Di sebuah sekolah Katolik yang indah, ada seorang murid bernama Clara. Clara dikenal sebagai siswi teladan dan selalu mendapat apresiasi dari para guru karena prestasinya yang gemilang. Meskipun demikian, dalam hati kecilnya Clara kerap merasa gelisah. Ia seringkali membanding-bandingkan diri dengan teman-teman yang lain, iri bila ada yang lebih unggul, dan secara diam-diam menyimpan kekesalan terhadap beberapa teman yang dianggapnya mengganggu.
Pada suatu hari, dalam pelajaran agama, Clara dan kawan-kawannya diajak oleh Sr. Agnes, guru agama mereka, untuk mempelajari tentang sebuah kisah di Injil Markus 7:1-8, 14-15, 21-23. Dalam perikop tersebut, Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa yang membuat seseorang menjadi tidak suci bukanlah apa yang masuk ke dalam tubuhnya, melainkan apa yang keluar dari hatinya. Yesus menekankan bahwa pikiran jahat, ketamakan, iri hati, kebencian, dan kesombongan adalah hal-hal yang mengotori hati manusia.
Clara mulai berpikir mendalam mengenai ajaran Yesus. Ia menyadari bahwa selama ini hatinya telah tercemar oleh perasaan iri dan benci. Ia mungkin terlihat baik di luar, namun hatinya dipenuhi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan di sisi Tuhan. Sr. Agnes kemudian berpesan kepada murid-muridnya, “Anak-anak, membersihkan hati jauh lebih penting daripada membersihkan diri secara fisik. Apa yang ada di dalam hati kita akan tercermin dari sikap dan perbuatan kita. Mari kita bersihkan hati dari segala yang buruk dan biarkan kasih Tuhan mengalir di kehidupan kita.”
Selepas pelajaran itu, Clara memutuskan untuk berubah. Ia mulai belajar menerima dirinya sendiri dan menghilangkan perasaan iri yang selama ini menganggunya. Clara juga berupaya untuk lebih menyayangi teman-temannya, bahkan yang kerap dianggapnya menyebalkan. Ia teringat kata-kata seorang motivator yang pernah dibacanya, “Kebahagiaan sejati bukanlah ketika kita memiliki segalanya, melainkan ketika hati kita bersih dari kebencian dan penuh dengan kasih.”
Lambat laun Clara merasakan perubahan dalam hidupnya. Ia menjadi lebih bahagia dan tenteram. Teman-temannya pun mulai menyadari perubahan sikap Clara yang kini lebih ramah dan tulus. Clara memahami bahwa dengan menjaga kebersihan hati, ia tidak hanya mendekatkan diri kepada Tuhan, tetapi juga dengan sesama di sekitarnya. Membersihkan hati adalah kunci kebahagiaan sejati, dan Clara bertekad untuk selalu menjaganya, bukan hanya di sekolah tetapi dalam setiap aspek kehidupannya.
“Apa yang kita simpan dalam hati, menentukan bagaimana kita melihat dunia.”
Kreator : Silvianus
Comment Closed: Pentingnya Membersihkan Hati
Sorry, comment are closed for this post.