Pesta sepak bola sejagat sebentar lagi dimulai, 32 negara bersaing memperebutkan trofi tertinggi. Event 4 tahunan ini begitu ditunggu oleh para pecinta olahraga sepak bola. Untuk kedua kalinya ajang ini akan digelar di Benua Asia, setelah sebelumnya Korea Selatan dan Jepang menjadi tuan rumah pada Piala Dunia 2002. Kali ini diselenggarakan di Jazirah Arab, lebih tepatnya di Negara Qatar yang terletak di Asia Barat.
Qatar adalah sebuah negara kaya yang terletak di semenanjung Arab, Timur Tengah, Asia Barat. Pendapatan perkapita Qatar sangat tinggi yaitu sebesar US$. 124.100,- (2017), menjadikannya sebagai negara terkaya di Dunia. Tulang punggung perekonomiannya adalah industri pertambangan gas alam dan minyak bumi. Qatar merupakan pengekspor gas alam terbesar ke-2 di dunia dengan jumlah ekspornya mencapai 118,9 miliar meter kubik (data 2014). Qatar juga tercatat sebagai negara pengekspor minyak bumi terbesar di dunia yaitu sebesar 1,303 juta barrel per hari (2013).
Piala Dunia kali ini menarik karena biasanya diadakan pada Juni-Juli, namun kali ini digeser ke November-Desember, dengan pertimbangan cuaca tidak terlalu panas pada bulan tersebut. Untuk mengantisipasi suhu panas Pemerintah Qatar menyiapkan sistem pendingin di dalam stadion. Qatar sangat serius dalam mempersiapkan diri untuk melaksanakan pesta sepak bola dunia ini, mereka menyiapkan 8 stadion yang beberapa diantaranya adalah stadion baru. Piala Dunia kali ini tercatat sebagai yang termahal yang pernah diselenggarakan.
Tapi diluar hal-hal menarik diatas seputar perhelatan piala dunia kali ini, saya pribadi mencatat ada beberapa kekurangan dari sudut pandang saya sebagai penikmat sepak bola di Indonesia, yaitu :
Monopoli hak siar
Sejak piala dunia 2022 di Korea dan Jepang stasiun televisi mulai melakukan monopoli terhadap penayangan piala dunia, sehingga masyarakat harus membayar untuk dapat menyaksikannya. Ini jelas mengusik hati pecinta olahraga kulit bundar, namun kita harus memahami bahwa sepak bola adalah industri yang tujuannya adalah pendapatan. Saya masih ingat pada piala dunia Perancis 1998, kehebohannya sangat dirasakan bahkan sampai ke desa-desa. Setiap stasiun televisi menayangkan dengan bebas tanpa diacak, ada siaran ulangnya di pagi hari, kemudian ada kuis-kuis dan acara khusus terkait piala dunia waktu itu.
Gaungnya kurang
Ini masih ada hubungannya dengan adanya monopoli hak siar, sehingga promosi terkait piala dunia yang dilakukan menjadi kurang semarak. Meskipun sekarang sosial media massif digunakan namun akibat adanya monopoli hak siar menjadikan tidak semua orang boleh melakukan kegiatan-kegiatan pendukung piala dunia, misalnya mengadakan nonton bareng;
Soundtrack-nya kurang menarik
Pada Piala Dunia 1998 di Perancis saking hebohnya lagu yang dibawakan Ricky Martin berjudul La Copa De La Vida, setiap kali bermain sepak bola kawan-kawan waktu itu selalu menyanyikan lagu itu. Sampai-sampai lagu itu disadur oleh grup musik lawak Projec Pop. Soundtrack Piala Dunia lain yang juga berkesan yaitu Waka-Waka di Piala Dunia Afrika Selatan Tahun 2010.
Terlepas dari apapun itu, piala dunia sudah di depan mata, mari kita nikmati hiburan untuk sekedar melepas kepenatan. Namun ingat ini hanyalah urusan dunia, jangan sampai mengganggu urusan akhirat kita, jangan sampai juga hanya gara-gara urusan sepak bola menjadikan berselisih dengan orang lain. Mari kita sambut piala dunia dengan gembira, siapkan paket datamu, siapkan kopi hitammu dan selamat menyaksikan.
Comment Closed: Piala Dunia 2022
Sorry, comment are closed for this post.