“Dik, aku tak pernah terpikirkan. Jika ujian yang kamu rasakan itu menimpaku. Jika aku yang menjalani, sudah kupastikan bahwa aku tak sanggup menjalaninya. Dik, kamu perempuan hebat, kamu perempuan yang spesial di hadapan pencipta. Hingga Dia selalu rindu harap dan tawakkalmu dalam doa doamu. Aku kerap kali tidak enak hati rasanya dik. Jika berbagi sedikit moment dengan anakku di sosial media. Bukan maksud hati ingin pamer, hanya untuk menyimpan memori saja. Sungguh aku tak enak hati padamu, Dik.”
“Tak perlu punya rasa tak enak hati, justru aku ikut bahagia melihat gelak tawa anakmu. Hiburan juga buatku, lho.”
Bagi sebagian perempuan, memilih menahan diri untuk tidak banyak berbagi keceriaan putra putrinya di media sosial, semata-mata untuk menjaga perasaan para pejuang garis dua. Sambil terus melangitkan doa doa terbaiknya untuk mereka. Merayu Sang Pencipta agar memberi kebahagiaan yang sama.
Hatinya dilembutkan untuk menjaga diri dari banyak memberi saran, membandingkan proses yang sudah dijalani. Hanya memberi saran jika diminta, tidak tergesa-gesa untuk terus bertanya ikhtiar apa yang sudah diupayakan. Mereka belajar memahami “mengelola rasa,” mencoba berdiri di sepatu yang sama.
Bagi siapapun, belajar mengelola rasa bukanlah hal yang mudah. Menempatkan diri pada posisi yang sebaliknya. Berusaha mengambil hikmah di setiap perjalanan.
Untukmu perempuan spesial, banyak lisan yang terus melangitkan doa untukmu. Banyak hati yang belajar mengelola sebuah rasa karenamu. Yakinlah masih banyak mata yang memandangmu spesial di hadapan Sang Pencipta.
Kreator : Diyah Laili
Comment Closed: Perihal Mengelola Rasa
Sorry, comment are closed for this post.