KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Pengorbanan yang membawa nikmat (Bab 8)

    Pengorbanan yang membawa nikmat (Bab 8)

    BY 29 Jun 2025 Dilihat: 2 kali
    Pengorbanan yang membawa nikmat_alineaku

    “Kadang pengen sekali jadi anak durhaka. Aku mau marah sampai hati ini lega. Tapi, aku mana tega ngelakuin itu semua ke orang tua yang lagi sakit.” cerita Nur kepadaku.

    Selama lebih dari tiga tahun Nur menjadi satu-satunya orang yang paling diandalkan saat Ibu sakit. Sejak tahun 2008, Ibu didiagnosa menderita penyakit diabetes lalu disusul dengan serangan stroke. Penyakit ini membuat Ibu tak bisa lagi berjalan dan beraktivitas secara mandiri.

    “Mulai dari mandi, pakai baju, makan, kencing sampai BAB (buang air besar), pokoknya semua harus aku yang ngebantuin. Apalagi sejak serangan stroke, mama nggak bisa ditinggal sendiri.” katanya.

    Merawat orang tua yang terkapar dan tak berdaya karena sakit bukan pekerjaan mudah. Butuh hati lapang dan kesabaran tak terbatas seluas samudera. Waktu itu Nur baru saja menamatkan kuliah dan sudah diterima bekerja di sebuah perusahaan keuangan yang sudah lama menjadi tempat kerja idamannya.

    Tapi, dalam sekejap Nur harus terbangun dari mimpi indahnya. Ketimbang uang bulanan yang ditransfer tiap bulan, saat itu Ibu lebih membutuhkan kehadiran dirinya di rumah. Selama ini Nur dan ibunya memang hanya tinggal berdua saja. Ayahnya sudah lama meninggal, sedangkan kakak Nur sudah menikah dan tinggal bersama keluarga kecilnya.

    “Kita berdua bagi tugas. Aku ngurusin Mama, kakak aku yang support untuk keuangan kita karena aku juga nggak bisa kerja.” ucap perempuan asal Balikpapan.

    Meski kecewa karena tak bisa melanjutkan kehidupan seperti teman seangkatannya yang sudah mulai bekerja, Nur tak keberatan karena sang ibu merupakan sosok terpenting dalam hidupnya. Selama ini ibunya sudah membesarkan dua orang putri tanpa kehadiran sosok ayah. Mungkin inilah saatnya membalas budi, begitu pikir Nur.

    “Saat itu, aku mikirnya apa salah berkorban buat orang tua yang sudah membesarkan kita. Lagian saat itu aku masih optimis kalau Mama bisa sehat lagi, kehidupan kita balik normal lagi. Aku juga bisa bekerja.” katanya.

    Sewaktu dibawa pulang dari rumah sakit, Nur sempat bingung bagaimana cara merawat ibunya yang sudah lemah tak berdaya. Awalnya, Nur ditemani sang kakak bahu membahu memandikan berikut membersihkan kotoran hajat.

    “Aku sama Kakak yang awalnya nyebokin sambil dikasih alas kain biar nggak berantakan. Terus dilap pakai tisu basah dan dibilas pakai air hangat. Awalnya mungkin karena nggak biasa, sempat mual-mual dikit. Tapi, lama kelamaan, udah jadi ahli membersihkan Mama.” cerita Nur. Setelah dirasa Nur sanggup mengurusi ibunya seorang diri, kakaknya pun kembali ke rumahnya di Jakarta.

    Namun, entah mengapa, Ibu berubah menjadi sosok berbeda sejak sakit. Sebelum sakit, ibunya adalah sosok pendengar yang baik dan penyabar. Nur seringkali menjadikan ibunya sebagai tempat curhat. Setelah sakit, ia mudah sekali marah. Perkara semangkuk bubur itu merupakan salah satu contohnya.

    Nur semakin sedih di kala melihat teman-teman seumurannya sudah meraih prestasi di bidangnya masing-masing, sementara Nur seakan terbelenggu dengan rantai yang tak bisa ia lepas sesuka hati. Beban fisik dan mental menghajar dirinya. Di saat kakaknya menjenguk, barulah Nur bisa sejenak menghirup udara bebas.

    “Aku kalau lagi sendiri sering nangis. Aku ngelihat teman-teman pada bisa main, jalan-jalan, pacaran, kerja, tapi aku harus ngerawat mama di rumah. Dibilang capek, ya pasti capek banget. Sedih juga karena ngurus sendiri, ngurusin rumah juga,” ucapnya. Nur merasa seolah hal yang menimpanya ini telah merenggut keceriaannya di masa muda.

    Hari berganti hari. Sebaik apapun Nur merawat ibunya, kondisinya tetap mengalami penurunan. Tiba-tiba saja Ibu terkena serangan stroke yang kedua. Bagaimana kejadian pastinya, Nur tidak tahu. Karena saat itu ia tengah mandi. Saat itu virus COVID-19 tengah melanda. Nur dan kakaknya terpaksa mendatangkan dokter dan perawat serta melakukan perawatan intensif di rumah selama beberapa bulan.

    Nur semakin tak tega melihat kondisi ibunya yang semakin menurun. Untuk mencerna makanan saja sudah sulit. Lauk pauk seperti nasi dan daging harus digilas hingga halus agar mudah ditelan. Entah karena kondisi fisiknya yang semakin melemah, emosi sang ibu juga ikut melunak.

    “Mungkin Mama kesepian. Kalau malam, aku suka ngajak Mama ngobrol. Aku kaget banget waktu dia tiba-tiba minta maaf ke aku. ‘Maaf ya, Dek. Mama udah ngerepotin kamu’.” tutur Nur mengingat kembali obrolan singkat malam itu. Rasa lelah yang selama ini Nur rasakan seakan musnah. Sambil berurai air mata, malam itu keduanya berpelukan hangat.

    Kini, Nur sudah mendapatkan kembali kehidupannya. Nur sudah bekerja sebagai staf di salah satu bank swasta. Sudah setahun pula sejak kepergian ibunya.

    “Jujur berat banget menjadi orang yang merawat orang tua itu. Tapi, setidaknya aku nggak menyesal karena aku sudah berusaha sebaik mungkin buat mama di saat beliau masih hidup. Kalau waktu itu aku nyerah, mungkin seluruh hidup aku akan diisi dengan penyesalan.” tuturnya.

    Tanpa sadar air mata menetes di pipinya, mengenang wajah ibunya saat-saat terakhir, ternyata sekarang Ibu sudah tidak ada meninggalkan aku selamanya, pungkasnya.

     

     

    Kreator : Kusniwati S.Pd

    Bagikan ke

    Comment Closed: Pengorbanan yang membawa nikmat (Bab 8)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021