mereka semua sudah jadi sarjana dan punya kehidupan masing-masing, aku mulai merasa hampa. Aku merasa tertinggal.”

     

    Teman: “Tertinggal bagaimana? Kau sukses, punya bisnis yang besar, bisa mendaki gunung kapan saja… Apa yang sebenarnya kau cari?”

     

    Said: “Aku ingin menemukan seseorang yang bisa mendampingiku. Tapi, semakin lama rasanya semakin jauh jodoh itu. Mungkin karena aku selalu fokus pada tanggung jawab, sampai lupa bahwa aku juga berhak bahagia.”

     

    “Kadang kita harus belajar melepaskan sebagian beban, Said. Bukannya melupakan tanggung jawab, tapi memberi ruang pada dirimu sendiri untuk menemukan kebahagiaan. Mungkin kau terlalu keras pada dirimu sendiri.”

     

    Said: (Tersenyum pahit) “Mungkin kau benar. Aku terbiasa berpikir hidup ini adalah tugas yang harus diselesaikan, sampai lupa bagaimana menikmati hidup itu sendiri. Setiap kali aku naik ke puncak seperti ini, aku berharap bisa menemukan jawaban… tapi sejauh ini, hanya ketenangan yang kudapatkan.”

     

    “Mungkin ketenangan itu adalah jawaban yang sedang kau cari. Mungkin ini saatnya kau menerima bahwa hidup tak melulu tentang menyelesaikan tugas, tapi juga tentang menemukan keseimbangan. Mungkin, dari keseimbangan itu, kau akan menemukan yang kau cari.”

     

    Said: (Mengangguk pelan, sambil menatap kembali ke arah Segara Anak) “Kau mungkin benar. Aku hanya perlu belajar untuk tidak terlalu keras pada diriku sendiri. Siapa tahu, di suatu titik, aku akan menemukan kebahagiaan yang selama ini terasa jauh.”

     

    Pendaki lain bersahutan: “Kau pasti akan menemukannya, Said. Kau hanya perlu percaya bahwa dirimu juga layak untuk berbahagia.”

     

    Mereka terdiam sejenak, membiarkan angin pegunungan membawa pikiran mereka. Hutan Sembalun yang tenang menjadi saksi percakapan mereka, mengiringi Said yang perlahan-lahan mulai merelakan sebagian beban di hatinya.

     

    Aku mengenang percakapan sebastian alias sebatas pendakian, di hutan Sembalun gunung Rinjani. Saat itu aku duduk sambil memandang gunung Segara Anak seperti juga Said, seorang laki-laki pengusaha muda sukses berusia 42 tahun yang belum menikah. Dia merupakan anak sulung dari 6 adik laki-laki dan 1 adik perempuan, bertanggungjawab menyekolahkan adik-adiknya menjadi sarjana. Keluarga mereka keluarga sederhana, ibunya pedagang sayur onggok (sayuran di jual bertumpukkan kecil) di pasar Palopo. Said sendiri tidak pernah mengecap bangku kuliah demi adik-adiknya. 

     

    Bagi Said hidup adalah tanggungjawab besar yang harus dipikul. Perjalanannya ke puncak-puncak gunung adalah tempatnya mencurahkan kesedihannya yang merasa lelah dan jauh dari jodoh impiannya.

     

    Percakapanku dengan Said pengusaha muda sukses, yang meskipun memiliki kesedihan namun dia menunjukkan sisi kepercayaan diri yang tinggi bahkan suka menyombongkan diri dengan keberhasilannya sebagai pengusaha yang memiliki jaringan dekat dengan pejabat serta orang-orang berpengaruh di negeri ini.

     

    (Sambil menatap pemandangan): “Luar biasa, Said. Tak banyak orang bisa menikmati keindahan seperti ini, apalagi dengan jadwal sesibuk waktumu.”

     

    Said: (Tersenyum lebar, sambil memandang ke arah Segara Anak) “Ya, itulah keistimewaan menjadi sukses. Kau bisa menciptakan waktu dan kebebasan untuk diri sendiri. Tak perlu lagi terjebak dalam rutinitas yang membosankan.”

     

    “Kau memang hebat, Said. Sejak kemarin di Pos 2 kau selalu punya bersemangat luar biasa. Bisnismu kudengar dari pembicaraan di tenda, tumbuh pesat, dan aku dengar kau juga memiliki hotline alias jaringan telepon langsung ke beberapa pejabat tinggi negeri ini?” 

     

    Said: (Dengan nada bangga) “Tentu saja. Dalam bisnis, jaringan itu segalanya. Aku punya akses langsung ke orang-orang yang memegang kendali di negeri ini. Mereka mendengar saranku, bahkan terkadang meminta pendapatku sebelum mengambil keputusan besar. Tak semua pengusaha bisa seperti itu.”

     

    “Kedengarannya sangat mengesankan. Tapi, bukankah ada kalanya kau merasa kesepian di puncak ini, meski dikelilingi kesuksesan?” Terlihat tujuanmu dalam pendakian ini.

     

    Said: (Menghela nafas sejenak, lalu tertawa kecil) “Kesepian? Mungkin ada, tapi bukan sesuatu yang tak bisa kuatasi. Lagipula, kesuksesan seperti ini adalah hasil dari kerja keras dan pengorbanan. Kalau ada harga yang harus dibayar, ya itu bagian dari permainan.”

     

    “Aku kagum bagaimana kau bisa begitu tegar, meskipun banyak yang mungkin merasa kosong dalam situasimu.”

     

    Said: “Lihat, hidup ini seperti mendaki gunung. Tidak semua orang bisa mencapai puncak, dan mereka yang berhasil, menikmati pemandangan terbaik. Aku tak akan membiarkan perasaan-perasaan kecil mengganggu kebanggaanku. Aku sudah mencapai puncak, dan aku menikmati setiap detiknya.”

     

    (Tersenyum simpul) “Kau memang punya keyakinan yang luar biasa, Said. Tak banyak orang yang bisa dengan begitu percaya diri mengendalikan hidupnya seperti itu.”

     

    Said: (Dengan senyum lebar) “Itulah perbedaannya. Bukan hanya tentang keyakinan, tapi tentang mengetahui nilai dirimu dan apa yang bisa kau capai. Aku tahu siapa aku dan sejauh mana aku bisa melangkah. Itulah mengapa aku ada di sini sekarang, berdiri di atas semua kesuksesan ini.”

     

    “Mungkin kau benar. Ketenangan dan kepercayaan dirimu adalah kombinasi yang jarang ditemui. Tapi di balik semua itu, aku tetap berharap kau menemukan apa yang benar-benar kau cari, Said.”

     

    Said: (Dengan nada sedikit serius) “Apa yang aku cari, mungkin hanya aku yang tahu. Tapi satu hal yang pasti, aku tidak akan membiarkan apapun atau siapapun meremehkanku. Dunia ini milik mereka yang berani bermimpi dan mewujudkannya.”

     

    “Dan kau adalah salah satu dari mereka, tanpa diragukan lagi.” Mungkin kesulitan kehidupannya secara keuangan dan material sejak kecil, membuatnya sedikit pongah dengan pencapaian saat ini. Meskipun tetap terlihat, sesuatu tidak dapat mengisi kekosongan hatinya.

     

    Ada kepuasan yang tak tergantikan saat mencapai puncak gunung yang sulit didaki, seperti kebahagiaan yang sulit didapatkan dalam hubungan asmara.

     

    Said menatap ke arah pegunungan dengan penuh keyakinan, menikmati setiap momen dari pencapaian hidupnya, meski di dalam hatinya ada sedikit perasaan yang tak sepenuhnya terpuaskan. Namun, baginya, keberhasilan dan keyakinan adalah dua hal yang sudah cukup untuk menghadapinya hari demi hari.

     

     

    Kreator : Mariza

    Bagikan ke

    Comment Closed: Pendakian melepas kegalauan hati di Rinjani

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021