Setelah serangkaian pertempuran yang melelahkan dan penuh resiko, ketenangan akhirnya menyelimuti kerajaan Zima. Ilta dan Svetlana, yang telah menunjukkan keberanian luar biasa dalam menghadapi makhluk kegelapan, kini dapat menikmati kedamaian yang telah lama dinanti. Dengan hilangnya ancaman Zmey dan kegelapan yang melanda, mereka berdua menemukan cara baru untuk mengisi hari-hari mereka.
Ilta, yang selama ini dikenal sebagai pahlawan, menemukan kebahagiaan dalam hobi barunya: mengumpulkan miniatur. Setiap miniatur yang dikumpulkannya memiliki cerita tersendiri, dari kastil kuno hingga makhluk mitos yang menghuni legenda berbagai bangsa. Dia menghabiskan waktu berjam-jam dengan penuh teliti, menyusun dan merawat koleksinya.
Suatu hari, ketika Ilta sedang menata koleksinya, Svetlana datang menghampirinya di ruang pameran milik Ilta yang kini dipenuhi dengan miniatur yang indah.
“Ilta, koleksimu semakin mengagumkan setiap harinya,” kata Svetlana dengan senyum bangga.
Ilta membalas senyum itu, “Terima kasih, Svela. Ini memberiku kedamaian dan kebahagiaan setelah semua yang kita alami.”
Ilta mengambil sebuah miniatur dari rak, sebuah kastil kecil dengan detail rumit. “Ini adalah miniatur dari Kastil Avis di Kerajaan Meridian,” katanya sambil mengangkat miniatur itu dengan hati-hati. “Menceritakan tentang kastil yang pernah dihuni oleh penyihir hebat yang bisa memanipulasi cuaca.”
Svetlana mengamati miniatur itu dengan penuh minat. “Ini luar biasa, Ilta. Kamu telah menemukan cara untuk membawa bagian dari dunia ini ke dalam kerajaan kita.”
Dengan dorongan dan dukungan dari keluarganya, Ilta mendirikan sebuah tempat pameran khusus di salah satu sudut istana. Tempat pameran itu menjadi daya tarik baru di kerajaan Zima, menarik pengunjung dari berbagai wilayah yang ingin melihat karya seni yang luar biasa ini. Setiap kali ada pengunjung baru, Ilta dengan senang hati memberikan tur dan menceritakan kisah di balik setiap miniatur.
Ilta meraih miniatur lain, sebuah kediaman keluarga yang sederhana namun penuh detail. “Ini mengingatkanku pada masa kecilku sebagai anak indigo. Aku ditunjuk sebagai kandidat utusan Sang Ilahi,” katanya, matanya berkilau dengan kenangan.
Svetlana mengangguk, mengenang kisah itu. “Kamu telah melalui banyak hal, Ilta. Dari konspirasi keluarga utama yang dikendalikan oleh Deniluc hingga perjalananmu di alam Nadvore bersama leluhurmu.”
Ilta tersenyum lembut, “Benar, perjalanan itu membuatku lebih kuat. Proses menjadi Izka Videnbe untuk menyembunyikan identitasku di Akademi Zima adalah bagian penting dari perjalananku.”
Svetlana menatap Ilta dengan penuh kasih. “Dan melalui semua ujian dari Sang Ilahi, kamu diberikan kemampuan untuk mengetahui kebenaran dan kebohongan melalui indra keenam mu. Itu adalah anugerah yang luar biasa.”
Ilta mengangguk, matanya bersinar dengan tekad. “Pertarunganku melawan Koschei dan para Deniluc bersama kamu dan pasukan Angeluc adalah momen yang tak terlupakan. Kita berjuang bersama dan mengalahkan kegelapan yang bersembunyi di kerajaan Zima.”
Svetlana mendekati Ilta, mengambil tangannya. “Dan sekarang, kita bisa menikmati kedamaian ini bersama. Kamu telah menemukan cara untuk membawa kedamaian melalui miniatur-miniatur ini.”
Ilta tersenyum, merasakan kehangatan di hatinya. “Terima kasih, Svela. Setiap miniatur ini bukan hanya seni, tapi juga kenangan dan pelajaran dari setiap perjalanan kita.”
Dengan miniatur-miniatur yang menggambarkan filsafat dari setiap perjalanan dalam cerita Takdir Salju, Ilta menemukan kedamaian dan kebahagiaan baru. Kerajaan Zima kini berdiri teguh, dipenuhi dengan harapan dan kedamaian, berkat keberanian dan keteguhan hati para pahlawannya.
Ketenangan ini juga membawa banyak perubahan positif di kerajaan Zima. Sybil dan Walter, yang telah menjadi pilar kekuatan dan kebijaksanaan di kerajaan, kini merencanakan pertunangan mereka dengan keluarga kerajaan lain. Pertunangan ini tidak hanya memperkuat hubungan politik, tetapi juga membawa harapan dan kebahagiaan bagi seluruh kerajaan.
Selama beberapa waktu, berbagai festival diadakan untuk merayakan kedamaian dan kemakmuran yang baru ditemukan. Festival Florentia, diwarnai oleh perayaan yang penuh dengan kebahagiaan dan warna-warni. Musik, tarian, dan berbagai permainan tradisional memeriahkan setiap sudut kerajaan.
Selama festival berlangsung, Sybil dan Walter berada di tengah-tengah kerumunan, berinteraksi dengan rakyat mereka. Sybil, dengan gaun berwarna perak yang memancarkan kemewahan dan kebijaksanaan, tersenyum pada Walter. “Hari ini sangat berarti, Walter. Semua orang tampak begitu bahagia.”
Walter, yang mengenakan seragam militer yang mencerminkan keberaniannya, menambahkan, “Ya, ini adalah saat yang tepat untuk memperkuat hubungan kita dengan keluarga kerajaan lainnya dan memastikan masa depan yang lebih cerah untuk Zima.”
Sybil mengangguk, merasakan kebahagiaan dan harapan yang terpancar dari perayaan ini. “Aku tak sabar untuk melihat bagaimana masa depan kita bersama, Walter.”
Walter tersenyum dan meraih tangan kakaknya. “Aku juga, Kak Sybil. Kita akan menghadapi semuanya bersama-sama.”
Pada malam yang sama, saat festival sedang berlangsung, Ilta dan Svetlana berdiri di balkon istana, memandang keramaian di bawah mereka. “Melihat ini semua, aku merasa sangat bersyukur,” kata Ilta.
Svetlana mengangguk setuju. “Ini adalah hasil dari perjuangan dan keberanian kita. Kerajaan Zima kini bisa menikmati kedamaian yang lama kita impikan.”
Ilta dan Svetlana terus mengawasi dari balkon, menikmati pemandangan yang penuh dengan tawa dan kebahagiaan. “Kedamaian ini sangat berarti setelah semua yang kita lalui,” kata Ilta dengan penuh perasaan.
“Benar sekali,” jawab Svetlana. “Ini adalah hasil dari perjuangan kita dan dedikasi seluruh kerajaan. Sekarang kita bisa menikmati buah dari kerja keras kita.”
Di suatu hari, Ilta menerima tamu dari berbagai kerajaan yang datang untuk melihat koleksi miniaturnya. Setiap tamu terpesona oleh keindahan dan detail dari setiap karya seni yang dipamerkan.
“Ini adalah salah satu koleksi terbaik yang pernah aku lihat,” kata seorang tamu dari Kerajaan Arce Saxum. “Ilta, kamu benar-benar memiliki bakat luar biasa.”
Ilta tersenyum dan membungkuk hormat. “Terima kasih, ini adalah hobi yang sangat aku nikmati. Setiap miniatur memiliki cerita yang unik dan membawa kenangan yang berharga.”
Saat malam semakin larut, Svetlana mendekati Ilta yang ada di balkon dan berbisik, “Aku bangga padamu, Ilta. Kamu telah menemukan cara untuk membawa kedamaian dan kebahagiaan ke dalam kehidupan kita setelah semua yang kita alami.”
Ilta meraih tangan Svetlana dengan hangat. “Kita telah melalui banyak hal bersama, Svela. Dan kita akan terus menjaga kedamaian ini, apapun yang terjadi.”
Mereka berdua berdiri di sana, menikmati pemandangan festival yang penuh dengan cahaya dan warna, merasakan kedamaian yang telah perjuangkan. Di bawah langit malam yang penuh bintang, mereka berjanji untuk menjaga warisan dan kenangan yang telah mereka bangun bersama-sama, sambil menanti saat-saat bahagia di masa depan.
Kehidupan di kerajaan Zima terus berlanjut dengan kedamaian dan kebahagiaan yang telah lama diimpikan. Setiap sudut kerajaan tampak lebih hidup, dengan rakyat yang sibuk mempersiapkan berbagai acara dan perayaan.
Di salah satu sudut istana, Ilta dan Svetlana berada di tempat pameran miniatur yang digelar oleh Ilta. Pameran ini telah menjadi tempat favorit bagi banyak orang, termasuk tamu-tamu dari kerajaan lain yang datang untuk mengagumi koleksi Ilta.
“Svela, aku sedang menambahkan miniatur baru dari Kerajaan Silva Pluvia,” kata Ilta sambil menunjukkan sebuah miniatur menara yang tinggi dan megah. “Menara yang dibangun oleh seorang arsitek legendaris yang mampu menciptakan struktur yang tampak melayang di udara.”
Svetlana mengamati miniatur itu dengan kagum. “Ini luar biasa, Ilta. Setiap detailnya sangat menakjubkan.”
Ilta tersenyum bangga. “Terima kasih, Svela. Setiap miniatur membawa cerita dan sejarah yang berbeda. Ini memberi kita kesempatan untuk mempelajari dan menghargai keindahan dari berbagai budaya.”
Di aula besar Kerajaan Zima, persiapan untuk pertunangan Sybil dan Walter sedang berlangsung dengan megah. Lampu-lampu kristal memancarkan cahaya lembut, menerangi dekorasi bunga-bunga segar dan kain sutra yang menghiasi ruangan. Para tamu dari berbagai kerajaan berkumpul, menunggu momen bersejarah ini.
Sybil berdiri di depan cermin besar di kamarnya, mengenakan gaun indah berwarna emas yang bersinar di bawah cahaya lilin. Senyum kebahagiaan terpancar di wajahnya saat dia memikirkan calon tunangannya, Atanas Zlatan. “Atanas adalah pria yang bijaksana dan sangat menghargai alam,” bisiknya pada dirinya sendiri, merasa beruntung dengan pilihannya.
Walter, di ruangan sebelah, mengenakan pakaian formalnya dengan penuh percaya diri. Pikirannya tertuju pada Kveta Nadezhda, wanita kuat dan cerdas yang akan menjadi pasangannya. “Ini adalah awal dari babak baru bagi kita dan kerajaan,” gumamnya, penuh harapan untuk masa depan.
Di aula, Atanas Zlatan dari Kerajaan Silva Pluvia berdiri dengan elegan. Pakaian hijau zamrudnya yang terbuat dari sutra halus berkilauan, dihiasi bordiran emas yang menggambarkan motif-motif alam. Mantelnya menjuntai di belakang, tampak seperti daun-daun yang berkibar di angin. Rambut coklatnya yang panjang diikat rapi, memperlihatkan matanya yang berwarna hijau cerah. Dia memancarkan kebijaksanaan dan ketenangan, dua sifat yang membuatnya sangat dihormati di kerajaannya.
Kveta Nadezhda, utusan dari Kerajaan Arce Saxum, berdiri di sampingnya. Rambut hitam legamnya diikat rapi membentuk sanggul elegan, menambah keanggunan penampilannya. Matanya yang abu-abu tajam, memancarkan kecerdasan dan ketenangan. Gaun berwarna merah tua dengan aksen perak melambangkan kekuatan dan keberanian, dihiasi dengan permata-permata kecil yang bersinar seperti bintang di malam hari. Tiara perak di kepalanya menambah aura keagungan, sementara sepatu berhiaskan kristal memperkuat kesan elegan dan tangguh.
Di aula, Sybil dan Walter bersama Atanas dan Kveta berbincang dengan penuh antusias.
“Atanas,” kata Sybil dengan senyum lembut, “aku merasa sangat beruntung bisa bertunangan denganmu. Kebijaksanaan dan kecintaanmu terhadap alam benar-benar menginspirasi.”
Atanas menjawab dengan suara tenang, “Sybil, kehormatan ini juga milikku. Kita akan membangun masa depan yang harmonis bersama.”
Di sisi lain, Walter dan Kveta berbicara dengan semangat yang sama. “Kveta, kekuatan dan kecerdasanmu adalah sesuatu yang sangat aku hargai,” kata Walter, menatap mata abu-abu Kveta.
Kveta tersenyum, matanya memancarkan keyakinan. “Walter, aku yakin kita bisa menghadapi semua tantangan bersama. Pertunangan ini adalah simbol dari persatuan dan kerja sama yang kita bangun.”
Mereka semua tertawa bersama, menikmati momen kebahagiaan ini. Suasana di aula dipenuhi dengan percakapan hangat dan canda tawa, mencerminkan kedamaian dan harapan untuk masa depan yang cerah.
Di tengah perayaan, Sybil dan Walter berbicara secara pribadi di sudut ruangan. “Ini adalah awal dari babak baru bagi kita, Walter,” kata Sybil dengan penuh harapan.
Walter mengangguk, tersenyum pada kakaknya. “Kita akan menghadapi semua tantangan bersama, Sybil. Aku yakin kita akan mampu melewati semuanya dengan baik.”
Dengan keyakinan dan semangat yang baru, mereka berdua melangkah maju, siap untuk menghadapi petualangan dan tantangan yang menanti di masa depan, bersama dengan pasangan mereka yang luar biasa, Atanas dan Kveta.
Sementara itu, berbagai festival terus diadakan di seluruh kerajaan. Festival Florentia, yang diwarnai oleh perayaan yang penuh dengan kebahagiaan dan warna-warni. Musik, tarian, dan berbagai permainan tradisional memeriahkan setiap sudut kerajaan.
Pada malam pembukaan Festival Florentia, Sybil berdiri di panggung utama, siap membuka perayaan tersebut. Rakyat berkumpul di alun-alun, menunggu dengan penuh antusiasme.
Sybil membuka perayaan dengan pidatonya. “Rakyat Zima yang terhormat, hari ini kita merayakan kedamaian dan kemakmuran yang telah kita capai bersama. Festival ini adalah simbol dari kerja keras dan keberanian kita. Mari kita nikmati setiap momen dan bersyukur atas apa yang telah kita capai.”
Kerumunan bersorak dengan semangat, merayakan kedamaian yang telah mereka peroleh. Musik mulai dimainkan, dan tarian dimulai. Suasana penuh dengan kegembiraan dan harapan.
Di pusat kerajaan Zima, festival meriah yang sedang berlangsung. Lampu-lampu berwarna-warni menghiasi jalan-jalan, musik riang terdengar di seluruh penjuru, dan aroma makanan lezat memenuhi udara. Penduduk dan tamu dari berbagai kerajaan berkumpul untuk merayakan perdamaian yang baru tercipta setelah perjuangan panjang melawan kegelapan.
Di antara kerumunan, Ilta, Svetlana, Alexei, dan Aria berdiri bersama, menikmati pemandangan dan merasakan kebahagiaan yang menyelimuti mereka.
“Festival ini benar-benar luar biasa,” kata Ilta sambil tersenyum lebar, matanya bersinar oleh cahaya lampu-lampu di sekitar mereka.
Svetlana mengangguk setuju. “Ya, ini adalah momen yang sangat berarti bagi kita semua. Setelah semua yang kita lalui, kita akhirnya bisa menikmati kedamaian ini.”
Alexei, dengan canda khasnya, menyela, “Dan makanan di festival ini tidak ada duanya! Aku bisa hidup hanya dengan makanan di sini.”
Aria tertawa, matanya berkilau dengan kegembiraan. “Kamu benar, sayang. Tapi lebih dari itu, suasana disini begitu menyentuh. Rasanya seperti kita telah melewati begitu banyak dan sekarang bisa benar-benar beristirahat.”
Ilta memandang Svetlana dengan penuh kasih. “Terima kasih telah selalu ada di sisiku, Svela. Aku tidak bisa melakukannya tanpa kamu.”
Svetlana tersenyum lembut, matanya menunjukkan rasa sayang dan kebanggaan. “Kita saling mendukung, Ilta. Dan kita akan terus melakukannya, apapun yang terjadi.”
Alexei, dengan nada yang lebih serius, berkata, “Kalian berdua adalah pilar kekuatan kami. Melihat kalian berdiri teguh di tengah segala tantangan membuat kami semua tetap bersemangat.”
Aria menambahkan, “Setiap langkah yang kita ambil membawa kita lebih dekat pada tujuan kita. Dan sekarang, kita berada di sini, merayakan pencapaian kita bersama.”
Mereka semua berdiri sejenak dalam keheningan, menghargai momen kedamaian dan kebersamaan. Ilta kemudian berbicara, “Mari kita nikmati festival ini sepenuhnya. Ini adalah hadiah bagi kita semua.”
Svetlana mengangguk, menggenggam tangan Ilta dengan erat. “Benar, kita layak mendapatkan ini. Mari kita rayakan setiap detiknya.”
Alexei mengangkat cangkirnya. “Untuk perdamaian, persahabatan, dan masa depan yang cerah!”
Aria mengikuti, mengangkat cangkirnya juga. “Untuk Keluarga Jedlicka, dan semua yang telah Ilta dan Svetlana capai bersama.”
Mereka berempat menghabiskan malam itu dengan tawa, cerita, dan kenangan indah. Festival terus berlangsung, membawa sukacita dan kebahagiaan bagi semua orang yang hadir. Di tengah sorak-sorai dan musik, Ilta bersama keluarganya merasa lebih dekat satu sama lain, dengan ikatan yang semakin kuat oleh pengalaman yang mereka bagi.
Ilta melihat sekeliling dan berkata, “Malam ini adalah awal dari banyak malam yang penuh kedamaian dan kebahagiaan. Terima kasih untuk semuanya, Svela, Ayah, Bunda.”
Svetlana, Alexei, dan Aria mengangguk, setuju dengan perasaan Ilta. Mereka tahu bahwa meskipun tantangan mungkin masih ada di masa depan, mereka akan selalu memiliki satu sama lain. Bersama-sama, mereka akan menghadapi apa pun yang datang, dengan semangat dan kekuatan yang tak tergoyahkan.
Dengan kedamaian yang menyelimuti kerajaan Zima, masa depan tampak lebih cerah. Ilta dan Svetlana terus menjalani kehidupan mereka dengan penuh semangat, sementara Sybil dan Walter bersiap untuk memulai babak baru dalam kehidupan mereka bersama pasangan masing-masing.
Hari-hari berlalu dengan kedamaian dan kebahagiaan. Kerajaan Zima menjadi simbol dari kekuatan, keberanian, dan persatuan. Dan meskipun masa depan tidak pernah sepenuhnya pasti, mereka tahu bahwa mereka akan selalu menghadapi semuanya bersama-sama, dengan dukungan dan cinta yang tak tergoyahkan.
Waktu terus berlalu, Ilta menikmati kedamaian yang kini menyelimuti Kerajaan Zima. Setiap hari, dia menghabiskan waktu di tempat pameran miniatur, menyempurnakan koleksi-koleksinya dan mengundang tamu-tamu dari berbagai kerajaan untuk mengagumi karyanya. Kehidupan terasa tenang dan stabil, namun ada sesuatu yang dirasakan Ilta, seolah-olah sebuah panggilan dari jauh sedang menantinya.
Suatu malam yang tenang di kerajaan Zima, bulan purnama bersinar terang di langit, memancarkan cahaya peraknya ke seluruh penjuru. Suasana damai menyelimuti istana, tetapi di dalam kamar Ilta, sesuatu yang aneh sedang terjadi.
Ilta terbangun tiba-tiba, jantungnya berdebar-debar. Ada getaran aneh yang merayap di dalam dirinya, membuatnya merasa cemas. Firasat kuat menggelayuti pikirannya. Ini bukan sekadar mimpi buruk biasa.
Di sampingnya, Svetlana terbangun, matanya memandang Ilta dengan kekhawatiran. “Ilta, ada apa? Apa yang kau rasakan?” tanyanya lembut, tangannya menggenggam tangan Ilta dengan erat.
Ilta menatap mata Svetlana, mencoba menenangkan diri. “Aku tidak tahu, Svela. Rasanya seperti ada sesuatu yang memanggilku. Getaran ini… sangat kuat.”
Svetlana mengangguk, memahami betapa seriusnya situasi ini. “Apakah ini ada hubungannya dengan Sang Ilahi? Mungkin ini adalah pesan dari mereka.”
Ilta menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan kegelisahannya. “Mungkin. Tapi getaran ini berbeda, lebih mendalam. Seperti ada sesuatu yang sangat penting sedang terjadi.”
Svetlana berdiri dari tempat tidur, mendekati jendela dan melihat bulan purnama yang bersinar terang. “Apapun itu, kita harus siap. Jika ini adalah panggilan dari Sang Ilahi, kita tidak bisa mengabaikannya.”
Ilta mengangguk, bangkit dari tempat tidurnya dan mendekati Svetlana. “Kita harus mencari tahu apa yang terjadi. Aku merasa ini bukan sesuatu yang bisa kita abaikan.”
Mereka berdua meninggalkan kamar dan berjalan menuju balkon istana, di mana mereka bisa melihat bulan purnama dengan jelas. Cahaya bulan menyinari wajah mereka, memberikan ketenangan sekaligus kegelisahan.
“Svela, aku merasakan sesuatu yang sangat kuat di dalam diriku. Seperti ada energi yang mencoba berkomunikasi,” kata Ilta, menatap bulan purnama dengan intens.
Svetlana menatap Ilta dengan penuh perhatian. “Kita harus mencari jawabannya. Mungkin ada sesuatu yang bisa kita lakukan untuk mengerti apa yang sedang terjadi.”
Ilta mengangguk. “Kita harus menemui Sang Ilahi. Hanya mereka yang bisa memberikan jawaban atas getaran ini.”
Malam itu juga, Ilta dan Svetlana memutuskan untuk melakukan perjalanan menuju alam Cristvo Bozije, tempat mereka bisa berkomunikasi dengan Sang Ilahi. Perjalanan tersebut tidak mudah, tapi mereka tahu bahwa ini adalah sesuatu yang harus mereka lakukan.
Sesampainya disana, Ilta merasakan getaran semakin kuat. Mereka berdua berdiri di hadapan Sang Ilahi, yang memancarkan cahaya cemerlang.
“Ilta, Svetlana, kedatangan kalian sudah kami nantikan,” suara Sang Ilahi bergema lembut namun penuh wibawa.
Ilta maju sedikit, menatap Sang Ilahi dengan penuh harapan. “Apa yang sedang terjadi, Sang Ilahi? Apa makna dari getaran ini?”
Sang Ilahi memandang mereka dengan mata penuh kebijaksanaan. “Getaran yang kau rasakan adalah panggilan dari energi kegelapan terakhir yang masih tersisa di benua Zemloy. Ini adalah tugasmu, Ilta, untuk melakukan pembersihan dan mengakhiri sisa-sisa kegelapan tersebut.”
Ilta mengangguk, merasakan beban tanggung jawab di bahunya. “Aku mengerti. Aku akan melakukan apa yang harus dilakukan.”
Svetlana, dengan suara tegas, berkata, “Kami akan bersama-sama menghadapi ini, Ilta. Kau tidak sendiri.”
Sang Ilahi tersenyum lembut. “Persiapkan diri kalian. Ini adalah ujian terakhir sebelum kedamaian yang sesungguhnya bisa tercapai.”
Dengan tekad yang bulat, Ilta dan Svetlana kembali ke Zima, mempersiapkan diri untuk perjalanan baru mereka. Misi mereka kini jelas: mengelilingi benua Zemloy dan membersihkan sisa-sisa energi kegelapan.
Di bawah sinar bulan purnama yang masih bersinar terang, mereka berdua berdiri di balkon, memandang ke arah benua Zemloy. “Ini adalah akhir dari semua ini, Svela,” kata Ilta dengan penuh tekad.
Svetlana menggenggam tangan Ilta, memberikan kekuatan dan dukungan. “Kita akan menghadapinya bersama, Ilta. Bersama-sama, kita bisa mengalahkan apapun.”
Dan begitu, dengan semangat baru dan hati yang teguh, mereka memulai perjalanan mereka. Dengan bulan purnama sebagai saksi, mereka siap menghadapi kegelapan terakhir dan membawa cahaya perdamaian untuk selamanya.
Kreator : Ry Intco
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Periode Pokoi
Sorry, comment are closed for this post.