Pergi Umroh itu Soal Niat dan Kemauan, Kisah Gadis dan Tabungan Minim Malah Dapat Umroh Gratis
Tasya adalah seorang gadis berusia 23 tahun dan bekerja sebagai penulis naskah di sebuah rumah produksi. Suatu ketika, di Bulan Ramadhan, ia mendapatkan tugas untuk liputan kegiatan “Buka Puasa dari Hotel ke Hotel.” Usai, shalat Tarawih berjamaah, seorang ustadz memberikan ceramah mengenai pengalamannya pergi umroh. “Bapak dan ibu, jika diberikan kesempatan pergi umroh, datanglah ke Madinah dan ziarah di Makam Rasulullah. Pengalaman saya, ketika di sana, Saat saya mengucapkan salam, Assalamu’alaikaa Yaa Rasulullah. Belum selesai salam itu saya ucapkan, tercekat tenggorokan saya. Tak mampu lagi Saya membendung air mata ini. Rasulullah, membalas salam kita. Yakinlah, salam kita dibalas, itulah mengapa tak bisa kita menahan air mata kerinduan pada Rasulullah.”
Kata-kata Ustad tersebut begitu menggetarkan jiwa Tasya. Sehingga, tanpa terasa iapun ikut menangis, menangis sejadi-jadinya. Karena malu suara tangisnya terdengar. Tasya berlari ke balik tiang dan meluapkan air matanya. “Ya Allah, apakah ini yang namanya rindu? Aku belum pernah melihat sosok Rasulullah. Apakah kerinduanku sangat dalam, sehingga mendengar kisahnya, aku tak kuasa menahan tangisku?” ujar batin Tasya.
Sejak kejadian itu, yang ada di otak Tasya hanya ingin pergi umroh. Ia mulai googling, membandingkan review jamaah, dimana travel umroh yang murah dan bagus. Tabungannya baru ada 14 juta, dari hasil penelusurannya, pergi umroh yang murah biasanya terjadi di Bulan Juli, karena saat itu sedang musim panas. Baiklah, InsyaAllah, Tasya siap, panasnya dunia belum seberapa jika dibandingkan dengan panasnya akhirat. Dengan giat bekerja dan menabung, Tasya yakin ia akan berangkat umroh.
Tasya juga belum bicara pada orangtuanya. Niat ini dia pendam sendiri, karena khawatir ayahnya tidak akan setuju. Tasya belum pernah bepergian ke luar negeri sendirian. Maka Ia pun menghubungi sahabatnya, Dinda. “Din, lo kepikiran buat umroh gak?, tanya Tasya. “Mau sih. Tapi uang dari mana? Masa gue minta ke ortu, gak enak lah,” kata Dinda. “Lo emang gak ada Tabungan?, tanya Tasya. “Kalau dipake buat pergi umroh, Tabungan gue ludes dong, jadi miskin dong gue, hehehe. Kata Dinda. MasyaAllah, Tasya menghela nafas. Tidak ada sejarahnya, orang yang pulang haji dan umroh, menjadi miskin, bahkan Allah akan berikan rizki dari tempat yang lain. Rizki tidak harus berbentuk harta, bisa ketenangan jiwa, Kesehatan, tetangga yang soleh dan solehah dan lainnya.
Baiklah, sepertinya, Tasya hanya harus mengandalkan Allah untuk urusan ini. Biarlah Allah, yang membawanya menuju Baitullah. Hingga suatu saat, di sebuah hotel di Jakarta, ada pameran Tour dan Travel untuk Haji dan Umroh. Rumah produksi, tempat Tasya bekerja, diundang sebagai partner kerja. Dan di sinilah, kantor Tasya mendapat tugas, untuk membuat video dokumentasi Umroh, jamaah dari Kalimantan Selatan. Jamaah ini, sebanyak 30 orang dan menggunakan semua fasilitas kelas 1. Saat itu, belum ada kereta cepat Mekah dan Madinah, maka perjalanan Mekah dan Madinah, ditempuh menggunakan pesawat.
Tasya menginap di Hotel Hilton Makkah. Hotel ini sangat dengan Masjidil Haram, cukup membuka jendela, masjid dan suara azan sudah nampak di depan mata. Di Madinah, Tasya menginap di Hotel Le Meridien. Pergi umroh kali ini, Tasya justru tidak mengeluarkan uang sepeserpun, malah diberi uang saku dari kantornya. Dari kantor, diberangkatkan dua orang, Tasya dan Mas Liliek, kebetulan Mas Liliek adalah teman dari paman Tasya.
Saat berada di Mekah, Tasya tidak habis-habis mengucap Syukur. Tasya semakin merasa yakin, kalau pergi umroh dan haji bukan hanya perkara mampu atau tidak, tetapi mau atau tidak. Ketika ada niat dan kemauan keras, insyaAllah akan dimampukan oleh Allah.
Ada hal yang tidak akan terlupakan oleh Tasya saat berada di Mekah. Yap, kerinduan pada Rasulullah. Saat menjelang waktu Ashar di Masjidil Haram, Tasya bergumam. “Ya Allah, aku sudah sampai di sini, di tanah kelahiran pria paling sempurna sepanjang zaman. Tidaklah berlebihan, jika aku meminta seperti apa sosoknya? Tidak perlu terlihat wajahnya, kelebatan atau apapun Ya Allah.” Iqomah kemudian dikumandangkan. Dan entah bagaimana, yang awalnya Tasya mendapatkan tempat duduk, ia tergeser-geser dan malah tidak mendapatkan tempat. Imam sudah takbir, Tasya berada di luar shaf sambil kebingungan. Dan seseorang kemudian menariknya masuk barisan untuk sholat berjamaah. Saat mulai sholat itulah, Tasya kembali menangis. Ya Allah, maaf, saya terlalu lancang. Meminta hal yang berlebihan. Sepanjang sholat, air mata Tasya terus mengalir. Ia mohon maaf atas gumamnya yang lancang. Sampai pada rukuk di tahiyat akhir. Tasya mencium bau yang sangat wangi. Wangi yang belum pernah ia cium sebelumnya. Wangi yang sangat menenangkan. Dan wangi yang membuatkan terpejam sampai tersenyum.
Sampai pada sujud rakat terakhir. Air mata Tasya berubah menjadi air mata kebahagiaan. Terima kasih ya Allah, apapun itu tandanya, terima kasih sudah menjawab semua doa-doaku secara kontan. Setelah mengucapkan salam, Tasya berdoa, dan mencoba menghirup wangi yang sebelumnya ia nikmati, namun wangi itu sudah tidak ada. Wangi yang lembut dan menenangkan dan sangat berbeda dengan bau Hajar Aswad. Usai sholat Ashar dna berjalan ke hotel, senyum di bibir Tasya tidak pudar. Ia kerap membayangkan sholat Ashar terindah yang pernah terjadi dalam hidupnya. Terima kasih ya Allah.
Kreator : Nurhablisyah
Comment Closed: Pergi Umroh itu Soal Niat dan Kemauan
Sorry, comment are closed for this post.