PART 2 Di MANSION
“Ia betul, bi siti kerja disini”. Jawab laki-laki itu.
lalu laki-laki itu ingat dengan pesan bi siti padanya, kemarin sore, bahwa hari ini akan ada saudaranya yang datang.
“Apa nona saudaranya bi sti?” tanya laki-laki itu memastikan.
“kenapa bi siti, bilang kalau aku adalah saudaranya? Kalau aku bilang iya berarti aku bohong, dong”. Batin Aisyah
“Nona…nona” laki-laki itu memanggil Aisyah, yang malah bengong.
“Oh i-iya pa, saya saudaranya bi siti”, jawab Aisyah dengan sedikit ragu.
“Baik, kalau begitu, nona ikut saya”,
laki-laki itu meminta Aisyah untuk mengikutinya. Aisyah hanya menganggukan kepalanya dan mengikuti laki-laki itu dari belakang.
Pintu gerbang kembali terbuka otomatis, ketika mereka masuk. Laki-laki itu membawa Aisyah ke pos jaga yang ada di sebelah kiri gerbang, ternyata laki-laki ini adalah penjaga rumah ini.
“Nona, tunggu disini sebentar”.
laki-laki itu masuk ke dalam pos, Aisyah melihat laki-laki itu menelpon seseorang lewat interkom yang terpasang di pos tersebut. Tidak lama kemudian laki-laki itu menghampiri Aisyah kembali.
“Nona tunggu disini, sebentar lagi bi siti datang”, ucap laki-laki itu.
“Baik pa…terima kasih”, jawab Aisyah dengan menganggukan kepalanya.
Kemudian laki-laki itu masuk kembali kedalam pos. sementara Aisyah duduk di kursi besi yang berada tidak jauh dari pos jaga itu.
Tidak lama kemudian, dari kejauhan terlihat seorang perempuan paruh baya, memakai daster batik khas jawa barat, tersenyum lebar, berjalan menuju Aisyah.
Begitu melihat ada perempuan yang berjalan kearahnya, Aisyah tau siapa perempuan itu, dia beranjak dari duduknya dan langsung berlari ke arah perempuan itu.
“Assalaamu’alaikum bi siti”, teriak Aisyah dan memeluk bi siti.
“Wa’alaikumussalam, Ay”,
panggilan sayang bi siti pada Aisyah. Bi siti memegang kedua pipi Aisyah lalu mencium kening Aisyah.
Aisyah sudah dianggap seperti anaknya sendiri oleh bi siti. Pernikahannya dengan mang ujang, suaminya, menginjak 30 tahun pernikahan, bi siti belum dikaruniai anak.
Begitu juga dengan Aisyah, dia menganggap bi siti seperti ibunya sendiri, karena bi siti adalah tetangga satu-satunya yang peduli padanya selama ini.
“Ayo kita masuk, Ay”,
Ajak bi siti, sambil menggandeng tangan Aisyah.
“Baik, bi siti…ayo”, jawab Aisyah manja dan merangkul pinggang bi siti.
Jarak dari pintu gerbang ke rumah utama, membutuhkan waktu 5 menit dengan berjalan kaki. Sepanjang jalan menuju rumah, dikanan kiri terhampar rumput hijau sejauh mata memandang. Nampak disebelah kanan danau yang tertutup bunga teratai yang indah. pohon cemara juga ikut menghiasi hamparan rumput hijau itu. Disepanjang bahu jalan, kanan kirinya berdiri kokoh pohon palem, dengan di bawahnya terpasang kursi taman, menambah kesan hangat dan romantis. Membuat takjub siapapun yang berada disitu, termasuk Aisyah.
“MasyaAllah…”,
Aisyah berlari menuju kursi taman yang berada di depan mereka, lalu mengelilinya dan duduk. Terlihat dari mata Aisyah, perasaan bahagia dan takjub.
Bi Siti mendekati Aisyah dan duduk disebelahnya, bi Siti bahagia melihat Aisyah tersenyum bahagia seperti itu. Bi siti meraih dagu Aisyah dan mengarahkannya krhadapan bi Siti.
“Kamu tersenyum Ay…hari ini bibi melihat kembali senyum manismu, senyum yang sudah lama menghilang dari wajah cantik ini”.
bi Siti menggoda dengan mencubit pipi Aisyah yang tertutup cadar. Walaupun wajah Aisyah tertutup oleh cadar, namun senyum Aisyah tetap bisa terlihat, dari matanya menyipit.
“Iiih…bi SIti sakiiit”, Jawab Aisyah, manja.
Kebersamaan mereka, membuat mereka lupa dengan tujuan Aisyah, sampai akhirnya datang pa Asep suami dari bi Siti Yang juga bekerja di rumah mewah ini.
“eeeh, ari ibu lagi apa disini? Aisyah bukannya langsung dibawa ke rumah, ini malah asyik ngobrol, ini sudah waktunya nyonya Lia makan”, tegas pa Asep.
“Pa Asep, jangan marahin bi siti, ini salah Aisyah ko pa”, ucap Aisyah lembut dengan memeluk pinggang bi siti dan kepala bersandar kebahu bi Siti.
“Mana berani pa Asep marah sama bi Siti, karena kalau pa Asep marah sama bi Siti, nanti pa Asep ngga dapat jatah makan”, bisik pa Asep pada Aisyah yang masih bisa didengar oleh bi Siti.
“ooh, begitu ya, berani ngadu…mentang-mentang ada anaknya,ayo masuk nanti tuan Baran marah”,balas bi Siti sambil menarik lengan suaminya dan meninggalkan Aisyah.
Aisyah menggeleng-gelengkan kepala dan tersenyum melihat keharmonisan bi Siti dan pa Asep. Sadar sudah tertinggal jauh,berlari menyusul bi Siti dan pa Asep.
“Bi Sitiiii…kalian tega ya, ninggalin Ay”, teriak Aisyah.
Akhirnya mereka berjalan saling bergandengan menuju rumah utama.
******
Teman Kecil Yang Menggemaskan
Di mansion, bi Siti membawa Aisyah masuk, sementara pa Asep menuju halaman belakang, meneruskan pekerjaan yang tertunda karena harus menyusul bi Siti.
“Ay…tunggu sebentar disini, bi Siti mau telpon dulu tuan Baran”, bi Siti meninggalkan Aisyah sendiri diruang tamu,melangkah menuju dapur, hendak mengambil handphone yang ia tinggalkan tadi.
Aisyah duduk di salah satu sofa, sambil mengecek handphonenya, khawatir ada pesan masuk.
Diruangan lain, seorang perempuan sedang berlari mengejar anak laki-laki.
“Tuan muda tunggu…ayo makan dulu”, teriak Linda sambil membawa piring di tangannya.
“Aku ngga mau makan”,teriak Riyan berlari menghindari Linda yang dari tadi memaksanya untuk makan.
Riyan berlari menyusuri setiap ruangan, namun saat diruang tamu, Riyan mendadak berhenti, karena melihat Aisyah.
“Hei…kamu mau main petak umpet ngga?,
Aisyah kaget mendengar ada suara anak kecil di depannya,belum sempat Aisyah menjawab pertanyaan Riyan, tiba-tiba Riyan menarik tangan Aisyah ke belakang sofa.
“Kita sembunyi, ada bi Linda”, ucap Riyan dengan suara berbisik.
Tanpa bisa menolak, Aisyah terpaksa mengikuti Riyan sembunyi di belakang sofa.
“Bi Linda, itu siapa?,
Tanya Aisyah pelan, mengikuti cara bicara Riyan yang berbisik padanya.
Namun Riyan langsung membekam mulut Aisyah yang tertutup cadar itu, bersamaan dengan terdengarnya suara Linda yang memanggilnya.
“Tuan muda…tuan muda…”,
Linda terus memanggil-manggil Riyan. Linda tidak mau selalu kena amarah oleh Baran, gara-gara Riyan pernah sakit karena tidak makan.
Linda mencari kesemua ruangan, namun Riyan tidak juga ditemukan. sampai diruang tamu, Linda berdiri dan mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruang tamu itu. Linda tidak menemukan Riyan disana, Lindapun pergi dan kembali memanggil-manggil Riyan.
“Bibi Lindanya sudah pergi”.
Ucap Riyan, melepaskan tangannya dari mulut Aisyah.
“Tuan muda, sedang main petak umpet dengan perempuan tadi? Tanya Aisyah dengan lembut.
“Iya…Iyan ngga mau makan, jadi Iyan sembunyi, kamu main petak umpet juga?” Tanya Riyan dengan wajah polosnya yang menggemaskan.
“Hehehe, aku tidak sedang main petak umpet, aku sedang menunggu bi Siti”, jawab Aisyah sambil mencolek hidung Riyan.
“Kalau tidak main petak umpet, kenapa wajahnya ditutup pake kain?’.sambung Riyan sambil menunjuk kain cadar Aisyah.
Pertanyaan polos dari anak usia 3 tahun ini, membuat Aisyah tertawa gemas, sambil mencubit pipi Riyan, Aisyah menjawab pertanyaan Riyan .
“hahaha…ini namanya niqab atau cadar. Untuk menutupi sebagian wajahku, bukan mau petak umpet”. Jawab Aisyah dengan gaya bicara mengikuti Riyan.
“Tapi, kenapa wajahnya harus ditutupi kain?, tanya Riyan kembali, penasaran.
Pertanyaan Riyan membuat Aisyah bingung untuk menjelaskannya, karena usia Riyan yang belum cukup untuk bisa mengerti, butuh penjelasan yang sederhana.
“Hmmm…aku memakai cadar, untuk menjaga diri saja, tuan muda”.
“Eh…kita kan belum kenalan” Aisyah mencoba mengalihkan pembicaraan, agar Riyan tidak focus pada cadarnya.
“Aku, Aisyah”, ucapnya, sambil menyodorkan tangan sebagai perkenalan.
Riyan hanya terdiam menatap Aisyah, dia baru sadar kalau dia sedang berbicara dengan orang asing, dia teringat perkataan Baran , bahwa dia tidak boleh dekat dan bicara dengan orang asing.
“Orang asing itu jahat, tidak boleh dekat dan tidak boleh bicara dengannya”. Gumam Riyan, mengulang apa yang selalu Baran katakan padanya.
Riyan bergeser, duduknya sedikit menjauh dari Aisyah lalu membelakangi Aisyah.
Aisyah heran melihat sikap Riyan yang tiba-tiba berubah, namun melihat hal itu, terlintas dibenak Aisyah untuk menggoda Riyan.
Kreator : Asri Iwama
Comment Closed: PESONA AISYAH Part 2
Sorry, comment are closed for this post.