“Pagi anak-anak”, ucapku kelu. Bagaimana tidak hari ini adalah hari pertamaku mengajar 17 Juli 1991, dengan pengalaman mengajar yang benar-benar 0%. Aku memang kurang suka dengan profesi guru, tapi aku terpaksa melakoninya karena aku tak lulus UMPTN dan AKPER yang sangat aku idamkan, dan dengan terpaksa aku pulang ke desaku yang Alhamdulillah ayahku memegang salah satu sekolah milik ABRI yaitu SD Kartika Chandra Kirana (KCK) yang kebetulan saat itu kekurangan guru karena salah satu seniornya pensiun dan akhirnya aku menjadi bagian dari mereka. Alhamdulillah, aku syukuri takdir yang telah terjadi dihidupku ini.
Pagi itu aku benar-benar senang dan merasa surprise atas hasil kerjaku yang benar-benar tak terbayangkan sebelumnya, bahwa aku bisa. Aku diamanahkan untuk memegang kelas 6, bagiku ini cukup berat bagaimana tidak, aku yang sama sekali tidak punya pengalaman mengajar dan hanya suka bermain kini harus mengemban tugas berat ini yaitu menghantarkan murid-muridku ke masa depan yang lebih gemilang, tapi Alhamdulillah dengan hobiku membaca dan bermain ternyata mampu menunjang pekerjaanku, aku mengajak murid-muridku belajar sambil bermain dan ternyata metode ini malah disukai mereka dan bisa di bayangkan aku berhasil membawa mereka dengan nilai yang memuaskan dan mereka juga menjadi teman-teman yang sangat ku sayangi.
Tak terasa sudah dua tahun aku menjadi bagian dari warga SD Kartika Candra Kirana Bangunrejo, anehnya tak ada duka ataupun kesulitan yang berarti dalam menjalani tugasku, aku hanya merasa senang dan bahagia apalagi melihat mereka dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya dan disanalah aku banyak belajar arti kehidupan anak-anak, yang tak pernah ada duka yang berarti hanya ada suka dan ceria dan itu membuatku mencintai profesi ini, dan semakin semangat untuk menggapai cita cita, dan akhirnya pada tahun 1993 aku putuskan untuk melanjutkan kuliahku. Aku mengambil jurusan FKIP agar aku bisa dengan sungguh-sunggug merangkul dunia pendidikan.
Tahun 1993 aku diterima dan mulai kuliah meski hanya di perguruan tinggi swasta, dan otomatis aku terpaksa meninggalkan murid-murid ku yang sangat aku sayangi. Ada rasa sedih, haru, hingga sesak di dada ini saat harus berpamitan pada rekan-rekan kerjaku dan pada murid-muridku, hingga tak terasa air mata telah meluncur deras dari mataku yang membuatku semakin sesak, hingga acara berakhir tak sepatah kata yang terucap dari mulutku hanya uraian air mata. Ahhhhh, ternyata perpisahan itu bukanlah hal yang menyenangkan, tapi meski demikian aku harus kuat karena semakin bulat keputusanku untuk melanjutkan studyku. Demi memperdalam pengetahuan, aku tidak boleh lelah belajar karena hati ini sudah terlanjur cinta akan profesi baruku yang ternyata sangat menyenangkan.
Hari pertama kuliah, ketika dosen memulai pelajaran aku mulai tersenyum-senyum sendiri mengingat murid-murid kebanggaanku yang menggemaskan, aku teringat salah satu murid laki laki ku yang sedikit over, lalu ku dekati dia dan ku elus kepalanya sambil berkata,
“ada apa nak?” “Apakah ada sesuatu yang ingin disampaikan?”
Mungkin karena bahasaku yang terdengar terlalu formal mereka malah tertawa terkekeh-kekeh hingga suasana benar-benar penuh kegembiraan.
“Duh… apa kabar kalian saat ini?” ucapku dalam hati. Tiba-tiba suara menggelegar memecahkan lamunanku, membuatku terperangah seperti ayam kalkun yang plonga-plongo, dengan nyalang mata ku mengitari sekeliling dan terlihat semua mata tertuju padaku, duh malunya….
“Ma…maaf bu”, ucapku terbata-bata dan wajah merah kepiting rebusku dengan cepat menjalar, duh… apa lah yang mereka pikirkan tentang ku. Aku benar-benar gagu. Kuliah pertama berakhir dengan sedikit malu, dan itu memberikan pelajaran bagiku sekaligus membangkitkan semangatku untuk segera menyelesaikan kuliahku agar bisa segera kembali bersama anak-anak yang menggemaskan.
Satu bulan sudah aku duduk di bangku kuliah aku mulai berpikir untuk mencari kesibukan, karena kuliahku belum banyak menyita waktu, dan ku putuskan untuk mencari keberuntungan. Pagi itu aku bersiap untuk mengunjungi beberapa SD. Mana tau mereka membutuhkan guru, sudah dua sekolah kudatangi tapi belum juga ada yang butuh guru baru, SD ketiga sama saja sampai SD keempat semua belum membutuhkan tambahan guru, aku pulang dengan gontai harapanku pupus ternyata tak semudah yang dibayangkan.
Oktober 1995 tiba-tiba keinginan itu kembali terwujud, dalam sebuah pertemuan yang tak di sengaja, seorang teman mencari guru bahasa inggris untuk sekolahnya, dan memintaku untuk membantunya. Tanpa basa-basi tawaran itu langsung ku sambut dengan senang hati meski ku tau kemampuan bahasa inggrisku belum memadai, tapi aku yakin aku bisa bekerja sambil belajar. Dan sejak itu jadilah aku warga SMP Negeri 5 di sebuah kota kecil di provinsi Sumatera Selatan.
Kreator : Sukma Wijayati
Comment Closed: PERJALANAN SI KUTU BUKU MENEMUKAN PASSIONNYA (BAB 1)
Sorry, comment are closed for this post.