Kata Pengantar untuk Perempuan Kuat
Saya menulis novel ini bukan untuk merayakan luka, melainkan untuk memberi mereka pekerjaan baru: menumbuhkan karakter. Di usia ketika banyak perempuan dipaksa “tenang” dan “menerima”, saya malah memilih bertanya, mengapa kita diajari kuat lewat diam, bukan lewat kejujuran? Pertanyaan itu menuntun saya pada Yuni. Ia bukan tokoh yang lahir dari imajinasi kosong; ia disusun dari serpih pengalaman, tumpukan percakapan, dan jejak perempuan-perempuan yang pernah berjuang di ruang yang tak terlihat: ruang kesehatan mental.
Novel ini saya tulis sebagai pernyataan sikap: bahwa penyembuhan adalah kerja harian, bukan mukjizat tengah malam. Saya menolak glorifikasi “move on” instan. Yuni bergerak dengan langkah manusia, pelan, jatuh, bangkit, belajar menetapkan batas, lalu berani berkata “cukup” tanpa rasa bersalah. Di sana, karakter berkembang bukan karena plot menolongnya, melainkan karena ia, setiap pagi, membuka jendela dan melatih nafasnya sendiri.
Ada tiga alasan mendasar yang menohok punggung saya untuk menyelesaikan buku ini:
- Representasi yang jujur. Perempuan 50+ jarang diberi panggung sebagai tokoh yang mencipta arah, bukan sekadar “menikmati sisa.” Yuni menolak narasi sisa.
- Literasi emosi. Kita mahir membaca data, tetapi gagap membaca diri. Novel ini merancang adegan-adegan yang mendorong pembaca menamai rasa marah, takut, rindu tanpa merasa “lemah”.
- Destigmatisasi pulih. Pulih bukan rahasia memalukan. Ia proses yang bisa tertata: meminta bantuan, menata ulang rumah, menulis jurnal, mengatur ritme kerja, dan menegakkan batas sehat.
Secara kreatif, saya memakai dua kerangka kerja yang sengaja diperlihatkan dalam cerita:
Siasat Analitik: daftar, SOP kecil, disiplin ruang sebagai simbol bahwa pikiran yang tertib dapat menenangkan hati yang gaduh.
Siasat Dramatik: konflik yang ditata agar pembaca ikut mengelola degup bukan hanya “menikmati drama”, tetapi mempelajari seni meredakan badai.
Kesehatan mental hadir di halaman-halaman ini bukan sebagai slogan, melainkan sebagai praktik: tidur yang cukup, percakapan yang jujur, keputusan yang berani namun beradab, meminta tolong tanpa rasa malu, dan kemampuan meletakkan yang tidak bisa diselamatkan. Yuni tidak “diselamatkan” tokoh lain; ia menyelamatkan dirinya dengan alat-alat sederhana: sapu, jendela, jurnal, dan kata-kata yang tidak menghakimi.
Saya berharap pembaca menemukan tiga hadiah:
- Keberanian menatap cermin tanpa menunduk;
- Bahasa baru untuk rasa lama agar yang mengganjal bisa diberi nama;
- Metode kecil untuk pulih yang bisa ditempel di kulkas hidup Anda: atur ruang, atur napas, atur batas.
Berbagi cerita secara positif adalah jembatan yang meringankan beban; setiap perjuangan adalah benih bermakna; teruslah melangkah, sebab bahkan malam tergelap pun luluh ketika jiwa berani menyalakan secercah cahaya.
Bila setelah membaca novel ini Anda terdorong membereskan satu sudut rumah, menelpon satu sahabat, atau menulis satu kalimat jujur di jurnal novel ini telah menjalankan tugasnya. Sebab tujuan saya sejak awal bukan menciptakan dongeng pelarian, melainkan membangun ruang kembali: ruang di mana kekuatan tidak lagi berarti membisu, melainkan tangguh dengan nurani.
Selamat membuka jendela.
Mariza
November 2025
Kreator : Mariza
Comment Closed: Perempuan Kuat (Kata Pengantar)
Sorry, comment are closed for this post.