KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Pilihan yang Aku Tentukan

    Pilihan yang Aku Tentukan

    BY 09 Jan 2023 Dilihat: 62 kali

    Penulis : Titin Sutinah (Member KMO Alineaku)

    Hari ini panas cukup menyengat, matahari bersinar terik. Apalagi di musim kemarau rasanya membuat kulit jadi makin kering. Untungnya  mini bus yang ku tunggu segera datang ku gak perlu lama-lama menunggunya. Teman-teman pun berebut untuk segera naik. Aku pun segera naik dan memilih duduk di kursi paling kiri yang hanya satu kursi. Setelah dua puluh menit ku hentikan mini bus. Sampailah ku di pasar. Kurogoh uang lima ribu rupiah dari dalam tasku paling depan. Ku sodorkan kepada pak kondektur. 

    Aku pun menuju tempat penitipan sepeda. Aku berikan nomor penitipan sepeda dan uang dua ribu rupiah kepada pemilik penitipan sepeda. Aku tunjuk sepedaku dan ku ambil sendiri sepedanya. Ku kayuh sepedaku supaya cepat sampai rumah, entah kenapa hari ini terasa lapar sekali dan lelah padahal tadi pagi sudah sarapan seperti biasa. Untuk jajan aku memang jarang mengingat kondisi keuangan orang tua yang tidak tentu. 

    “Assalamu’alikum, bu.” Sesampainya aku di rumah.

    “Wa’alaikumussalam, Nisa.” Jawab ibu yang kebetulan ada di dalam rumah.

    Ku sandarkan sepedaku di tembok yang tempat untuk meletakkan kayu bakar. Ku masuk ke kamar dan ganti pakaian. Jam sudah menunjukkan pukul 14.00. Aku pun ke dapur dan melihat makanan yang ada di meja. Aku mengambil piring gambar bunga-bunga kecil dan gelas untuk ku isi air putih. Aku mengambil secentong nasi, sayur bening bayam, tempe goreng dan sambal ikan asin. Bagiku ini makanan yang enak sekali karena ibu yang masak. 

    Selesai makan dan mencuci piring, aku duduk di teras samping dapur. Ibu sedang membuat sapu lidi. Dari beberapa hari yang lalu ibu memang sudah berencana ingin membuat sapu meskipun sapunya masih ada dan masih bagus. Aku sendiri pun  senang membuat sapu lidi sejak kecil. Rupanya tadi pagi bapak memetik kelapa dan ibu sekalian menyuruh memetikkan daun kelapa yang masih hijau tapi sudah tua untuk dibuat sapu lidi. Aku segera mengambil pisau kecil dan ku letakkan kain lap di pangkuanku supaya tidak kotor rok ku terkena daun kelapa yang dibersihkan dari lidinya. 

    Proses yang agak lama memang karena satu persatu daunnya harus dipisahkan dari lidinya sehingga bisa dibuat satu ikat sapu lidi. Ketika masih SD biasanya aku mendapat jatah mengumpulkan satu ikat sapu lidi ketika kenaikan kelas. Dan aku selalu membuatnya saat libur sekolah. 

    “Tadi pagi mas Ian anaknya pak dhe Jum datang dari Jakarta. Mau menginap beberapa hari di rumah pakde Tono. Mas Ian sekarang sudah hebat, dia sudah jadi kontraktor sukses.” Cerita ibuku memulai perbincangan denganku.

    “Aku kok gak tau orangnya yang mana ya, bu.” Jawabku sambil berusaha mengingat-ingat orangnya. 

    “Ya, mungkin kamu sudah lupa sama dia, soalnya ketika SD kelas 5 ibu mengajakmu ke rumahnya yang di Jakarta.” Ibu menimpali pertanyaanku. 

    Ibu pun menceritakan kisah dari pak dhe Jum yang baik budi katanya. Aku pun hanya mendengarkan ibu bercerita. Setelah tiga puluh menit aku merasa ngantuk. Aku pun berhenti membantu ibu dan masuk kamar untuk tidur siang. Jam 16.00 ibu membangukan ku karena aku belum sholat ashar. Akhirnya aku pun bangun dan mandi sore kemudian sholat ashar. 

    Setelah sholat maghrib aku membaca Al qur’an baru beberapa ayat ada suara seseorang yang mengucapkan salam. Kupelankan suaraku. Ibu yang menjawab salam dan membukakan pintu.

    “Oh mas Ian, ayo masuk mas.” Sapa ibu dan mempersilahkannya duduk.

    “Nggih bulik, oh ya pak lik di mana kok kayaknya gak ada?.” Tanya tamu tersebut. 

    “ Ada kok, sebentar saya panggilkan.” Jawab ibu.

    Ibu pun ke kamar dan menyuruhku membuatkan minum kopi. Sedangkan ibu mau menggoreng rengginang yang seminggu lalu dibuatnya. Selesainya ibu menggoreng, aku memasukkan rengginangnya ke dalam toples beling berwarna coklat. Sengaja tidak aku tutup karena memang masih hangat. Aku bawa kopi dan rengginangnya ke ruang tamu. Dan basa basi ku sapa si tamu tersebut. Setelah itu aku masuk lagi ke kamar karena mau mengerjakan PR. 

    Setelah hampir dua jam tamunya pun pulang. Bapak pun memanggil ku. Katanya ada hal penting yang mau dibicarakan. Bapak, ibu, dan aku duduk di ruang tamu. Sedangkan adikku, Sani yang duduk di kelas 3 SMP sudah tertidur lebih awal karena sedang sakit. 

    “Itu tadi namanya Ian, dia anaknya pak dhe Jum yang tinggal di Jakarta. Dia ke sini mau mencari calon istri. Nah, karena bapaknya Ian itu orang baik, maka bapak berniat menjodohkanmu dengan Ian.” Kata bapakku.

    Tentu saja aku pun kaget. Karena aku tidak pernah diajak berunding masalah ini sebelumnya dan aku masih sekolah SMA kelas 11.  Aku belum kepikiran untuk menikah. Aku pun tidak mengenal Ian selama ini. Bagaimana perilakunya dan wataknya dan sebagainya. Seketika aku langsung tidak dapat berpikir jernih.

    “Aku gak mau, pak”. Jawabku sambil terisak dan badan tiba-tiba terasa lemas. 

    “Ya, dicoba dulu. Tidak langsung menikah. Dia mau menunggu kamu sampai lulus. Aku sudah bilang jika kamu masih sekolah. Besok dia kan membeli cincin sebagai pengikat tanda klo dia serius sama kamu” Bapak mulai memberikan pengertian padaku.

    Ibu hanya terdiam tahu bagaimana perasaanku saat ini. Ibu pun mengelus pundakku membuatku makin menjadi tangisanku. Aku pun masuk ke kamar. Semalaman aku tidak bisa tidur. Adik ku sepertinya terbangun dan tahu klo aku menangis terus. Tapi dia tidak berani bertanya. Aku sendiri pun masih terasa kalut. 

    Pagi hari seperti biasa aku berangkat ke sekolah. Mataku sembab karena semalam tidak tidur dan nangis. Rasanya tidak ada kekuatan aku berjalan. Pikiranku serasa kosong dan mau pecah rasanya memikirkan perbincangan semalam. Di sekolah aku pun hanya diam tidak seperti biasanya aku orang yang ceria dan apalagi aku sebagai ketua kelas. Sahabatku ku Reni yang duduk di sebelahku pun menayakan tentang keadaanku. Dia memang belum pernah melihat aku seperti ini. Saat istirahat aku mengajaknya duduk di bawah pohon yang agak jauh dari keramaian teman-teman. Aku menceritakan semua tentang ku. Aku pun tidak tahan untuk menangis. Mendengar kisahku, Reni pun tidak bisa berkata apa-apa selain memelukku. 

    Bel masuk pun berbunyi. Ku usap air mataku dan masuk ke dalam kelas kembali. Bersyukur hari ini beberapa jam ada yang kosong jadi aku tidak perlu menunduk terus untuk menutupi mataku yang sembab. 

    Setelah ashar mas Ian datang dan membawakan cincin yang seperti sudah bapak bilang semalam. Aku tidak bisa menolak perjodohan ini. Meskipun hati ku memberontak tidak mau. Aku tetap berdoa dalam hati semoga perjodohan ini bukan yang terbaik untuk masa depanku. Semoga segera berakhir saja. 

    Pada malam hari sebelum tidur aku melepas cincin yang ada di jari manisku. Adek ku pun hanya melihat dan tidak berani menahanku. Aku pun bercerita kepada Sani, Sani pun hanya diam. Ya, apalagi dia memang anak yang pendiam. Sani juga tahu sebenarnya aku sudah dekat dengan mas Tio yang bekerja di kantor kecamatan. Meskipun mas Tio belum pernah mengungkapkan perasaannya kepadaku. Tapi, aku sudah merasa nyaman meskipun kami jarang ketemu. 

    Setelah lima hari dari perjodohanku, saat sore hari sekitar pukul 17.00, bapak dan ibu bicara serius serta menyebut nama Ian. Dan ada rasa kecewa dari ucapan bapak. Aku pun menghampiri bapak dan ibu.  

    “Maafin bapak ya Nisa, bapak yang salah. Terburu-buru menjodohkanmu dengan Ian. Aku pikir Ian juga anak yang baik seperti bapaknya. Tapi ternyata dia tidak seperti yang aku kira. Dia membeli cincinnya dari uang curian. Ian telah mencuri uang milik budhe mu yang disimpan di dalam lemari. Ian sudah diusir dari rumah pak dhe Tono.” Ucap bapak dengan rasa penyesalan.

    “Mana sini cincinnya, mau bapak kasihkan ke budhe mu. Benar-benar bikin malu saja.” Kata bapak dnegan nada marah.

    Aku pun segera melepas cincin yang ada di jariku dan memberikan kepada bapak. 

    “ Alhamdulillah ya Allah, doa ku terkabul. Dia memang bukan jodohku yang terbaik.”

    “Iya tidak apa-apa, pak. Ini buat pembelajaran kita semua untuk tidak terburu-buru terutama dalam hal pernikahan” jawabku. 

     Aku pun bisa tersenyum kembali sambil meneteskan air mata bahagia. Sani, pun tersenyum dan memelukku. 

    Hari ini adalah hari kelulusan ku di SMA. Aku merasa bahagia sekali. Meskipun aku rasa tidak bisa melanjutkan untuk kuliah. Bapakku yang hanya buruh di sawah tidak akan cukup membiayai ku kuliah ada. Masih ada Sani yang harus melanjutkan ke jenjang SMA. Aku pengen sekali bisa segera bekerja setelah lulus. Sejak kecil aku memang tidak ingin merantau jauh-jauh, aku ingin bekerja  di daerah ku saja. Bapak dan ibu juga tidak memintaku untuk merantau. Yang penting bisa segera bekerja. 

    Satu bulan setelah aku lulus SMA, Mas Tio melamarku. Betapa bahagianya aku, sosok laki-laki yang solih yang aku idam-idamkan meminangku. Acara lamaran pun berjalan lancar. Setelah tiga bulan lamaran kami melangsungkan pernikahan hanya sederhana saja. Meskipun begitu tamu tetap banyak, karena teman-teman mas Tio banyak yang datang di pernikahan kami. Aku berharap pernikahanku bisa langgeng selamanya. Dan meskipun aku telah menikah, aku berharap Sani bisa melanjutkan kuliah. Aku ingin melihat dia bisa lulus kuliah, tidak seperti aku yang hanya lulus SMA.


    “Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”

    Bagikan ke

    Comment Closed: Pilihan yang Aku Tentukan

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021