“Mama, kenapa aku harus pakai ini terus?” tanya Beni sambil menarik-narik maskernya. Beni merasa mengenakan masker itu terasa aneh dan gerah di wajahnya.
“Karena ada virus jahat yang suka bersembunyi di udara, Nak.” jawab Mama sambil tersenyum lembut. “Masker ini seperti perisai yang akan melindungi diri kita.”
Kening Beni berkerut. “Virus jahat?”
Dia membayangkan virus itu sebagai monster kecil yang suka menggigit hidung.
“Apa virusnya mirip ulat bulu?” Beni masih penasaran. Mama tertawa kecil.
“Bukan begitu, sayang. Virus itu sangat kecil bahkan tak dapat dilihat dengan mata telanjang.”
Sejak saat itu Beni mulai membayangkan virus sebagai musuh bebuyutannya.
Sebagai musuh bebuyutan, Beni menamai virus itu “Si Ulat Hidung”. Beni menganggap virus itu suka bersembunyi di dalam hidung orang yang disukainya. Setiap kali akan keluar rumah dan dipakaikan masker oleh mamanya, Beni merasa dirinya seperti seorang jagoan yang sedang bersiap-siap untuk berperang melawan virus si ulat hidung.
Suatu hari, Beni dan teman-temannya bermain petak umpet di pekarangan rumahnya. Tiba-tiba Beni berteriak, “Aku menemukan sarang si Ulat Hidung!”
Teman-temannya langsung berlarian mendekati Beni. Ternyata yang di maksud sarang si ulat hidung itu adalah tumpukan daun kering di sudut pekarangan rumahnya. Lalu, mereka pun sepakat untuk membakar sarang Si Ulat Hidung itu.
“Horeee…. kita menang!” seru Beni sambil meloncat kegirangan. Beni seakan telah membakar habis virus si ulat hidung musuh bebuyutannya.
Ternyata, virus Si Ulat Hidung tidaklah semudah itu untuk dikalahkan. Karena beberapa hari kemudian terdengar kabar banyak orang-orang yang tumbang dan sakit. Berita itu semakin santer terdengar dimana-mana, bahkan masuk dalam berita setiap harinya. Beni dan teman-temannya pun harus selalu berada dalam rumah dan tidak di izinkan untuk bermain di luar rumah apalagi jika harus pergi ke sekolah. Karena ada pengumuman dari pemerintah yang melarang siapapun untuk bepergian ataupun keluar rumah.
Mengapa Si Ulat Hidung masih ada, bahkan dia ada dimana-mana, gumam Beni sedih. Mama lalu menjelaskan bahwa virus itu sangat pintar dan bisa berubah bentuk, kita manusia tidak bisa mendeteksi keberadaanya di mana, tapi ia ada di mana saja, karena itu kita harus menggunakan masker ke mana pun, selalu waspada dan mentaati protokol Kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah. Beni Nampak kesal dan kecewa mendengarnya. Tapi ia tidak menyerah begitu saja. Ia lalu menghubungi teman-temannya melalui ponsel orangtua mereka masing-masing dan mengajak mereka untuk membuat poster-poster lucu tentang bagaimana cara untuk menghindari virus dan penyebarannya. Beni dan teman-temannya juga membuat video pendek yang berisi pesan-pesan positif dan penuh makna dibawah bimbingan orangtua nya masing-masing.
“Kita harus bersatu melawan si Ulat Hidung!” seru Beni saat Video Call dengan teman-temannya. Serentak suara teman-teman nya ikut menyuarakan kalimat yang sama.
“Ya, kita harus bersatu melawan si Ulat Hidung!”
Suara itu menggetarkan sudut kamar Beni. Mama Beni yang sedari tadi mengintip dari balik tirai kamarnya tersenyum haru.
“Semoga keadaan ini segera berlalu,” gumam Mama dalam hati.
Berkat kreativitas dan semangat juang yang tinggi dari Beni dan teman-temannya, pesan tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan semakin menyebar luas di kalangan tetangga dan teman-teman sekolah serta guru-guru. Kesadaran masyarakat pun semakin tinggi untuk bersama-sama menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Akhirnya si virus pun semakin tidak berdaya, pandemi pun mulai mereda.
Beni merasa sangat senang. Ia telah berhasil mengalahkan musuh bebuyutannya si Ulat Hidung, meskipun ia sendiri belum sempat untuk melihat bagaimana bentuk dan rupanya. Beni berkeyakinan bahwa sekecil apapun suatu bentuk kebaikan dan persatuan pasti akan menghasilkan kemenangan. Bravo, Beni si Jagoan Masker!!
Kreator : Aliyah Manaf
Comment Closed: Petualangan Beni Si Jagoan Masker
Sorry, comment are closed for this post.