KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Perjalanan Hati Bintang: Keteguhan di Tengah Kerinduan

    Perjalanan Hati Bintang: Keteguhan di Tengah Kerinduan

    BY 17 Okt 2024 Dilihat: 141 kali
    Perjalanan Hati Bintang Keteguhan di Tengah Kerinduan_alineaku

    Di sebuah desa kecil yang asri, hiduplah seorang ibu bernama Bu Rina. Bu Rina adalah seorang wanita sederhana yang pekerja keras. Sehari-harinya ia bekerja mengajar , sekaligus menjaga rumah dan merawat anak-anak mereka. Salah satu anaknya, Bintang, yang kini sudah duduk di bangku SMA, adalah kebanggaannya.

    Bintang adalah anak yang cerdas dan rajin belajar. Sejak kecil, ia menunjukkan minat besar pada pelajaran agama dan kerap ikut mengaji di masjid dekat rumah. Melihat kegigihannya, Bu Rina dan suaminya sepakat mengirim Bintang ke sebuah pondok pesantren di kota terdekat. Bu Rina percaya, dengan pendidikan agama yang baik, Bintang akan tumbuh menjadi anak yang tidak hanya cerdas, tapi juga berakhlak mulia.

    Namun, setelah beberapa bulan di pondok, Bintang mulai menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan. Setiap kali pulang untuk liburan akhir pekan, ada kegalauan di wajahnya yang tak bisa disembunyikan. Suatu sore, ketika Bu Rina sedang menyiapkan makanan di dapur, Bintang duduk di meja makan, tampak lebih pendiam dari biasanya.

    “Bintang, kamu kenapa? Ibu perhatikan akhir-akhir ini kamu sering murung,” tanya Bu Rina lembut sambil mengaduk sup di atas kompor.

    Bintang terdiam sejenak, menatap meja di depannya seolah-olah sedang mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Akhirnya, ia menarik napas panjang dan berbicara dengan suara pelan. “Bu, aku nggak betah di pondok.”

    Kata-kata itu membuat Bu Rina tertegun sejenak. Ia menaruh sendoknya, lalu menghampiri Bintang dan duduk di sampingnya. “Kenapa, Nak? Kamu merasa ada yang nggak cocok?”

    Bintang mengangguk. “Aku nggak tahu, Bu. Teman-teman di sana baik, ustaznya juga. Tapi aku merasa… sepi. Jadwalnya padat, tapi kadang aku merasa jauh dari rumah. Aku kangen sama suasana di sini, sama ibu, bapak, dan adik-adik. Di sana aku merasa kesepian.”

    Bu Rina menatap anaknya dengan penuh kasih sayang. Sebagai seorang ibu, hatinya terenyuh mendengar keluhan anaknya yang jarang ia dengar. Bintang adalah anak yang biasanya kuat dan mandiri, tapi kali ini ia benar-benar terlihat rapuh.

    “Ibu paham, Nak. Tinggal di pondok memang nggak mudah. Ibu dulu juga sempat jauh dari orang tua ketika sekolah, dan itu juga berat buat ibu. Tapi coba kamu pikirkan, apa tujuan kamu ke pondok? Kamu sendiri yang ingin belajar lebih dalam soal agama, kan?”

    Bintang terdiam, matanya mulai berkaca-kaca. “Iya, Bu. Aku tahu aku ingin belajar agama, tapi kadang aku merasa itu terlalu berat.”

    Bu Rina menggenggam  tangan Bintang erat. “Tidak ada hal baik yang datang dengan mudah, Nak. Setiap jalan pasti ada rintangannya. Tapi ingat, ibu dan bapak selalu mendukung kamu. Kalau kamu merasa terlalu berat, nggak ada salahnya bicara sama ustaz di pondok. Mungkin mereka bisa bantu kamu merasa lebih nyaman.”

    Bintang mengangguk, meski dalam hatinya masih tersisa keraguan. Bu Rina mengerti bahwa anaknya sedang dalam masa sulit. Menjadi remaja memang tidak mudah, apalagi jauh dari keluarga. Tapi ia juga tahu, Bintang adalah anak yang tangguh, dan dengan sedikit dukungan, ia yakin Bintang bisa mengatasi ini.

    Malam itu, setelah makan malam, Bu Rina mengajak suaminya berbicara tentang Bintang. Mereka sepakat untuk tidak memaksakan Bintang, tapi juga tidak buru-buru memutuskan apa pun. Mereka ingin memberikan Bintang ruang untuk berpikir dan merasakan apa yang terbaik untuk dirinya.

    Beberapa minggu berlalu, dan setiap kali Bintang pulang, Bu Rina selalu menyempatkan diri untuk mendengarkan cerita anaknya. Perlahan, Bintang mulai terbuka dan berbicara lebih banyak tentang pengalamannya di pondok. Ia masih merasa kesulitan, tapi dengan dukungan dari orang tuanya, ia mulai mencoba untuk lebih menerima keadaannya.

    Suatu hari, Bintang pulang dengan senyum yang berbeda. Ia duduk bersama Bu Rina di teras rumah, dan kali ini, tanpa diminta, ia mulai bercerita. “Bu, aku mulai betah di pondok sekarang.”

    Mendengar itu, Bu Rina tak bisa menyembunyikan rasa haru dan bangganya. Ia memeluk Bintang erat, penuh kebahagiaan. Bintang telah menemukan jalannya sendiri, meski tidak mudah, dan itu adalah pencapaian besar yang membuat Bu Rina semakin yakin bahwa anaknya akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan bijaksana.

    Bu Rina tahu, perjalanan Bintang masih panjang. Namun ia percaya, dengan hati yang tulus dan dukungan keluarga, Bintang akan mampu melewati setiap tantangan yang ada. Dan di setiap langkahnya, Bu Rina akan selalu ada, mendampingi dan mendukung anak kesayangannya.

     

     

    Kreator : Safitri Pramei Hastuti

    Bagikan ke

    Comment Closed: Perjalanan Hati Bintang: Keteguhan di Tengah Kerinduan

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021