Kisah satu rombongan umroh yang menertawakan rombongan lain
Dalam 1 rombongan dari Jakarta, terdapat sekitar 20 orang. Aida (20 th), Helen (35 th) dan Rina (24 th). Tiga Perempuan ini mendapatkan kamar yang sama di sebuah hotel bintang 5 di Mekah, saat umroh pertama kali. Aida, adalah mahasiswa jurusan tarbiyah, berasal dari keluarga ulama cukup dikenal di Jakarta Selatan. Helen, wanita muda cantik yang berprofesi sebagai wirausaha, ia umroh bersama suaminya. Tujuan umrohnya. Salah satu tujuan umrohnya, adalah memohon doa, karena sudah bertahun-tahun berumah tangga belum diberikan momongan. Rina, pekerja di bidang kreatif.
Ini bukan pertama kali mereka bertemu, karena sebelumnya, sudah kenalan saat manasik umroh. Jadi, walaupun masih baru, tidak terlalu canggung. Sebagai jamaah, yang usianya lebih tua, Helen cukup handal memberikan arahan, tidak terkesan sok dan ramah. Apalagi punya kemampuan negosiasi dan komunikasi yang baik, bicara dengan Helen sangat seru dan mengasyikkan. “Eh, aku ini orangnya resik loh. Paling gak suka lihat-lihat yang kotor, lantai berdebu di rumah. Ujar helen sambil meletakkan kaus kaki berkasnya di atas sofa. Aida dan Rina saling menatap, namun tidak berani mengatakan sesuatu.
Karena merasa sudah diultimatum oleh Helen, Aida dan Rina jadi lebih berhati-hati dengan keadaan kamar, mereka berusaha kamar selalu bersih dan rapi. Tapi entah mengapa, kaus kaki bekas Helen, masih bertengger di atas sofa. Aida dan Rina, tidak berani membersihkan atau menyimpannya, karena khawatir Helen tersinggung.
Suatu ketika, usia pulang sholat dari Masjidil Haram, mereka bertemu dengan 2 orang jamaah wanita asal Malaysia. Kedua jamaah ini sepertinya kesulitan membuka pintu kamar. Helen kemudian berinisiatif membantu, “Makcik, let me help you,” ujarnya ramah. Dan berkat bantuan Helen, pintu kamar jamaah tersebut terbuka. “Kenapa mba?” tanya Aida. “Biasa, orangtua, bingung, gimana buka pintunya, kan pakai kartu, hehehe,” kata Helen. “Emang bingung sih, kita aja yang muda sering bingung, apalagi yang tua.” Ujar Rina menimpali. Ketiga wanita ini tertawa bersama, hingga sampailah mereka pada kamar mereka. Kebetulan, Aida yang memegang pintu kunci pintu.
Ketika Aida ingin membuka pintu kamar, kamar tidak bisa terbuka. Helen, mengambil alih. Tapi tetap gagal. Rina juga mencoba dan hasilnya sama, pintu kamar tidak terbuka. Akhirnya Rina harus ke resepsionis dan melaporkan hal tersebut, untuk mendapatkan kunci yang baru. Setelah, menunggu sekitar 15 menit, pintu kamar baru terbuka.
Di dalam kamar, mereka memperbanyak istighfar. “Gara-gara ngetawain orangtua, kita malah kena batunya, Kata Helen. “Iya y amba, gak boleh sembarangan, walau niatnya baik. Masih ada unsur ngeledek,” sahut Rina. “Ya Allah, maaf ya Allah, gak Maksud meledek,” timpal Aida.
“Di sini kita beneran gak boleh macem-macem, langsung di balas. Astagfirullah,” ujar Helen, sambil buka kaus kaki dan meletakkan di atas sofa bersama kaus kaki yang sebelumnya. Rina, menatap Helen. “Bener mba, kayak kemaren ada yang bilang saya mah resik orangnya, gak seneng ada yang berantakan. Eh, Taunya simpen kaus kaki di atas sofa, hehehe.”
Helen menatap kaus kaki yang sudah dekil di atas sofa, lalu tertawa. “Hehehe, iya ya, aku kemaren ngomong begitu ya. Aduh, maaf. Tapi beneran loh, kalo di rumah aku ini resik banget, kenapa di sini jadi begini ya?.” Setelah diskusi dengan muthawif, rombongan pun menyadari, hal-hal kecil yang terbesit di hati, juga akan mendapatkan balasan. Sebab itu harus berhati-hati yang memperbanyak istighfar.
Kreator : Nurhablisyah
Comment Closed: Pertama Kali Umroh Langsung Dapat Balasan
Sorry, comment are closed for this post.