KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » PERLUKAN MODERASI BERAGAMA DI PAUD?

    PERLUKAN MODERASI BERAGAMA DI PAUD?

    BY 21 Jun 2025 Dilihat: 2 kali
    PERLUKAN MODERASI BERAGAMA DI PAUD_alineaku

    Akhir-akhir ini kata “moderasi beragama” menjadi salah satu kata yang populer di kalangan pendidik, mulai dari pendidik PAUD hingga civitas akademik. Siapa saja yang membicarakan tentang moderasi beragama seolah-olah telah menunjukkan pribadi yang moderat, toleran, menghargai orang lain, terlepas apakah memang sudah menjiwai moderasi beragama atau hanya ikut-ikutan. 

    Isu radikalisme (dalam beragama) disinyalir merupakan salah satu akar masalah yang mendorong munculnya  istilah moderasi beragama. Radikalisme adalah pemahaman yang dimaknai sebagai sikap ekstrem yang menganggap hanya agama yang dianut sebagai agama yang paling benar, sehingga memunculkan sikap tidak toleran terhadap penganut agama lain, bahkan ada kecenderungan melakukan kekerasan dan intimidasi kepada penganut agama lain.

    Apabila menelusuri sejarah berdirinya bangsa ini, sebenarnya tidak ditemukan catatan dalam sejarah adanya bukti radikalisme yang mendasari berdirinya negara Indonesia. Bahkan sesutu yang membanggakan adalah para pendiri bangsa ini terdiri dari beragam agama, beragam suku bangsa, berbagai ras, tetapi mereka bersatu padu, bersepakat membentuk negara Indonesia. Adapun pemeluk agama Islam sebagai masyarakat dengan populasi terbesar, hal itu tidak dapat dipungkiri, tetapi populasi yang besar tersebut tidak tercatat memaksakan kehendak mewujudkan negara berlandaskan agama Islam.

    Salah satu bukti sikap moderat kaum muslim adalah dalam Piagam Jakarta, dimana rumusan sila pertama dari dasar negara berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” pada tanggal 18 Agustus 1945 diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah wujud moderasi yang memberikan ruang bagi pemeluk agama lain untuk sama-sama membangun negara Indonesia.

    Apabila mendalami ajaran Islam, kita juga menemukan berbagai landasan hukum baik Al-Quran maupun Al Hadits serta catatan sejarah yang menunjukan sikap moderat sebagai sikap yang menjadi jiwa dalam beragama. Sebagai contoh dalam surat Al Baqarah: 143 dinyatakan bahwa umat Islam disebut sebagai ummatan washaton atau umat pertengahan, atau ummat moderat.  Dalam ayat lain (Al Qashash: 77) Allah mengingatkan manusia agar mencari anugerah Allah berupa kebahagiaan akhirat, tetapi jangan melupakan kehidupan dunia. Dan satu ayat paling populer terkait moderasi beragama adalah Surat al Kafirun ayat 6, “Bagimu agamamu dan bagiku agamamu.

    Mencermati sejarah berdirinya NKRI, mencermati sejarah dan landasan hukum Islam, maka jika mengalamatkan radikalisme kepada agama Islam tampaknya salah alamat, adapun beberapa kasus yang terjadi seperti bom Marriot, kejadian 911 atau bom bunuh diri, selain jumlah perbandingannya oknum yang melakukannya cukup kecil dibanding jumlah umat muslim di dunia, dan tidak dapat menjadi bukti sebagai ajaran agama Islam. Namun demikian api kecil apabila dibiarkan dapat menjadi lebih besar, maka memperkecil kemungkinan pemahaman yang keliru tentang ajaran Islam dapat menjadi salah satu pendorong pentingnya isu moderasi beragama.

    Pertanyaannya, apakah moderasi beragama penting diajarkan sejak usia dini?

    Anak usia dini mempersepsi lingkungan sesuai dengan pengalamannya. Apabila pengalaman belajar dan interaksi lingkungan cenderung menghendaki persamaan, dan tidak toleran dengan perbedaan, tentu akan membentuk pengalaman bahwa perbedaan adalah suatu bahaya, berbeda dengan orang lain adalah pengalaman yang tidak mengenakkan. Melihat orang lain berbeda menjadi masalah. Sebagai contoh, dimulai dari pembiasaan kostum yang seragam, kegiatan yang seragam, hasil kegiatan yang sama, respons guru yang mengomentari ketidak seragaman, menjadi pengalaman awal bahwa seragam itu penting, dan beragam adalah hal yang aneh dan tidak biasa.

    Moderasi adalah sikap, cara berpikir, cara pandang dan tindakan yang dialami dan dirasakan, bukan sekedar materi yang perlu dihafalkan dan dinasihatkan. Lebih jauh lagi, moderasi beragama adalah tahap berikutnya yang sejalan dengan sikap moderat, cara berpikir yang terbuka, dan tindakan yang toleran, yang akan tertanam dengan baik apabila dialami dan dimulai dalam interaksi sehari-hari.

    Apabila  guru PAUD sudah sukses menyelenggarakan pendidikan yang berpusat pada anak, menghargai setiap perbedaan karya dan pendapat anak, memberi kesempatan kepada anak untuk menentukan kegiatannya sendiri, menuangkan karya sesuai idenya sendiri, terbiasa berbeda dalam mewujudkan suatu karya, maka dapat dipastikan secara tidak langsung itu merupakan modal awal bagi penanaman sikap moderat dalam beragama.

    Sebaliknya apabila guru senantiasa menyeragamkan kegiatan, merespons negatif terhadap perbedaan (hal kecil seperti salah kostum), mengkondisikan anak agar seragam dalam cara membuat karya, menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber atau panduan dalam berkarya, tetapi di saat yang lain menasihatkan atau menjelaskan tentang pentingnya toleransi beragama, dan menanamkan toleransi beragama sebagai suatu materi khusus, tentu tidak akan berhasil menanamkan sikap moderat dalam beragama, karena sesungguhnya ia tidak memberi pengalaman toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

    So, dari uraian di atas, perlukah moderasi beragama di satuan PAUD? What do you think?

     

     

    Kreator : Iis Rodiah

    Bagikan ke

    Comment Closed: PERLUKAN MODERASI BERAGAMA DI PAUD?

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021