“Mau kemana rip?”
Seperti mau pergi jauh, bawa-bawa ransel segala.”
“Mau ke kota mas,diajak Gatot tuh”
“Bener, mau pergi sama kamu tot,?”
“Iya mas,biar tambah wawasan”
“Gatot kmarin bilang ke aku, katanya hidup di desa susah, tidak ada kemajuan, hayu ke kota saja ikut aku, dikota gampang cari duwit,kata mas Gatot.”
“Benar kamu bilang begitu tot.”
“Ya mas, memang kenyataannya begitu.”
“Sudah pamitan ke pak Rt belum.?
“Belum mas,tolong sampaikan ya Sarip pamit mau urban ke kota cari pengalaman, jadi bukanya aku nggak kerasan tinggal di desa, bilang begitu takut kuwalat.”
“Enak saja kamu nyuruh pamitan ke pak Rt, ogah ah.”
Bukan hanya pak Rt yang kehilangan, warga juga pasti merasa kehilangan.
Surip itu anaknya rajin dan ringan tangan, suka disuruh warga untuk membetulkan genteng bocor, sanyo rusak, rumah perlu di cat dan banyak lagi.
Kalau sedang kerja bhakti, apalagi bikin panggung buwat perayaan HUT-RI pasti selalu hadir tidak pernah absen.
Kalau orang lain belum apa-apa sudah ribut, mana kopi, mana rokok, berbeda dengan Surip
“Rip, berhenti dulu,istirahat dulu ini banyak makanan,minuman sumbangan dari warga.”
“Terima kasih pak,ini lagi tanggung.”
Di tempat kerja yang baru di kota Surip sangat rajin dan disiplin dalam menjalankan kewajibannya.
Baru kerja setahun sudah diangkat jadi mandor,karena serba bisa dalam menangani berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bangunan.
Yang demikian itu menjadikan Surip sangat dipercaya oleh Pimpinan Proyek dimana ia bekerja.
Surip juga sangat teliti dan cekatan jika disuruh ini itu,pasti bisa dan hasilnya memuaskan.
Sudah 35 tahun Surip kerja di proyek bangunan ,suka duka sudah dialaminya.Usia juga bertambah, badan lekas capai ditambah suara mesin-mesin yang membisingkan yang lebih utama sudah merasa jenuh, kemudian berimbas pada kesehatan yang mulai menurun
“Juragan , maaf saya ingin mengundurkan diri dan berhenti kerja,bukan kurang sesuatu,tapi Surip mulai lemah,tidak sekuat dulu lagi, dan rasanya mulai jenuh berada di lingkungan yang kondisi dan situasinya itu-itu juga.”
“Aku sebetulnya ,masih membutuhkan tenaga pak Surip, tapi kalau mau berhenti itu hak pak Surip aku tidak boleh menghalanginya.
Untuk terakhir kali sebelum berhenti,saya minta tolong untuk dibuatkan satu rumah,bagaimana, bisa kan.”
Dengan setengah malas dan ogah-ogahan Surip menjawab
: siap juragan.
Di perjalanan pulang Surip menggerutu :Gimana juragan Pimpro, sudah tahu Surip sering sakit dan sudah jenuh dengan pekerjaan ginian eh masih nyuruh -nyuruh lagi.Surip benar-benar kecewa, hingga dalam.mengerjakan pekerjaannya tidak sungguh-sungguh
kerjanya seperti kejar tayang, yang mestinya membutuhkan waktu 6 bulan sudah selesai dalam waktu 3 bulan.
“Selamat sore juragan, pekerjaan buwat membangun rumah sudah selesai ini koncinya sekalian Sarip.pamitan.”
“Terima kasih pak Sarip, sudah menyelesaikan membangun rumah.Mengingat pak Sarip sudah cukup lama mengabdi disini.sebagai tanda mata dan
kenang-kenangan rumah ini saya berikan ke pak Sarip, ini koncinya.harap diterima kembali.”
Tergagap pak Sarip kembali menerima konci rumah dengan perasaan amat kecewa dan menyesal
Andaikan aku tahu bakal begini pasti akan kubangun rumah dengan sebaik-baiknya.
Penyesalan memang selalu datang belakangan.
Kreator : Sudarsono
Comment Closed: Penyesalan mandor surip
Sorry, comment are closed for this post.