Penulis : Kak Dicky (Member KMO Alineaku)
Hari itu Robi Kancil sedang berjalan-jalan, mengelilingi hutan untuk mencari makanan. Namun di dalam perjalanan itu Robi bertemu Ura Kera. Betapa riangnya Ura saat bertemu Robi.
“Hei, Kawan! Nampaknya kamu bahagia sekali pagi ini?” tanya Ura.
“Tentu saja karena aku ingin mengunjungi kawanku,” jawab Robi.
“Siapa kawanmu itu?” Ura memastikan.
“Kawanku itu Bau-bau!”
“Maksudmu Bau-bau si Kerbau itu! Dia pasti sangat sibuk dan tidak punya waktu untuk bermain denganmu! Jadi lebih baik bermain saja denganku saja dan kita bisa bermain-main ke atas pohon,” pungkas Ura.
“Aku tidak bisa memanjat pohon! Jadi lebih baik kamu bermain sendiri saja!” tukas Robi sedikit kesal.
“Oya, aku lupa! Maaf, jika begitu aku ikut saja bersamamu,” Ura langsung lompat ke punggung Robi.
“Hei, mengapa kamu di atas punggungku bukankah kamu bisa berjalan sendiri. Cepat turunlah dari punggungku,” perintah Robi.
“Sudahlah Kawan jangan marah. Lagi pula apa salahnya kamu sedikit membantuku,” kata Ura.
“Tapi aku bukan kendaraanmu jadi jangan mengusikku,” Robi memberitahukan kembali.
“Baiklah, dasar pelit sekali! Aku turun sekarang!” kesal Ura pada Robi.
Mereka pun akhirnya memutuskan berjalan bersama-bersama. Tidak lama kemudian sampailah di tempat Bau-bau.
Dengan bertemunya Bau-bau betapa senangnya Robi. Akhirnya mereka pun saling berbagi cerita. Tapi, tunggu…! Tunggu Robi mengajak siapa itu? Bau-bau pun terheran-heran.
Bau-bau pun merasa aneh pada Robi. Tidak biasanya Robi datang bersama Ura. Karena Bau-bau melihat Robi datang bersamaan. Maka Bau-bau mencoba menyapa mereka dan ingin bertanya pada Robi. Kenapa Robi kompak sekali berjalan dengan Ura saat itu.
“Hai, Kawan! Hari ini tidak biasanya kamu bersama Ura biasanya selalu sendirian,” tanya Bau-bau.
“Sebenarnya aku ingin sendirian datang kesini. Tapi Ura ingin ikut dan mau bermain bersama kita,” jawab Robi.
“Oh, tidak masalah itu, Kawan! Ayo kita pergi ke taman sana untuk melihat pemandangan yang indah” ajak Bau-bau. Setelah Robi tiba dan memberitahukan kenapa Ura bersama dengannya pada Bau-bau.
“Ayo, tunggu apalagi,” seru Ura agar cepat permainan dimulai. Ura pun langsung menaiki punggung Bau-bau.
“Hei, Ura! Kamu jangan menaiki punggung kawanku. Cepat turun itu tidak baik!” pangkas Robi.
“Tidak masalah, Robi! Asal ia tidak menganggu saja,” jawab Bau-bau.
“Iya sudah, Kawan! Tapi nanti kamu akan kesal melihat kelakuannya,” kata Robi mengingatkan.
Selama perjalanan Ura sangat usil. Terus menerus menarik telinga dan kepala Bau-bau. Namun Bau-bau telah mengingatkan Ura untuk berhenti mengusiknya. Tapi diabaikannya oleh Ura. Hingga pada akhirnya Bau-bau mulai kesal dan melempar Ura sampai sangat jauh, karena telah habis kesabarannya pada Ura jadi Bau-bau secara spontan melakukan ini pada Ura.
“Aduh sakit sekali tubuhku,” Ura kesakitan.
“Itu hasil perbuatanmu sendiri Kawan! Aku sudah ingatkan tadi jadi terima sajalah akibatnya itu,” pangkas Robi.
“Ayo cepat bantu aku jangan hanya bicara saja” teriak Ura saat ia terlempar jauh.
“Maafkan aku karena kamu terlalu mengusikku. Jadi tanpa sadar aku melakukan ini,” sesal Bau-bau
“Tidak perlu disesali, Bau-bau! Ia memang pantas mendapatkan semua ini karena keusilannya sendiri,” jawab Robi.
“Ayo, Kawan kita bantu dirinya,” ajak Bau-bau.
“Baiklah! Mari kita bawa Ura ke punggungku saja” jawab Robi.
Tetapi dengan rasa menyesal Bau-bau terlihat sedih karena takut kondisi Ura terluka berat. Maka Bau-bau dan Robi pun segera memeriksa tubuh Ura karena mereka ingin memastikan apakah ada luka atau tidak.
Tapi karena keusilannya sehingga Ura harus mengalami kesakitan yang membuat dirinya terluka. Namun dengan cara seperti itu akan membuat Ura sadar untuk tidak mengusik dan menganggu siapapun lagi. Karena itu jugalah yang membuat Ura kehilangan dan di jauhi teman-temannya. Tapi beruntung Ura memiliki teman seperti Robi dan Bau-bau yang senantiasa mengerti dan memaklumi perilaku temannya itu.
Akhirnya setelah kejadian itu mereka pun semua dapat saling memaafkan dengan hidup rukun, damai dan saling bersahabat dengan baik. Tanpa saling mengusik dan menganggu satu sama lain lagi. Itulah yang namanya bersahabat bisa saling memaafkan dan memahami satu dengan yang lainnya.
Kalau begitu, apakah kamu seperti kami bilang ada yang salah saling memaafkan dan memahami? Kami harap demikian ya Kawan! Karena persahabatan itu lebih penting dari segalanya.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Persahabatan yang Sebenarnya
Sorry, comment are closed for this post.