KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Peran Peer Counselor di Era Digital dalam Pencegahan Bullying

    Peran Peer Counselor di Era Digital dalam Pencegahan Bullying

    BY 29 Nov 2024 Dilihat: 217 kali
    Peran Peer Counselor di Era Digital dalam Pencegahan Bullying_alineaku

    Bab 1

    Pendahuluan

    Apa itu Bullying

    Bullying diartikan sebagai tindakan agresif berulang-ulang yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap orang lain yang dianggap lemah. Tujuan dari perilaku ini adalah untuk menyakiti, mengintimidasi, atau mengendalikan korban. Penindasan dapat terjadi di berbagai tempat, termasuk sekolah, tempat kerja, dan bahkan lingkungan online.

     

    Bullying dapat terjadi dalam berbagai bentuk, antara lain:

    1. Bullying Fisik: Tindakan kekerasan fisik seperti memukul, menendang, mendorong, atau merusak barang milik korban.
    2. Bullying Verbal: Penggunaan kata-kata kasar, ejekan, ancaman, atau menyebarkan rumor untuk menyakiti perasaan korban.
    3. Bullying Psikologis: Tindakan yang bertujuan untuk menyakiti emosi korban, seperti mengucilkan, menyebarkan gosip, atau membuat korban merasa malu.
    4. Cyberbullying: Bullying yang dilakukan melalui teknologi, seperti melalui pesan teks, media sosial, atau email. Bentuknya bisa berupa ancaman, penyebaran rumor, atau penghinaan secara online.

     

    Dampak Bullying

    Bullying dapat menimbulkan dampak yang sangat serius bagi korban, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Salah satu dampak yang paling sering dialami adalah dampak emosional, di mana korban mungkin merasakan depresi, kecemasan, dan kehilangan kepercayaan diri. Mereka sering kali merasa rendah diri dan terisolasi, seolah-olah tidak ada orang yang peduli atau dapat membantu mereka. Perasaan tertekan ini dapat mengganggu kesehatan mental korban secara signifikan, bahkan setelah bullying berhenti.

    Selain dampak emosional, dampak fisik juga dapat terjadi pada korban bullying. Tekanan mental yang berkelanjutan sering kali berujung pada gangguan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut, dan gangguan tidur. Korban mungkin juga mengalami kelelahan yang berkepanjangan akibat stres yang mereka alami setiap hari, sehingga kesehatan tubuh secara keseluruhan ikut terganggu.

    Dalam konteks pendidikan, bullying dapat menyebabkan dampak akademik yang serius. Banyak korban yang mengalami penurunan prestasi belajar karena kesulitan berkonsentrasi di kelas. Rasa takut atau cemas berlebihan yang muncul saat berada di lingkungan sekolah dapat membuat mereka lebih sering absen, sehingga mereka kehilangan banyak kesempatan untuk belajar secara efektif. Akibatnya, performa akademik mereka menurun dan dapat mempengaruhi masa depan pendidikan mereka.

    Dampak lain yang tidak kalah penting adalah dampak sosial, di mana korban sering kali merasa sulit untuk bergaul dengan teman sebaya. Mereka cenderung menarik diri dari lingkungan sosial karena merasa tidak aman dan takut dihakimi. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal yang sehat di masa depan, membuat korban semakin merasa sendirian dan tidak memiliki dukungan sosial.

    Terakhir, dampak jangka panjang dari bullying bisa sangat mengkhawatirkan. Beberapa korban mungkin mengalami masalah kesehatan mental yang berkepanjangan, seperti depresi berat atau gangguan kecemasan. Risiko bunuh diri juga meningkat pada korban yang merasa tidak ada jalan keluar dari penderitaan yang mereka alami. Selain itu, kesulitan dalam menjalin hubungan interpersonal yang sehat di masa dewasa dapat mempengaruhi kehidupan sosial dan profesional mereka, sehingga dampak bullying ini tidak hanya dirasakan saat remaja, tetapi dapat berlanjut hingga masa dewasa.

     

    Faktor Penyebab Bullying

    Bullying sering kali terjadi karena dipicu oleh berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku individu. Salah satu faktor yang sering menjadi pemicu adalah perbedaan individu. Siswa yang memiliki perbedaan fisik, ras, agama, atau orientasi seksual cenderung menjadi sasaran bullying karena dianggap berbeda dari mayoritas. Ketidakmampuan untuk menerima perbedaan ini sering kali membuat pelaku merasa superior dan berusaha menunjukkan dominasinya terhadap mereka yang dianggap lebih lemah atau berbeda.

    Selain itu, dinamika kelompok juga memainkan peran penting dalam terjadinya bullying. Tekanan dari kelompok sebaya atau keinginan untuk diterima dalam kelompok tertentu dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan bullying. Pelaku mungkin merasa bahwa dengan terlibat dalam perilaku agresif, mereka dapat memperoleh pengakuan atau status di dalam kelompok, bahkan jika tindakan tersebut sebenarnya bertentangan dengan nilai-nilai pribadinya.

    Kurangnya pengawasan dari orang dewasa, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah, dapat memperbesar peluang terjadinya bullying. Ketika tidak ada kontrol yang memadai, siswa mungkin merasa bebas melakukan tindakan agresif tanpa takut mendapat konsekuensi. Ketidakhadiran guru, orang tua, atau pengawas yang waspada memberikan ruang bagi pelaku untuk bertindak sesuka hati, terutama di area-area yang minim pengawasan seperti toilet, lorong sekolah, atau dunia maya.

    Faktor lain yang memicu terjadinya bullying adalah model peran yang buruk. Anak-anak dan remaja sering kali meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya. Jika mereka melihat orang tua, guru, atau tokoh masyarakat melakukan tindakan agresif atau memperlakukan orang lain dengan tidak hormat, mereka bisa menganggap perilaku tersebut sebagai sesuatu yang normal dan dapat diterima. Hal ini dapat mendorong mereka untuk melakukan hal serupa di lingkungan sekolah.

    Terakhir, masalah keluarga juga dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk terlibat dalam perilaku bullying, baik sebagai pelaku maupun korban. Lingkungan keluarga yang tidak harmonis, seperti adanya kekerasan dalam rumah tangga atau pola asuh yang keras, dapat memicu perilaku agresif pada anak. Anak yang tumbuh dalam situasi yang penuh tekanan atau tanpa dukungan emosional yang memadai mungkin melampiaskan kemarahan dan frustasi mereka kepada teman sebayanya di sekolah.

    Masing-masing faktor ini dapat saling berkaitan dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi terjadinya bullying. Oleh karena itu, pencegahan bullying memerlukan pendekatan yang menyeluruh, yang melibatkan kerjasama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.

     

    Mengapa Peer Counseling Penting? Peran teman sebaya dalam pencegahan dan penanganan bullying.

    Konseling sebaya merupakan pendekatan di mana teman sebaya berpartisipasi dalam memberikan dukungan, bimbingan, dan bantuan kepada teman lain yang sedang mengalami kesulitan, termasuk bagi korban bullying. Dalam konteks ini, peran teman sebaya menjadi sangat penting, terutama dalam mencegah dan merespons penindasan di lingkungan sekolah. Melalui pendekatan yang lebih dekat dan personal, teman sebaya dapat memberikan bantuan yang lebih efektif dibandingkan dengan orang dewasa.

    Salah satu alasan mengapa konseling sebaya begitu efektif adalah karena adanya kedekatan dan kepercayaan di antara mereka. Teman sebaya dianggap berada pada level yang sama dengan korban, sehingga relasi yang setara membuat korban merasa lebih nyaman untuk berbagi cerita dan perasaan mereka. Kepercayaan ini sulit ditemukan ketika berhadapan dengan orang dewasa, di mana korban sering kali merasa lebih terbuka dan jujur kepada teman sebaya. Hubungan yang dekat ini mempermudah proses konseling dan membantu korban merasa didengarkan tanpa rasa takut dihakimi.

    Selain itu, teman sebaya juga memiliki pemahaman yang lebih mendalam mengenai situasi yang dihadapi korban. Hal ini disebabkan karena mereka seringkali memiliki pengalaman yang serupa, sehingga lebih memahami perasaan dan situasi yang dialami oleh korban bullying. Dengan menggunakan bahasa yang sama dan lebih mudah dipahami, komunikasi antara teman sebaya dan korban menjadi lebih efektif, sehingga solusi yang diberikan bisa lebih sesuai dengan kebutuhan korban.

    Keunggulan lain dari konseling sebaya adalah aksesibilitasnya yang tinggi. Teman sebaya selalu ada di sekitar korban, baik di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga dukungan bisa diberikan kapan saja dan di mana saja. Tidak adanya batasan formal dalam interaksi mereka membuat lingkungan menjadi lebih santai dan informal, yang pada gilirannya membantu korban merasa lebih nyaman untuk berbicara mengenai masalah yang mereka hadapi. Hal ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan korban, tetapi juga mempercepat proses pemulihan emosional.

    Dalam hal pencegahan, konseling sebaya berperan penting sebagai agen perubahan di lingkungan sekolah. Dengan memberikan edukasi kepada teman-teman sebaya lainnya, mereka bisa menyebarkan pengetahuan tentang apa itu bullying, dampaknya, dan cara mencegahnya. Teman sebaya yang menunjukkan sikap empati dan inklusif juga dapat menjadi model peran positif yang menginspirasi siswa lain. Lebih jauh lagi, teman sebaya yang peka terhadap perubahan perilaku teman-temannya dapat membantu deteksi dini tanda-tanda bullying dan segera melaporkan kepada guru atau konselor, sehingga penindasan bisa dicegah sebelum menjadi lebih serius.

    Dalam penanganan yang efektif, konseling sebaya menawarkan berbagai pendekatan yang dapat mendukung korban secara langsung. Teman sebaya dapat memberikan dukungan emosional, membantu korban merasa tidak sendirian, dan memberikan rasa aman. Selain itu, mereka juga dapat membantu penyelesaian konflik dengan memfasilitasi mediasi antara korban dan pelaku bullying, jika memungkinkan. Tidak hanya itu, teman sebaya juga dapat membantu membina pelaku bullying agar memahami dampak negatif dari tindakan mereka dan mendorong perubahan sikap ke arah yang lebih positif.

    Dengan melibatkan teman sebaya secara aktif, peer counseling menjadi salah satu cara yang efektif untuk mencegah dan menangani bullying di lingkungan sekolah. Upaya ini dapat menciptakan suasana yang lebih aman, inklusif, dan kondusif bagi seluruh siswa. Dengan adanya dukungan dari teman sebaya, siswa dapat merasa lebih didukung dan dimotivasi untuk bersikap positif, sehingga tercipta lingkungan sekolah yang bebas dari bullying.

     

    Era Digital dan Bullying

    Era digital telah membawa perubahan signifikan terhadap cara kita berinteraksi, bekerja, dan bermain. Teknologi memungkinkan kita untuk terhubung lebih mudah, mengakses informasi dengan cepat, dan mempermudah berbagai aspek kehidupan. Namun, di balik kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan, teknologi juga membuka pintu terhadap sejumlah masalah baru, termasuk bullying. Bullying di era digital, atau yang sering disebut cyberbullying, menjadi semakin umum dan sulit diatasi karena karakteristik unik dari dunia maya yang berbeda dengan interaksi tatap muka.

    Teknologi mempermudah terjadinya bullying karena anonimitas yang ditawarkan oleh internet. Pelaku bullying dapat bersembunyi di balik layar dengan identitas palsu, yang membuat mereka merasa lebih berani untuk melakukan tindakan agresif tanpa takut akan konsekuensi langsung. Mereka dapat melakukan bullying dengan merasa aman karena identitas mereka tidak mudah terungkap. Selain itu, jangkauan yang luas dari internet memungkinkan pelaku untuk menyerang korbannya kapan saja dan di mana saja, bahkan ketika korban sedang sendirian di rumah. Ini berbeda dengan bullying tradisional yang biasanya terjadi di sekolah atau tempat tertentu.

    Kemudahan persebaran informasi yang cepat juga menjadi salah satu aspek yang memperburuk dampak bullying di dunia maya. Konten negatif atau merendahkan dapat dengan cepat menyebar melalui media sosial dan platform online lainnya, sehingga dampaknya menjadi lebih luas dan lebih cepat dirasakan oleh korban. Lebih parah lagi, konten yang sudah diunggah ke dunia maya bersifat permanen, artinya sulit untuk dihapus sepenuhnya. Akibatnya, korban dapat terus-menerus dihantui oleh konten tersebut, bahkan bertahun-tahun setelah kejadian. Kurangnya pengawasan di banyak platform online juga memungkinkan pelaku untuk menyebarkan konten yang bersifat merugikan tanpa terdeteksi atau dihentikan oleh pihak berwenang.

    Di sisi lain, teknologi juga memperumit masalah bullying karena sulitnya mengidentifikasi pelaku. Banyak pelaku cyberbullying yang menggunakan akun palsu atau menyembunyikan identitas mereka, sehingga membuat proses penegakan hukum menjadi lebih rumit. Selain itu, bukti yang sulit didapatkan menjadi tantangan tersendiri karena bukti digital dapat dengan mudah dihapus atau diedit. Hal ini membuat sulit bagi korban untuk mengumpulkan bukti yang cukup kuat untuk melaporkan kasus tersebut ke pihak berwenang. Dampak dari cyberbullying juga seringkali lebih besar secara psikologis dibandingkan dengan bullying tradisional karena sifatnya yang terus-menerus dan meluas. Korban mungkin merasa tidak ada tempat yang aman, bahkan di rumah mereka sendiri.

    Contoh bentuk cyberbullying termasuk penyebaran rumor di media sosial, yang dapat merusak reputasi seseorang dengan cepat. Selain itu, pengejekan dan penghinaan melalui pesan teks, komentar, atau postingan di media sosial juga sering terjadi. Cyberbullying juga dapat berupa pencemaran nama baik, di mana pelaku memposting foto atau video yang memalukan atau merendahkan korban. Bentuk lain yang tidak kalah berbahaya adalah pengancaman, di mana pelaku mengancam akan melakukan kekerasan fisik atau merusak reputasi korban. Bahkan, pengecualian sosial di platform online, di mana seseorang sengaja tidak diikutsertakan dalam grup pertemanan atau dijauhi, dapat memberikan dampak emosional yang mendalam.

    Untuk mengatasi masalah bullying di era digital, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Orang tua memiliki peran penting dalam memberikan pengawasan yang ketat terhadap aktivitas anak-anak di dunia maya, mendidik anak tentang bahaya cyberbullying, dan membangun komunikasi yang terbuka. Sekolah juga harus berperan aktif dengan menyelenggarakan program edukasi tentang cyberbullying, memberikan pelatihan kepada guru dan siswa, serta bekerja sama dengan orang tua untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman. Di tingkat pemerintah, regulasi yang lebih ketat terkait penggunaan internet dan media sosial perlu dibuat, serta memberikan dukungan kepada korban bullying melalui layanan yang mudah diakses. Sementara itu, platform media sosial juga harus meningkatkan upaya untuk mencegah dan mengatasi cyber bullying, seperti menyediakan fitur pelaporan, memblokir akun yang melanggar aturan, dan bekerja sama dengan pihak berwenang.

    Dengan adanya kerja sama dari berbagai pihak, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan bebas dari bullying, serta melindungi anak-anak dan remaja dari dampak buruk yang bisa mereka alami akibat cyberbullying.

     

    Tujuan Buku Panduan

    Tujuan Buku Panduan ini adalah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang bullying, termasuk memaparkan definisi, jenis-jenis, penyebab, serta dampak bullying secara mendetail. Buku ini dirancang untuk membantu pembaca memahami kompleksitas isu bullying agar dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menanganinya. Selain itu, panduan ini juga berfokus pada peran penting peer counselor, dengan menjelaskan tugas, tanggung jawab, serta keterampilan yang diperlukan untuk mencegah dan menangani kasus bullying secara efektif. Melalui langkah-langkah konkret dan panduan praktis yang disediakan, buku ini diharapkan dapat menjadi alat yang bermanfaat bagi peer counselor, guru, serta siswa dalam usaha mencegah bullying. Tujuan lainnya adalah untuk membangun kesadaran mengenai pentingnya pencegahan bullying, serta mendorong semua pihak untuk aktif berpartisipasi dalam menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif di sekolah. Selain itu, panduan ini juga bertujuan untuk memfasilitasi kolaborasi antara peer counselor, guru, orang tua, dan pihak sekolah dalam upaya bersama menangani bullying.

    Manfaat Buku Panduan ini dapat dirasakan oleh berbagai pihak, termasuk peer counselor, guru, dan siswa. Bagi peer counselor, buku ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka, membekali mereka dengan pemahaman mendalam tentang bullying, serta keterampilan yang diperlukan untuk memberikan dukungan yang efektif kepada korban dan mencegah terjadinya bullying. Selain itu, buku ini juga diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri para peer counselor dalam menjalankan tugas mereka, serta berfungsi sebagai sumber referensi yang dapat diandalkan dalam menghadapi berbagai situasi terkait bullying.

    Bagi guru, buku panduan ini akan mempermudah mereka dalam mengelola program peer counseling dengan menyediakan kerangka kerja yang jelas dan praktis. Dengan demikian, guru dapat lebih efektif dalam melaksanakan program ini di sekolah dan meningkatkan efektivitas pencegahan bullying. Buku ini juga dapat membantu guru dalam mengidentifikasi serta menangani masalah bullying yang mungkin terjadi di sekolah. Lebih jauh lagi, panduan ini dapat memfasilitasi kolaborasi antara guru dan siswa, mendorong kerjasama yang positif dalam menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan inklusif.

    Untuk siswa, buku ini dapat membantu mereka meningkatkan pemahaman mengenai apa itu bullying, dampak yang dapat ditimbulkannya, serta cara yang dapat dilakukan untuk mencegahnya. Panduan ini juga bertujuan untuk memberdayakan siswa agar berani bertindak dan menjadi agen perubahan di sekolah. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh dari buku ini, diharapkan siswa dapat merasa lebih percaya diri dalam menghadapi situasi bullying dan tidak ragu untuk mencari bantuan jika diperlukan.

    Secara keseluruhan, buku panduan ini diharapkan menjadi alat yang efektif dalam upaya pencegahan bullying di lingkungan sekolah. Dengan menyajikan informasi yang akurat, praktis, dan mudah dipahami, buku ini diharapkan dapat membantu sekolah menciptakan suasana yang aman, inklusif, dan kondusif bagi pembelajaran yang optimal.

     

     

    Kreator : Christophorus Wahyudi

    Bagikan ke

    Comment Closed: Peran Peer Counselor di Era Digital dalam Pencegahan Bullying

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021