KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Petualangan Ranran dan Rinrin

    Petualangan Ranran dan Rinrin

    BY 09 Jan 2023 Dilihat: 158 kali

    Penulis : Diyonisius Roch Ediyanto (Member KMO Alineaku)

    Ranran, seekor semut muda yang gagah perkasa berjalan menyusuri hutan rimba. Ia meninggalkan kampung halamannya. Ia ingin melupakan kesedihan dan luka hatinya. Ayah, ibu, dan adiknya terkubur hidup-hidup ketika terjadi tanah longsor di tempat tinggalnya bulan yang lalu. Bersama teman-temannya ia menggali tanah yang menimbun rumahnya. Ayah, ibu, dan adiknya ia temukan dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Ketiga jenazah itu ia makamkan berdampingan di kampung halamannya.

    ”Dulu di kampungku banyak pohon besar sehingga kampungku terasa sejuk. Pohon-pohon yang besar itu kini habis ditebangi oleh manusia. Kampungku menjadi gundul, gersang, dan panas. Manusia memang serakah! Setiap hari mereka menebangi pohon tetapi mereka tidak mau menanam. Mereka malas!” Kata Ranran sambil berjalan terus. ”Andaikan manusia tidak menghabiskan pohon-pohon besar di kampungku, tentu tidak akan terjadi tanah longsor yang merenggut semua keluargaku.”

    Ranran berjalan terus tanpa menghitung seberapa jauh perjalanan yang telah ia tempuh. Ia tidak mengeluh seberat apa pun medan yang dilaluinya. Ia berjalan dengan penuh harapan. Sampailah Ranran di sebuah padang rumput hijau yang indah. Di tempat itu ada mata air yang jernih. Ia lalu minum air itu sepuasnya. Ia juga mandi di sumber air itu. ”Terima kasih Tuhan. Engkau telah memberi minum kepadaku.” Kata Ranran.

    Ranran lalu mengisi tempat minumnya untuk bekal perjalanan selanjutnya. Ketika ingin meninggalkan mata air itu ia melihat setangkai bunga berwarna jingga di antara beraneka bunga. ”Tuhan aku suka bunga berwarna jingga itu. Izinkan aku untuk memetiknya.” Kata Ranran sambil berjalan memetik bunga jingga itu. ”Tuhan terima kasih, bungga jingga ini akan menemaniku di sepanjang perjalanan. Sertailah aku ya Tuhan di sepanjang perjalananku! Aku ingin berpetualangan mencari cinta.” Kata Ranran, lalu meninggalkan tempat indah itu. 

    Perjalanan Ranran semakin jauh. ”Ada apa di tempat yang indah itu? Mungkin pesta para semut.” Kata Ranran dalam hati. Ranran lalu mendekati tempat pesta itu.

    ”Selamat sore kawan, selamat datang di pesta ini. Perkenalkan namaku Semuto dan ini adikku biasanya dipanggil Ant. Lalu siapa namamu?” Tanya Semuto dengan ramah.

    ”Namaku Ranran.”

    ”Silakan masuk dan bergabung dengan teman-teman yang sedang bergembira. Tidak usah malu-malu, mari kita bersuka cita bersama-sama! Kita semua bersaudara.” Kata Semuto.

    ”Ya, kita semua bersaudara. Dalam persaudaraan itu ada  cinta kasih. Dalam persaudaraan itu ada pengampunan. Dan yang lebih penting, dalam persaudaraan itu penuh pengharapan.” Kata Ant. 

    ”Terima kasih sahabatku, kalian berdua telah menerima kedatanganku dengan penuh keakraban dan kegembiraan.” Kata Ranran.

    Ranran kini berada di tengah pesta. Berbagai makanan dan minuman tersedia di pesta itu. Siapa pun boleh makan dan minum dengan gratis. Di tengah keceriaan pesta itu Ranran melihat seekor semut cantik duduk menyendiri di sudut lokasi pesta itu. Ranran lalu mendekati semut cantik itu. 

    ”Selamat sore?” Kata  Ranran.

    ”Selamat sore juga.” Jawab Rinrin.

    ”Boleh aku duduk di sini?” Tanya Ranran.

    ”Silakan!”

    ”Perkenalkan namaku Ranran. Siapa namamu?”

    ”Namaku Rinrin.”

    ”Rumahmu di mana?” Tanya Ranran.

    ”Aku tidak mempunyai rumah. Rumahku hanyut terbawa banjir bulan yang lalu. Ayah, ibu, dan adikku hanyut terbawa banjir. Aku tidak tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati.” Kata Rinrin sambil mengusap air matanya yang menitik di pipi. ”Sejak peristiwa itu aku meninggalkan kampung halamanku. Aku ingin meninggalkan kesedihan dan luka hatiku. Aku berjalan terus menyusuri hutan rimba sambil mencari jawab. Aku ingin tahu di mana ayah, ibu, dan adikku. Kalau pun mereka sudah mati aku ingin tahu di mana jenazah mereka,” kata Rinrin. 

    ”Maafkan aku sahabat! Aku telah membuatmu sedih. Sebenarnya aku tidak bermaksud begitu. Aku ingin bersahabat denganmu,” kata Ranran.

    ”Tidak apalah. Mestinya aku berterima kasih kepadamu karena kamu mau mendengarkan curahan hatiku. Kamu tinggal di mana?” tanya Rinrin.

    ”Aku tidak mempunyai tempat tinggal. Rumahku tertimbun tanah longsor bulan yang lalu. Tanah longsor itu, juga mengubur hidup-hidup ayah, ibu, dan adikku. Lalu aku mencari teman-temanku untuk menggali keluargaku yang tertimbun tanah longsor itu. Berkat bantuan teman-temanku ketiga jenazah itu kami temukan lalu kami makamkan berdampingan di kampungku. Sejak peristiwa itu aku meninggalkan kampung halamanku, dan teman-temanku yang baik” Jelas Ranran. 

    ”Kalau begitu kita senasib.” Kata Rinrin.

    ”Ya, kita senasib. Nasib kita sungguh menyedihkan. Bagaimana kalau kita melupakan kesedihan kita dan menggantinya dengan suka cita? Mari kita bergembira di pesta ini.” Pinta Ranran. 

    ”Ya, aku setuju. Ooo ya, aku punya permen coklat. Maukah dirimu?” Kata Rinrin sambil menunjukkan permen coklat itu.

    ”Terima kasih Rinrin. Permen coklatmu kuterima dengan sepenuh hati. Sebaliknya terimalah setangkai bunga jingga ini, semoga kau suka.” Kata Ranran.

    ”Terima kasih Ranran, terima kasih atas bunga jingga ini.” Sahut Rinrin.

    Ranran dan Rinrin bersuka cita di pesta itu. Mereka menyanyi dan menari bersama. Pesta itu berlangsung dengan penuh kegembiraan. Semua yang hadir di pesta itu merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Mereka semua melupakan pengalaman hidup yang menyedihkan. Mereka sepakat bahwa hidup yang susah dan menderita itu merupakan pelengkap kehidupan. Kesusahan dan penderitaan itu tidak perlu disesali dan disimpan dalam hati berlama-lama. Kesusahan sehari biarlah cukup sehari karena hari esok Tuhan memberikan kebahagiaan yang melebihi dari kesusahan yang kita terima. 

    Setelah pesta selesai Ranran dan Rinrin serta teman-teman mereka tetap tinggal di tempat itu. Mereka saling berbagi cerita hingga pagi hari. Mereka kadang-kadang tersenyum dan tertawa gembira. Kadang-kadang pula mereka terharu dan sedih mendalam. Itulah kehidupan yang selalu silih berganti antara suka cita dan duka cita.

    Kokok ayam jantan bersaut-sautan. Matahari mulai menampakkan sinar cemerlang. Di pagi yang cerah itu Ranran dan Rinrin meninggalkan tempat pesta itu. Berbekal permen coklat dan setangkai bunga jingga serta sebotol air, mereka menyusuri hutan rimba. Di sepanjang perjalanan mereka saling berbagi cerita. Terkadang mereka tertawa dengan penuh suka cita. Namun kesedihan pun juga mereka rasakan ketika muncul cerita masa lalu yang mengharukan. Mereka terus bertualangan mencari dan menemukan cinta sejati. 

    Perjalanan Ranran dan Rinrin semakin jauh. Cerita mereka semakin lengkap. Suka duka  mereka telah tampak dan jelas mereka pahami. Sampailah mereka di taman bunga yang indah. Mereka mengagumi alam ciptaan Tuhan yang tiada taranya itu. Mereka beristirahat dan merefleksi perjalanan hidup mereka. Mereka berdoa bersama lalu mereka tertidur di antara bunga-bunga yang indah di taman itu. Apakah mimpi indah mereka? Semoga mimpi indah mereka bisa terwujud dalam kehidupan nyata mereka. Semoga mereka menemukan cinta sejati yang penuh pengharapan dan kebahagiaan dalam petualangan mereka.


    “Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”

    Bagikan ke

    Comment Closed: Petualangan Ranran dan Rinrin

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021