Penulis : Nurhayati (Member KMO Alineaku)
Pendidikan karakter bukan sekedar pendidikan fisik belaka, tetapi lebih penting lagi adalah bagaimana pendidikan itu mampu menjadikan manusia tetap berada dalam fitrahnya sebagai abdi Allah. Abdi yang senantiasa mengagungkan Allah SWT melalui karya-karya kreatif dan inovatif dari bidang keahlian masing-masing. Pendidikan karakter lebih menekankan pada pendidikan psikis (jiwa dan rohani).
Sesungguhnya kemuliaan manusia berada pada kebersihan dan kesucian fitrahnya. Fitrah itulah karakter manusia yang sebenarnya. Jadi Pendidikan karakter mengembalikan manusia kepada fitrah aslinya yang selama ini tertutupi. Nilai-nilai karakter seperti jujur, adil, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, berkasih sayang, cinta pada kedamaian, senang pada keindahan, dan welas asih adalah fitrah manusia. Jika seorang guru ingin membentuk karakter peserta didik melalui pendidikan, maka harus berurusan dengan hati (qalbun) manusia. Untuk memahami hati manusia harus merujuk kepada firman-firman Allah seperti pada ayat berikut yang artinya ;
“Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.” (Q.S. Huud [11] : 5)
“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada di dalam dada.” (Q.S. Al-Hajj [22] : 46)
Karakter berasal dari Yunani yaitu “karasso,” yang berarti format dasar atau blue print. Berdasarkan arti kata tersebut kita dapat memahami bahwa karakter itu adalah fitrah yang Allah anugrahkan kepada manusia. Karakter terdapat pada diri setiap manusia. Oleh karena itu, paradigma pendidikan di semua negara memandang penting persoalan karakter ini, selain pengetahuan dan keterampilan teknis. Lembaga Pendidikan mendapat amanat paling berat karena harus merumuskan dan mengaplikasikan rumusan tersebut. Tujuan yang diharapkan adalah Lembaga Pendidikan tidak hanya menjadi pencetak generasi bangsa yang pintar saja, tetapi juga berkarakter.
Sebagian orang pintar mempunyai hati, tetapi sering tidak digunakan untuk merasakan penderitaan orang lain. Adapula yang tidak merasakan keberadaan Tuhan Yang maha Esa. Mereka juga mempunyai mata, tetapi tidak pernah digunakan untuk melihat kesusahan orang lain. Ada pula yang tidak bisa melihat kebesaran Tuhan. Mereka mempunyai telinga, tetapi tidak bisa mendengarkan suara hati orang lain yang sedang diimpit kesulitan hidup. Bahkan, mereka tidak bisa mendengarkan ayat-ayat Tuhan.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S. Al-A’raaf [7] : 179) Pendidikan pada esensinya menciptakan perubahan perilaku kearah yang lebih baik (change behavior), bukan sekedar perubahan pola pikir. Tujuan tersebut menyebabkan pendidikan karakter menjadi penting untuk menjawab tantangan pada era globalisasi seperti sekarang ini. Artinya, indikator keberhasilan pendidikan adalah membangun pendidikan karakter secara maksimal. Negara akan kuat, bersatu, aman, dan damai bila pendidikan menghasilkan orang-orang berkarakter tangguh. Pendidikan karakter sebaiknya ada disemua jenjang pendidikan dan semua lini kehidupan, tidak hanya lembaga formal. Pendidikan karakter harus menjadi tanggung jawab bersama. (Nurhayati. 2022. Pembelajaran Bermakna. Penerbit Alineaku)
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Pendidikan Karakter
Sorry, comment are closed for this post.