Pada suatu libur semester ganjil tahun 2021, Jesi merasa terdorong untuk menjelajahi tempat baru yang dapat memberikan pengalaman berharga dalam hidupnya. Dan seperti biasa, Jesi mencari-cari tempat untuk berlibur dan berpetualang. Lalu, karena lelah mencari di internet dan tidak menemukan hasil, jadi Jesi bertanya kepada teman-temannya mengenai tempat yang bagus untuk berlibur sekalian berpetualang. Lalu, salah satu teman Jesi merekomendasikan suatu tempat yaitu air terjun, tetapi air terjun itu berada jauh di tengah hutan. Setelah berbagai pertimbangan, Jesi memutuskan untuk mengunjungi Air Terjun Moramo yang direkomendasikan oleh seorang teman. Dengan semangat dan antusiasme, Jesi mengajak teman-temannya dan ibunya untuk pergi ke destinasi liburan tersebut.
Sebelum keberangkatan, Jesi dan ibunya mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk perjalanan ke Air Terjun Moramo. Meskipun ibunya menyarankan untuk menggunakan sepatu karena jalanannya curam, menanjak licin, berlumut dan mungkin akan basah jika hujan, Jesi memilih untuk mengabaikannya dan memakai sandal. Awalnya Jesi setuju, tetapi karena Jesi akan berfoto di sana, maka Jesi menolak untuk memakai sepatu. Baginya, liburan adalah untuk bersenang-senang dan berfoto, sehingga penampilan yang lucu dan sesuai dengan suasana liburan adalah prioritasnya.
Perjalanan menuju Air Terjun Moramo dimulai dengan menggunakan jalur darat. Jesi, Ibu, dan teman-temannya menggunakan mobil untuk menuju ke air terjun tersebut. Mereka menikmati pemandangan sawah yang hijau dan perhutanan yang rimbun sepanjang perjalanan. Hutan itu dipenuhi oleh hewan-hewan eksotik yang sekarang keberadaannya sudah hampir punah. Ada jangkrik yang suaranya amat sangat nyaring dan terdengar sampai ke dalam mobil. Lalu ada hewan Anoa, banyak babi hutan dan hewan-hewan lain. Setelah beberapa jam perjalanan, mereka tiba di lokasi air terjun dan mulai menjelajahi tempat tersebut. Tapi, mereka merasa lelah karena perjalanan yang panjang. Akhirnya mereka singgah sebentar untuk duduk-duduk dan merilekskan badan sebelum mendaki ke air terjun itu. Di perjalanan menuju ke air terjun itu, terdapat bendungan yang sangat luas. Banyak juga terdapat hewan-hewan kecil yang menurut beberapa orang sangat menjijikkan seperti lintah, kaki seribu, dan hewan melata lainnya. Dan hal yang tidak disangka-sangka pun terjadi, saat mereka mulai mendaki, langit mendung dan hujan rintik-rintik pun turun. Karena posisi air terjun itu berada di tengah hutan, maka jalanan masuk ke dalam itu tertutup oleh pohon-pohon besar sehingga membuat cahaya matahari tidak menembus hutan itu. Meskipun jalanannya lembab dan penuh dengan hewan-hewan kecil, mereka tetap melanjutkan perjalanan dengan semangat.
Sampai di air terjun, mereka disambut dengan gerbang iconic yang menjadi spot foto favorit. Mereka melanjutkan perjalanan menuju sumber air terjun yang gemuruh, melewati anak tangga yang licin dan hutan yang minim penerangan. Meskipun hujan rintik-rintik turun, mereka terus melangkah dengan determinasi untuk mencapai tujuan.
Namun, ketika sampai di air terjun, mereka terkejut melihat airnya keruh dan berwarna kuning. Jadi mereka memutuskan untuk tidak turun ke air dan berenang. Meskipun kecewa karena tidak bisa berenang di air terjun tersebut, mereka memutuskan untuk menikmati waktu dengan memasak dan makan bersama di lokasi tersebut. Mereka membakar ikan, memasak nasi dan membuat es buah yang segar untuk dinikmati di air terjun itu. Karena hanya itulah yang bisa mereka lakukan. Namun, Jesi merasa menyesal karena memakai sandal yang membuat kakinya lecet dan tidak nyaman.
Setelah menghabiskan waktu di Air Terjun Moramo, mereka memutuskan untuk turun dan kembali ke mobil. Pada perjalanan pulang, mereka merasakan lelah yang luar biasa sehingga mereka sempat singgah di beberapa tempat di dalam perjalanan menuju air terjun itu. Karena di dalam hutan itu tidak ada penerangan, jadi mereka menggunakan senter sebagai penerapan di jalan pulang menuju ke tempat parkir mobil. Suasana menjadi mencekam karena dari awal mereka naik ke air terjun sampai pulang pun hujan tidak berhenti dan ditambah lagi dengan suara gemuruh petir dan kilat yang menyambar-nyambar di langit. Perjalanan pulang diwarnai dengan hujan deras, membuat mereka kembali ke pintu gerbang dalam keadaan basah. Meskipun mengalami beberapa halangan dan kesalahan selama perjalanan, Jesi menyadari pentingnya mendengarkan nasehat orang tua dan belajar dari pengalaman.
Kembali ke rumah, Jesi merenungkan perjalanan yang telah dilaluinya. Meskipun tidak sempurna, pengalaman di Air Terjun Moramo memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya mendengarkan nasihat dan belajar dari kesalahan. Jesi tidak akan lagi melanggar apa yang telah diperintahkan oleh orang tuanya. Karena Jesi merasa bahwa orang tuanya lebih profesional dan lebih duluan dalam menjalani segala permasalahan dalam hidup mereka. Jesi merasa bersyukur atas pengalaman liburan yang telah dia alami, dan dia siap untuk menghadapi tantangan dan petualangan baru yang akan datang dalam hidupnya. Liburan tersebut tidak hanya memberikan kenangan indah, tetapi juga pelajaran berharga yang akan membantu Jesi tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang lebih baik lagi.
Kreator : JESINTA DEWI SRIKANDI
Comment Closed: Pengalaman-Pengalaman Berharga dalam Perjalanan
Sorry, comment are closed for this post.