Kepenulisan, literasi, atau apapun sebutannya itu, adalah sebuah jembatan bagi terbentuknya watak, karakter, dan juga pengetahuan. Kegiatan yang dilakukan dalam kepenulisan salah satunya adalah menulis. Arti dari Menulis menurut KBBI adalah membuat huruf dengan pena; melahirkan pemikiran dan perasaan.
Dari sebagian orang, menulis merupakan kegiatan yang mengasyikkan dan juga bisa menjadi candu bagi mereka yang suka menulis. Dengan menulis mereka dapat mengeksplorasi jutaan ide, pengalaman, hingga pendapat orang lain yang kemudian diolah untuk menjadi sebuah karya tulisan. Baik itu dijadikan karya sastra macam cerpen atau puisi, bisa juga dijadikan sebagai karya nonsastra seperti artikel, opini, resensi, esai, bahkan karya ilmiah hasil penelitian.
Tetapi sebagian orang yang kontra dengan pemikiran di atas menganggap menulis adalah kegiatan yang membosankan, menjengkelkan dan kadang berpikiran “Menulis hanya buang-buang waktu.” Anggapan tersebut muncul ketika seseorang mempunyai trauma, ataupun tingkat kesibukan yang super-duper tinggi.
Namun ada juga beberapa orang yang tidak sependapat dengan kedua pemikiran di atas. Mereka beranggapan bahwa, “Menulis boleh, tidak menulis pun, tidak apa-apa.” Mereka inilah yang saya sebut “Golongan Tengah” atau “Golongan Awangan”. Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah konsisten dengan pekerjaannya, tak ada konsep, dan tak ada gagasan. Satu hari dia bisa menulis karya meskipun hanya satu. Namun hari esoknya dengan situasi yang sama dia bisa kehilangan arah dan tidak punya lagi semangat menulis.
Namun pada hakikatnya, menulis bukanlah keharusan, meski ada yang mewajibkan. Menulis bukanlah wanita cantik ataupun pria tampan, meski banyak yang jatuh cinta pada hasil tulisan. Menulis juga bukan pekerjaan yang bisa dijadikan sebagai ladang penghasilan, meskipun sebuah karya memang seharusnya perlu apresiasi, karena pasti sebuah karya tulis itu ditulis dengan usaha.
Jadi semua orang sebenarnya berhak dan boleh menulis, asalkan punya kemauan (walaupun cuma iseng) dan kesempatan. Entah itu anak TK, pelajar SD, SMP, SMA, Guru, Kyai, Mahasiswa, Santri, Jurnalis, Sastrawan, Reporter, Koruptor, Pejabat, Politikus, Narapidana, Petani, bahkan Pengemis dan segala jenis manusia lainnya. Semuanya punya hak dan kesempatan yang sama untuk menulis. Tapi satu hal yang harus selalu diingat adalah, bila ingin menjadi penulis yang hebat maka lebih dulu harus menjadi pembaca yang baik.
Comment Closed: Penulis Dalam Menulis
Sorry, comment are closed for this post.