KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » PESONA AISYAH Part 2

    PESONA AISYAH Part 2

    BY 03 Sep 2024 Dilihat: 175 kali
    PESONA AISYAH_alineaku

    PART 2 Di MANSION

    “Ia betul, bi siti kerja disini”. Jawab laki-laki itu.

    lalu laki-laki itu ingat dengan pesan bi siti padanya, kemarin sore, bahwa hari ini akan ada saudaranya yang datang.

         “Apa nona saudaranya bi sti?” tanya laki-laki itu memastikan.

         “kenapa bi siti, bilang kalau aku adalah saudaranya? Kalau aku bilang iya berarti aku bohong, dong”. Batin Aisyah 

         “Nona…nona” laki-laki itu memanggil Aisyah, yang malah bengong.

         “Oh i-iya pa, saya saudaranya bi siti”, jawab Aisyah dengan sedikit ragu.

        “Baik, kalau begitu, nona ikut saya”, 

    laki-laki itu meminta Aisyah untuk mengikutinya.  Aisyah hanya menganggukan kepalanya dan mengikuti laki-laki itu dari belakang.

    Pintu gerbang kembali terbuka otomatis, ketika mereka masuk. Laki-laki itu membawa Aisyah ke pos jaga yang ada di sebelah kiri gerbang, ternyata laki-laki ini adalah penjaga rumah ini.

         “Nona, tunggu disini sebentar”.

     laki-laki itu masuk ke dalam pos, Aisyah melihat laki-laki itu menelpon seseorang lewat interkom yang terpasang di pos tersebut. Tidak lama kemudian laki-laki itu menghampiri Aisyah kembali.

         “Nona tunggu disini, sebentar lagi bi siti datang”, ucap laki-laki itu.

         “Baik pa…terima kasih”, jawab Aisyah dengan menganggukan kepalanya.

    Kemudian laki-laki itu masuk kembali kedalam pos. sementara Aisyah duduk di kursi besi yang berada tidak jauh dari pos jaga itu.

    Tidak lama kemudian, dari kejauhan terlihat seorang perempuan paruh baya, memakai daster batik khas jawa barat, tersenyum lebar, berjalan menuju Aisyah.     

    Begitu melihat ada perempuan yang berjalan kearahnya,  Aisyah tau siapa perempuan itu, dia beranjak dari duduknya dan langsung berlari ke arah perempuan itu.

         “Assalaamu’alaikum bi siti”, teriak Aisyah dan memeluk bi siti. 

         “Wa’alaikumussalam, Ay”, 

    panggilan sayang bi siti pada Aisyah. Bi siti memegang kedua pipi Aisyah  lalu mencium kening Aisyah.

         Aisyah sudah dianggap seperti anaknya sendiri oleh bi siti. Pernikahannya dengan mang ujang, suaminya, menginjak 30 tahun pernikahan, bi siti  belum dikaruniai anak. 

         Begitu juga dengan Aisyah, dia menganggap bi siti seperti ibunya sendiri, karena bi siti adalah tetangga satu-satunya yang peduli padanya selama ini.

         “Ayo kita masuk, Ay”, 

    Ajak bi siti, sambil menggandeng tangan Aisyah.

         “Baik, bi siti…ayo”, jawab Aisyah manja dan merangkul pinggang  bi siti.

         Jarak dari pintu gerbang ke rumah utama, membutuhkan waktu 5 menit dengan berjalan kaki. Sepanjang jalan menuju rumah, dikanan kiri terhampar rumput hijau sejauh mata memandang. Nampak disebelah kanan danau yang tertutup bunga teratai yang indah. pohon cemara juga ikut  menghiasi hamparan rumput hijau itu. Disepanjang bahu jalan, kanan kirinya berdiri kokoh pohon palem, dengan di bawahnya terpasang kursi taman, menambah kesan hangat dan romantis. Membuat takjub siapapun yang berada disitu, termasuk Aisyah.

         “MasyaAllah…”,

    Aisyah berlari menuju kursi taman yang berada di depan mereka, lalu mengelilinya dan duduk. Terlihat dari mata Aisyah, perasaan bahagia dan takjub.

    Bi Siti mendekati Aisyah dan duduk disebelahnya, bi Siti bahagia melihat Aisyah tersenyum bahagia seperti itu. Bi siti meraih dagu Aisyah dan mengarahkannya krhadapan bi Siti.

         “Kamu tersenyum Ay…hari ini bibi melihat kembali senyum manismu, senyum yang sudah lama menghilang dari wajah cantik ini”.

     bi Siti menggoda dengan mencubit pipi Aisyah yang tertutup cadar. Walaupun wajah Aisyah tertutup oleh cadar, namun senyum Aisyah tetap bisa terlihat, dari matanya menyipit.

         “Iiih…bi SIti sakiiit”, Jawab Aisyah, manja.

    Kebersamaan mereka, membuat mereka lupa dengan tujuan Aisyah, sampai akhirnya datang pa Asep suami dari bi Siti Yang juga bekerja di rumah mewah ini.

         “eeeh, ari ibu lagi apa disini?  Aisyah bukannya langsung dibawa ke rumah, ini malah asyik ngobrol, ini sudah waktunya nyonya Lia makan”, tegas pa Asep.

         “Pa Asep, jangan marahin bi siti, ini salah Aisyah ko pa”, ucap Aisyah lembut dengan memeluk pinggang bi siti dan kepala bersandar kebahu bi Siti.

         “Mana berani pa Asep marah sama bi Siti, karena kalau pa Asep marah sama bi Siti, nanti pa Asep ngga dapat jatah makan”, bisik pa Asep pada Aisyah yang masih bisa didengar oleh bi Siti.

         “ooh, begitu ya, berani ngadu…mentang-mentang ada anaknya,ayo masuk nanti tuan Baran marah”,balas bi Siti sambil menarik lengan suaminya dan meninggalkan Aisyah. 

         Aisyah menggeleng-gelengkan kepala dan tersenyum  melihat keharmonisan bi Siti dan pa Asep. Sadar sudah tertinggal jauh,berlari menyusul bi Siti dan pa Asep.

         “Bi Sitiiii…kalian tega ya, ninggalin Ay”, teriak Aisyah.

         Akhirnya mereka berjalan saling bergandengan menuju rumah utama.

     

    ******

     

    Teman Kecil Yang Menggemaskan

         Di mansion, bi Siti membawa Aisyah masuk, sementara pa Asep menuju halaman belakang, meneruskan pekerjaan yang tertunda karena harus menyusul bi Siti.

         “Ay…tunggu sebentar disini, bi Siti mau telpon dulu tuan Baran”, bi Siti meninggalkan Aisyah sendiri diruang tamu,melangkah menuju dapur, hendak mengambil handphone yang ia tinggalkan tadi. 

         Aisyah duduk di salah satu sofa, sambil mengecek handphonenya, khawatir ada pesan masuk.

         Diruangan lain, seorang perempuan sedang berlari mengejar anak laki-laki.

         “Tuan muda tunggu…ayo makan dulu”, teriak Linda sambil membawa piring di tangannya.

         “Aku ngga mau makan”,teriak Riyan berlari menghindari Linda yang dari tadi memaksanya untuk makan. 

    Riyan berlari menyusuri setiap ruangan, namun saat diruang tamu, Riyan mendadak berhenti, karena melihat Aisyah.

         “Hei…kamu mau main petak umpet ngga?, 

         Aisyah kaget mendengar ada suara anak kecil di depannya,belum sempat Aisyah menjawab pertanyaan Riyan, tiba-tiba Riyan menarik tangan Aisyah ke belakang sofa.

         “Kita sembunyi, ada bi Linda”, ucap Riyan dengan suara berbisik.

    Tanpa bisa menolak, Aisyah terpaksa mengikuti Riyan sembunyi di belakang sofa.

         “Bi Linda, itu siapa?,

     Tanya Aisyah pelan, mengikuti cara bicara Riyan yang berbisik padanya.

    Namun Riyan langsung membekam mulut Aisyah yang tertutup cadar itu, bersamaan dengan terdengarnya suara Linda yang memanggilnya.

         “Tuan muda…tuan muda…”,

    Linda terus memanggil-manggil Riyan. Linda tidak mau selalu kena amarah oleh Baran, gara-gara Riyan pernah sakit karena tidak makan.

    Linda mencari kesemua ruangan, namun Riyan tidak juga ditemukan. sampai diruang tamu, Linda berdiri dan mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruang tamu itu. Linda tidak menemukan Riyan disana, Lindapun pergi dan kembali memanggil-manggil Riyan.

         “Bibi Lindanya sudah pergi”.

    Ucap Riyan, melepaskan tangannya dari mulut Aisyah.

         “Tuan muda, sedang main petak umpet dengan perempuan tadi? Tanya Aisyah dengan lembut.

         “Iya…Iyan ngga mau makan, jadi Iyan sembunyi, kamu main petak umpet juga?” Tanya Riyan dengan wajah polosnya yang menggemaskan.

         “Hehehe, aku tidak sedang main petak umpet, aku sedang menunggu bi Siti”, jawab Aisyah sambil mencolek hidung Riyan.

         “Kalau tidak main petak umpet, kenapa wajahnya ditutup pake kain?’.sambung Riyan sambil menunjuk kain cadar Aisyah.

    Pertanyaan polos dari anak usia 3 tahun ini, membuat Aisyah tertawa gemas, sambil mencubit pipi Riyan, Aisyah menjawab pertanyaan Riyan .

         “hahaha…ini namanya niqab atau cadar. Untuk menutupi sebagian wajahku, bukan mau petak umpet”. Jawab Aisyah dengan gaya bicara mengikuti Riyan.

         “Tapi, kenapa wajahnya harus ditutupi kain?, tanya Riyan kembali, penasaran.

    Pertanyaan Riyan membuat Aisyah bingung untuk menjelaskannya, karena usia Riyan yang belum cukup untuk bisa mengerti, butuh penjelasan yang sederhana.

         “Hmmm…aku memakai cadar, untuk menjaga diri saja, tuan muda”.

          “Eh…kita kan belum kenalan” Aisyah mencoba mengalihkan pembicaraan, agar Riyan tidak focus pada cadarnya.

         “Aku, Aisyah”, ucapnya, sambil menyodorkan tangan sebagai perkenalan.

    Riyan hanya terdiam menatap Aisyah, dia baru sadar kalau dia sedang berbicara dengan orang asing, dia teringat perkataan Baran , bahwa dia tidak boleh dekat dan bicara dengan orang asing. 

         “Orang asing itu jahat, tidak boleh dekat dan tidak boleh bicara dengannya”. Gumam Riyan, mengulang apa yang selalu Baran katakan padanya.

    Riyan bergeser, duduknya sedikit menjauh dari Aisyah lalu membelakangi Aisyah.

     

         Aisyah heran melihat sikap Riyan yang tiba-tiba berubah, namun melihat hal itu, terlintas dibenak Aisyah untuk menggoda Riyan.

     

     

    Kreator : Asri Iwama

    Bagikan ke

    Comment Closed: PESONA AISYAH Part 2

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021