Surat Cinta Seorang Murid
1 Oktober 1995 hari pertama aku menjadi warga SMP Negeri 5 Lubuklinggau, meski hatiku gelisah tapi aku mantapkan langkah kakiku memasuki pekarangan sekolah. Dalam hati sudah ku persiapkan kalimat apa yang akan ku ucapkan jika ada yang menyapaku, ya…semalaman sudah aku mempersiapkan diri baik dari pakaian, materi, persiapan awal mengajar bahkan jawaban-jawaban untuk setiap pertanyaan yang bakal di lontarkan padaku. Aku benar-benar mempersiapkan diri luar dalam. Yah…ini hari pertamaku aku harus tampil maksimal karena pepatah mengatakan pandangan dan pertemuan pertama mampu menentukan jalan.
Aku ingin pertemuan pertama bersama rekan kerjaku dapat memberikan kenangan yang baik sehingga dapat memotivasi ku untuk melangkah tanpa ragu. Aku benar-benar berharap pertemuan pertamaku jauh dari kejelekan.
“haiiii….guru baru ya… namanya siapa…?” sapa seorang ibu muda dengan ramah.
”Sukma bu…” jawabku lirih sambil tersenyum.
“Bahasa Inggris ya…” ucap yang lain sambil menyalamiku
“Iya bu…” jawabku manis. Tiba tiba seorang ibu muda menjulurkan tangannya dan terdengar temannya berkata
dengan tegas “Ellen M.B”. Aku tertegun sejenak. Aku teringat pesan temanku bahwa di sekolah itu ada pacar guruku SMA ku yang dulu sering dipasang-pasangkan temanku dengan ku. Aku tersenyum kecut, “bah… bener-bener ibu ini” ucapku dalam hati. Untungnya aku sudah mempersiapkan diri semalam, jadi dengan santai aku tersenyum “ salam kenal bu…” ucapku lirih dan manis. Sehingga suasana segera kembali segar.
Yah… Ketika aku masih duduk di kelas 3 SMA, kami mendapatkan seorang guru baru yang sangat imut. Badannya yang kecil dengan kulit putih halus benar-benar memancarkan ketampanannya. Beliau sering kali menghentakkan kakinya ketika melewati kelasku sehingga dengan reflek seluruh siswa menoleh ke luar. Entah apa maksudnya hentakan kaki itu,tapi yang jelas seiring hentakan kaki itu teriring pula suara lirih teman-temanku sambil mengerlingkan mata padaku “sukma…” mulanya aku tertegun karena tidak tahu maksudnya. Tapi lama kelamaan aku menjadi terbiasa. Aku tak mengerti kenapa teman-temanku mengolok-olok ku. Seolah mereka ingin menjodohkanku dengan guru baru itu. Mungkin karena ternyata guru itu adalah teman kakak tertuaku. Tapi aku tak pernah menghiraukannya. Setelah tamat SMA dan sekian tahun berlalu kini tunangannya berdiri di hadapanku dan akan menjadi temanku. Aku tertegun akankah beliau tahu cerita masa SMAku.., sehingga beliau memperkenalkan diri dengan cara seperti itu. “Astagfirullah…” aku segera beristighfar, sungguh pertemuan yang luar biasa untungnya aku bisa berusaha untuk tetap tenang. Karena sebenarnya memang waktu itu tak ada apa-apa hanya seloroh teman-teman saja.
Setelah berkenalan dan berbasa-basi pada seluruh warga sekolah, aku segera melangkah keluar menuju kelasku.
“good morning…. “ sapaku ramah sambil melangkah masuk ke kelas. Beberapa anak terlihat melongo, ada yang tertegun tapi ada juga yang menjawab salamku dengan baik.
“Good morning mam…” jawabnya. Aku tersenyum lalu duduk dan mulai mempersiapkan pelajaran.
Hari pertama berakhir sempurna, tak ada kecewa ataupun marah semua berjalan dengan baik dan lancar, yah.. mungkin karena aku sudah mempersiapkan diri sebelumnya. Begitupun hari kedua, ketiga dan seterusnya, berjalan dengan baik dan segera saja aku sudah menjadi teman murid-muridku, jarak sekolah yang tidak terlalu jauh dan jalan yang cukup terjal memaksa kami untuk berjalan kaki pulang-pergi sekolah, tetapi itu justru menjadi cerita serunya bagaimana tidak, seringnya aku pulang bersama murid-muridku menjadikan kami semakin dekat sehingga layaknya kakak dan adik.
Di hari-hari libur sering kami habiskan bersama di rumahku, kami bermain, berbagi cerita bersama sambil makan makanan ringan di rumahku, sehingga kami benar-benar seperti keluarga. Hingga dengan mudah aku melupakan masa laluku bersama muridku dulu. Hingga Suatu hari salah satu murid laki-laki mendatangiku lalu memberikan sepucuk amplop. “Apa ini nak..” tanyaku was-was. “Puisi untuk mam, baca saja mam…” jawabnya sambil tertawa dan berlari.
Perlahan ku buka amplop itu, selembar kertas warna-warni tersembul, rasa penasaran menyelimutiku sebuah puisi yang sangat puitis menghiasi kertas warna-warni itu.
“Langit biru, awan putih berarak memenuhi angkasa.
Burung pipit mengitari angkasa dengan riang nya….dst”
Aku tertegun puitis sekali puisi ini untuk anak kelas 2 SMP, sungguh aku terkagum-kagum membacanya. Lalu ku lipat dan ku simpan dalam lipatan bukuku untuk ku jadikan kenangan. Aku sangat senang karena keberadaanku memberikan semangat bagi mereka.
2 tahun kemudian beberapa tawaran untuk mengajar berdatangan. Rupanya mereka mengenalku dari cerita mulut ke mulut hingga tahun 1997-1999 menjadi masa emasku, bagaimana tidak, di tahun itu aku banyak mendapat tawaran mengajar, mereka mengenalku dari cerita mulut ke mulut, hingga beberapa sekolah menginginkan ku untuk bergabung di sekolah mereka. Beberapa sekolah ku terima karena sepertinya memang benar-benar membutuhkanku, Juli 1997 aku bergabung di SMPN 1, tapi aku masih pula mengajar di SMPN 5, pagi hari aku di SMPN 5 dan di sore hari aku berada di SMPN 1, semua ku jalani dengan riang. Dan di tahun yang sama aku juga bergabung di STM Kharisma. Lalu tahun 1999 aku juga menjadi warga SMPN 8. Sungguh luar biasa, hingga saat ini tak terbayang kesibukan ku waktu itu dalam membagi waktu untuk 4 sekolah. Hingga pertengahan tahun 1999 seorang pemuda menyuntingku.
Kreator : Sukma wijayati
Comment Closed: PERJALANAN SI KUTU BUKU MENEMUKAN PASSIONNYA (BAB 2)
Sorry, comment are closed for this post.